Acute Kidney Injury (AKI) merupakan komplikasi. Neutrophil Gelatinase Associated Lipocalin Urin sebagai Deteksi Dini Acute Kidney Injury

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi pada manusia maupun hewan. Pada manusia, antara 20-30% dari pasien

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB III METODE PENELITIAN

Uji Validitas Neutrophil Gelatinase Associated Lipocalin sebagai Penanda Diagnosis Gangguan Ginjal Akut pada Sepsis

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

Perbedaan dan Korelasi Kadar Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin Urin pada Berbagai Derajat Kambuh Pasien Sindrom Nefrotik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manifestasinya dapat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala,

Validitas Kidney Injury Molecule-1 Urin Metode Mikro Enzyme-Linked Immunosorbent Assay Sebagai Penanda Dini Gangguan Ginjal Akut pada Sepsis

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Latar belakang. Insiden dan mortalitas acute kidney injury

Kriteria RIFLE pada Acute Kidney Injury. Sudung O. Pardede, Niken Wahyu Puspaningtyas. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

VALIDITAS NEW INJURY SEVERITY SCORE (NISS) DALAM MENDETEKSI TERJADINYA KOAGULOPATI PADA PASIEN MULTIPLE TRAUMA

VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

PROCALCITONIN DAN SEL DARAH PUTIH SEBAGAI PREDIKTOR UROSEPSIS PADA PASIEN OBSTRUKSI SALURAN KEMIH DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang. menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

KADAR SERUM KREATININ PADA PASIEN SEPSIS YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang sering dilakukan adalah sectio caesaria. Sectio caesaria

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan berbagai respon sistemik seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

Hubungan Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Dengue Syok Sindrom (DSS) pada Anak

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

4. HASIL PENELITIAN. 35 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. tindakan radiologi. Contrast induced nephropathy didefinisikan sebagai suatu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. positif (Positive Predictive Value/PPV), nilai duga negatif (Negative Predictive

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Transkripsi:

Artikel Asli Neutrophil Gelatinase Associated Lipocalin Urin sebagai Deteksi Dini Acute Kidney Injury Siti Aizah Lawang, Antonius Pudjiadi, Abdul Latief Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Latar belakang. Penelitian terkini fokus pada identifikasi biomarker yang lebih dini untuk acute kidney injury (AKI). Salah satunya adalah neutrophil gelatinase associated lipocalin (NGAL), protein 25 kda yang merupakan potensial biomarker dini untuk AKI. Tujuan. Melihat neutrophil gelatinase associated lipocalin (NGAL) sebagai biomarker dini untuk acute kidney injury (AKI). Metode. Penelitian kualitatif dengan desain uji diagnostik. Pengambilan sampel secara cross sectional dan consecutive sampling pada 50 orang anak, terdiri atas 28 sepsis dan 22 sepsis berat di ruang rawat intensif anak di RS. Cipto Mangunkusomo Jakarta dan RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Hasil. Terdapat perbedaan sangat bermakna kadar NGAL urin dan kreatinin berdasarkan beratnya sepsis (p<0,001). Nilai rerata sepsis 132,93 ng/ml dan sepsis berat 2159,98 ng/ml. Terdapat perbedaan bermakna antara beratnya AKI menurut kriteria RIFFLE dengan beratnya sepsis (p=0,013). Tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar NGAL urin dengan kriteria RIFFLE (p=0,173). Nilai sensitifitas NGAL urin 100% dan spesifisitas 63,63%, positive predictive value 27,27%, negative predictive value 100% dan area under curve (AuOC) 0,826. Kesimpulan. Neutrophil gelatinase associated lipocalin (NGAL) dapat dipakai sebagai skrining AKI. Sari Pediatri 2014;16(3):195-200 Kata kunci: neutrophil gelatinase associated lipocalin; sepsis, children Acute Kidney Injury (AKI) merupakan komplikasi yang sering dan berat pada pasien sepsis di ICU. Terlebih lagi, terdapat bukti kuat antara sepsis dan syok sepsis sebagai penyebab AKI pada pasien sakit kritis. Terhitung, Alamat korespondensi: Dr. Siti Aizah Lawang, Sp.A. RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan. Telp. (0411) 453534. E-mail: aizahlawang@yahoo.co.id sekitar 50% atau lebih pasien di ICU akan terjadi AKI dengan angka mortalitas yang tinggi. Penelitian the beginning and ending supportive therapy (BEST), yang mengevaluasi 54 rumah sakit yang tersebar di 23 negara, menemukan bukti bahwa sepsis adalah penyebab AKI paling sering pada pasien sakit kritis (47,5%). Pada anak, angka kematian dengan sepsis menjadi >10 kali lipat apabila disertai acute renal failure. 1,2 195

Saat ini, penentuan yang dipakai untuk penegakan diagnosis AKI adalah kriteria RIFFLE berdasarkan kreatinin serum. Namun, hal ini memiliki kelemahan karena merupakan marker yang lambat, meningkat setelah terjadi penurunan fungsi ginjal. Penelitian terkini fokus pada identifikasi biomarker yang lebih dini untuk AKI. Salah satunya neutrophil gelatinase associated lipocalin (NGAL) adalah protein 25 kda yang merupakan potensial biomarker dini untuk AKI. 3,4 Fungsi NGAL belum sepenuhnya diketahui. Peningkatan akan terjadi apabila sel dalam keadaan stres, misalnya infeksi, inflamasi, iskemia, dan neoplasma. Peran sebagai antibakteri juga dimiliki NGAL, berguna dalam pertumbuhan dan diferensiasi sel epitel tubulus ginjal. Pada keadaan terjadi kerusakan tubulus ginjal, kadar NGAL meningkat untuk menginduksi re-epitelisasi tubulus. 5-7 Dari Penelitian Nickolas dkk 8 didapatkan hasil cut off point NGAL 130µg/g, sensitivitas 90% (95%CI 0,73-0,98) dan spesifisitas 99,5% (CI, 0,99-1,00). Metode Studi penelitian uji diagnostik dengan cara cross sectional dan consecutive sampling. Penelitian dilaksanakan di ruang rawat intensif anak RS Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RS.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penelitian mulai dilakukan bulan Desember 2013 sampai dengan Juni 2014. Populasi target adalah anak dengan sepsis yang dirawat di ruang rawat intensif anak dan instalasi gawat darurat. Kriteria inklusi adalah usia pasien 1 bulan -16 tahun, didiagnosis sepsis, dan orangtua pasien bersedia ikut serta dalam penelitian. Kriteria eksklusi adalah anak yang sebelumnya pernah menderita insufisiensi renal, penggunaan obat nefrotoksik sebelum penelitian, penyakit ginjal kronis, infeksi saluran kemih, inflamasi ginjal, dan anak yang anuria. Diperlukan jumlah 50 sampel dengan perkiraan besar sampel untuk uji diagnostik dengan keluaran sensitifitas. Cara kerja Pasien yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai subjek penelitian. Selanjutnya, subjek diberi penjelasan, diminta persetujuan tertulis, dan diwawancarai tentang riwayat perjalanan penyakit. Setelah itu, subjek dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang. Dicatat data dasar, riwayat penyakit terdahulu, diagnosis utama saat masuk, (sepsis, sepsis berat/mods, syok sepsis). Dilakukan pemeriksaan fisik, berupa tanda vital dan pemeriksaan laboratorium, kreatinin serum, dan NGAL urin. Pemeriksaan NGAL urin diambil 30 cc, melalui mid stream atau per kateter. Urin ditampung dalam pot urin atau urine collector, 6 cc darah vena untuk kreatinin. Kadar NGAL urin dilihat berdasarkan derajat sepsis, yaitu sepsis dan sepsis berat. Dibandingkan peningkatan NGAL urin dan kriteria RIFFLE. Dihitung sensitivitas, spesifisitas, dan kurva ROC dari NGAL urin. Pengolahan data digunakan SPSS 11,5 dengan analisis univariat untuk deskripsi karakteristik data penelitian. Uji Anova digunakan untuk analisis perbedaan rerata NGAL urin berdasarkan beratnya sepsis. Uji X 2 test digunakan untuk analisis hubungan antara beratnya sepsis dengan kriteria RIFFLE dan berat ringannya penyakit. Dicari nilai sensitifitas dan spesifisitas dari urin NGAL dan kurva ROC. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Biomedis pada Manusia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hasil Limapuluh pasien sepsis anak yang memenuhi kriteria penelitian, terdiri atas 28 sepsis dan 22 sepsis berat. Terdapat 13 sampel penelitian yang dilakukan di RS. Cipto Mangunkusomo dan 37 sampel di RS. Wahidin Sudirohusodo. Karakteristik subjek penelitian tertera pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Frekuensi subjek menurut jenis kelamin, penyakit, dan kategori sepsis Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%) Jenis kelamin Laki-laki 28 56 Perempuan 22 44 Diagnosis Non bedah 30 60 Bedah 20 40 Kategori sepsis Sepsis 28 56 Syok sepsis 22 44 196

Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian Karakteristik Nilai Umur (bulan) Rerata 47,14 Simpang baku 51,20 Minimum 1 Maksimum 167 Kreatinin serum(umol/l) Rerata 59,82 Simpang baku 69,47 Minimum 8,84 Maksimum 291,72 NGAL urin (ng/ml) Rerata 1024,25 Simpang baku 1699,8 Minimum 1,33 Maksimum 6353,21 Di antara 50 pasien sepsis yang ikut dalam penelitian ditemukan 28 sepsis dan 22 syok sepsis. Perbedaan nilai rata-rata NGAL urin dan kadar kreatinin tertera pada Tabel 3. Hubungan antara beratnya sepsis dengan kriteria RIFFLE tertera pada Tabel 4. Limapuluh pasien yang sepsis tidak ada yang mengalami AKI, sedangkan pada sepsis berat, 6 orang mengalami AKI. Hubungan antara kadar NGAL urin dengan kriteria RIFFLE tertera pada Tabel 5. Nilai sensitifitas dan spesifisitas NGAL Dengan memakai cut off point 1447,01, hasil tabel 2x2 tertera pada Tabel 6. Tabel 3. Kadar NGAL urin dan kreatinin serum berdasarkan beratnya sepsis Diagnosis n Rerata SD 95% CI Lower Upper Kadar NGAL urin* Sepsis 28 132,93 272,73-2816,44-1239,80 Sepsis berat 22 2159,98 2057,48-2028,12-1111,11 Kreatinin serum** Sepsis 28 0,37 0,37-1,101-287 Sepsis berat 22 1,06 1,06-1,16-223 df=49 ; *p=0,000 (p<0,001); ** p=0,001 (p<0,05) Tabel 4. Distribusi pasien sepsis berdasarkan kriteria RIFFLE Kategori Riffle Total Failure Injury Normal Sepsis 0 0 28 28 Sepsis berat 4 2 16 22 Total 4 2 44 d=4 p=0,013 (p<0,05) Tabel 5. Hubungan antara kadar NGAL urin dengan kriteria RIFFLE n Rerata SD Minimum Maksimum Normal 44 870,32 1710,10 1,33 6353,21 Injury 2 1447,01 1503,02 384,21 2509,81 Failure 4 2505,90 1063,12 1729,49 4007,84 197

Tabel 6. Tabel 2x2 RIFFLE dan NGAL RIFFLE AKI (+) AKI (-) total AKI (+) 6 16 22 AKI (-) 0 28 28 total 6 44 50 Sensitifitas : a/ (a+c) = 6/(6+0) = 100% Spesifisitas : d/(b+d) = 28/(16+28) =63,63% Positive Predictive Value : a/ (a+b) = 6/(6+16) = 27,27% Negative Predictive Value : d/(c+d) = 28/(28+0) = 100% Nilai AuOC adalah 0,826 Sensitivity 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1-Specificity Gambar 1. Kurva ROC Pembahasan ROC Curve Diagonal segments are produced by ties Pada semua pasien sepsis didapatkan nilai rerata kreatinin serum 59,82±69,47 umol/l. Nilai ini lebih rendah dari nilai kreatinin serum pasien sepsis AKI dari penelitian Morimatsu dkk 9 dengan hasil 142±94-191 umol/l dan didapatkan nilai rerata NGAL urin 1024,25±169,9 untuk semua pasien sepsis. Nilai ini lebih tinggi daripada hasil yang didapatkan dari Wheeler dkk 10 dengan nilai median anak yang SIRS/ sepsis 107,5 ng/ml dan syok sepsis 302 ng/ml yang meneliti kadar urin NGAL pada pasien yang syok septik. Terdapat perbedaan kadar NGAL urin berdasarkan beratnya sepsis dengan nilai rerata sepsis 132,93 ng/ml dan 2159,98 ng/ml sepsis berat. Apabila digunakan cut of point 130 ug/g dari penelitian Nickolas dkk 8 sebagai batas normal NGAL urin, peningkatan NGAL urin sudah terlihat pada tahap sepsis. Semakin berat sepsis maka kadar NGAL urin semakin meningkat. Hal tersebut mungkin disebabkan perjalanan sepsis yang semakin berlanjut sehingga terjadi AKI failure. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Wheeler dkk 10 yang memiliki median 107 ng/ml kadar NGAL pasien dengan SIRS, sedangkan yang septik syok median 302 ng/ml (p<0,001). Penelitian Wheeler juga menyebutkan kadar NGAL akan meningkat dalam 24 jam pertama setelah terjadinya syok sepsis dan akan tetap meningkat selama 3 hari pada pasien kritis yang akhirnya akan menjadi AKI. Peningkatan nilai yang lebih tinggi, terutama pada pasien yang sepsis berat, karena selain telah terjadi gangguan hemodinamik berupa syok juga kemungkinan sudah terjadi AKI sepsis. Terdapat perbedaan kadar kreatinin berdasarkan beratnya sepsis. Namun, apabila dilihat kadar kreatinin pada pasien sepsis dan sepsis berat dari hasil statistik berbeda. Pada tahap sepsis, kadar kreatinin masih dalam batas normal dan kenaikan kreatinin terlihat sedikit meningkat pada sepsis berat. Hal tersebut berbeda dengan kadar kenaikan NGAL yang sudah terlihat pada tahap sepsis. Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa kreatinin serum adalah marker yang lambat karena muncul setelah terjadi penurunan fungsi ginjal/penurunan glomerular filtration rate (GFR) sehingga menghambat deteksi AKI secara dini. Terdapat perbedaan antara beratnya AKI menurut kriteria RIFFLE dengan beratnya sepsis. Namun, pada kategori sepsis tidak terjadi AKI menurut kriteria RIFFLE. Sementara itu, pada sepsis berat, hanya 6 anak yang telah terjadi AKI, yaitu empat orang failure dan dua injury. Hal ini dikarenakan, kriteria RIFFLE berasal dari kreatinin serum yang lebih lambat mengalami peningkatan sehingga pada kondisi berat, baru kreatinin akan meningkat. Akan tetapi, jumlah AKI ini sangat sedikit sehingga diperlukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar. Tidak terdapat korelasi atau terjadi korelasi negatif antara kadar NGAL urin dan kriteria RIFFLE. Jadi, menurut kriteria RIFFLE masih normal belum terjadi AKI, tetapi NGAL sudah tinggi. Hal ini dikarenakan, peningkatan NGAL lebih dulu terjadi dibandingkan kreatinin (RIFFLE). Peningkatan kadar NGAL urin 198

ini seiring dengan perburukan AKI. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Zappitelli dkk. 11 Hal tersebut mungkin disebabkan penelitian yang dilakukan oleh Zappitelli tidak dilakukan pada pasien sepsis yang akan menambah faktor risiko peningkatan NGAL urin. Sepsis merupakan salah satu faktor peningkatan NGAL urin sesuai dengan penelitian Morimatsu dkk. 12 Penelitian Morimatsu Plasma dan urin NGAL pada sepsis versus non sepsis AKI pada pasien kritis mendapatkan hasil NGAL urin pasien sepsis AKI lebih tinggi apabila dibandingkan dengan AKI tanpa sepsis. 13 Untuk membuat Tabel 2x2, peneliti mengambil cut off point 1447,01 berdasarkan Tabel 5 tentang hubungan kadar NGAL dengan kriteria RIFFLE pada RIFFLE injury yang artinya sudah terjadi AKI, didapatkan nilai 1447,01. Dari hasil perhitungan sensitifitas dan spesifisitas NGAL urin didapatkan sensitifitas 100%, spesifisitas 63%, positive predictive value 27,27%, dan negative predictive value 100%. Sensitifitas 100% berarti kemungkinan hasil uji diagnostik ini akan positif apabila dilakukan pada kelompok subjek yang sakit. Spesifisitas 63% artinya terdapat 63% kemungkinan hasil uji diagnostik ini akan negatif apabila dilakukan pada subjek yang sehat. Negative predictive value 27,27% adalah kemungkinan uji NGAL urin yang menyatakan bahwa seseorang pasien benar-benar tidak menderita AKI. Sementara itu, positif predictive value 100% adalah besarnya kemungkinan uji NGAL urin yang menyatakan bahwa seseorang benar-benar mengidap AKI. Ini artinya, NGAL urin mempunyai sensitifitas yg sangat tinggi, tetapi spesifisitas tidak terlalu tinggi. Di samping itu, keakuratannya untuk menyatakan seseorang tidak mengidap AKI sangat tinggi dengan nilai negative predictive value 100%. Karena sensitifitasnya sangat tinggi sampai 100%, NGAL ini paling baik untuk skrining, tetapi kurang baik untuk diagnostik karena spesifisitasnya hanya 63,63%. Hal tersebut mungkin disebabkan jumlah sampel yang sedikit dan pasien yang mengalami gagal ginjal tidak ada yang tahap risk sehingga nilai cut of point yang dipakai cukup tinggi (1447ng/mL). Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Nickolas dkk 8 dengan nilai cut off point kreatinin 130 μg/g, sensitifitas, dan spesifisitas NGAL urin untuk mendeteksi AKI 90% dan 99,5% dan nilai positive dan negative likelihood ratio 181,5 (CI, 58,33 to 564,71) dan 0,10 (CI, 0,03 to 0,29). Hasil penelitian ini mendapatkan area under curve ROC (AuOC) 0,826 yang artinya tes ini bagus untuk dipakai. Keterbatasan penelitian adalah sampel yang sedikit, dalam waktu ±6 bulan hanya terkumpul 50 sampel, dan jumlah pasien yang mengalami AKI juga sangat sedikit, dari 6 pasien AKI tidak ada pasien yang mengalami AKI tahap risk. Dengan demikian, perlu penelitian lanjutan mengenai NGAL urin pada sepsis dengan populasi yang lebih besar. Diperlukan juga penelitian yang bersifat kohort prospektif dengan pemeriksaan NGAL urin secara serial untuk melihat NGAL urin sebagai petanda terjadinya AKI pada pasien sepsis. Daftar pustaka 1. Goldstein SL. Acute kidney injury in children and its potential consequences in adulthood. Blood Purif 2012;33:131-7. 2. Alatas H. Gagal ginjal akut. Dalam: Noer S, Asmaningsih N, Subandiyah K, dkk. Kompendium nefrologi anak. Jakarta: UKK Nefrologi IDAI; 2011.h.207-214. 3. Bagshaw SM, George C, Bellomo B. early acute kidney injury and sepsis: a multicentre evaluation. Crit Care 2008:1-9. 4. Huber W, Saugel B, Schmid RM, Gussmann W. Early detection of acute kidney injury in sepsis: how about NGAL? CLI, 2012. Diakses pada 13 Oktober 2014. Didapat dari: http://www.medizin.uni-tuebingen.de/ kinder/de/abteilungen/neonatologie/geschaeftsbericht% 202012.pdf. 5. Uttenthal O. NGAL: a marker molecule for the distress kidney. J CLI 2005:1-2. 6. Bolignano D, Donato V, Coppolino G, Campo S, Buemi A. Neutrophil gelatinase-associated (NGAL) as a marker kidney damage. Am J Kidney Dis 2008;52:595-605. 7. Clerico A, Galli C, Fortunato A, Ronco C. Neutrophil gelatinase-associated lipocalin (NGAL) as biomarker of acute kidney injury: a review of the laboratory characteristic and clinical evidences. Clin Chem Lab Med 2012;50:1505-17. 8. Nickolas TL, O Rourke MJ, Yang J. Sensitivity and specificity of single emergency department measurement of urinary neutrophil gelatinase associated lipocalin for diagnosing acute kidney injury. Ann Intern Med 2008;148:810 819. 9. Morimatsu H, Egi M, amico GD. Plasma and urine neutrophil gelatinase-associated lipocalin in septic versus 199

non-septic acute kidney injury in critical illness. Intensive Care Med 2010;36:452-61. 10. Wheeler DS, Devarajan P, Ma Q, Harmon K. Serum neutrophil gelatinase-associated lipocalin (NGAL) as a marker of acute kidney injury in critically III children with septic shock. Crit Care Med 2008;36:1297-303. 11. Zappitelli M, Wasburn KK, Arikan AA. Urine neutrophil gelatinase-associated lipocalin is an early marker of acute kidney injury in critically III children: A prospective Cohort Study. Crit Care 2007;11:1-11. 12. Morimatsu H, Egi M, amico GD. Plasma and urine neutrophil gelatinase-associated lipocalin in septic versus non-septic acute kidney injury in critical illness. Intensive Care Med 2010;36:452-61. 13. Lentini P, Cal MD, Clemnti A, D Angelo A. Sepsis and AKI in ICU patients: the role of plasma biomarker. Handawi Publishing Corporation. Crit Care Res Pract 2012;1-5. 200