BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut versi pemerintah Indonesia, franchise adalah suatu ikatan dimana salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) Oleh : RATIH OKTAWIDYA K A

BAB I PENDAHULUAN. sarana usaha. Hal ini dapat dijumpai pada kegiatan usaha franchise yang sekarang ini

DAFTAR PUSTAKA. IFBM Franchise Manual From Small Drops To Profit. Penerbit Team International Franchise Bussiness Management.

MANIS PAHITNYA BISNIS FRANCHISE

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada, dikenal istilah franchise yang sudah di Indonesiakan menjadi

ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) Oleh : RATIH OKTAWIDYA K A

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan untung lebih atau

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TUKI BABA RAFI CABANG OUTLET 253

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah

BAB I PENDAHULUAN. rantai yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, di mana perdagangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

KATA PENGANTAR. Penulis. Irsyad Anshori

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya franchise merupakan suatu konsep pemasaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi

MEMBANGUN BISNIS MAKANAN MELALUI MEDIA ONLINE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

MERINTIS USAHA MELALUI BISNIS FRANCHISE Retno Djohar Juliani Dosen Administrasi Niaga Universitas Pandanaran

Franchise Bisnis dan Pengaturan Hukum Lintas Batas

BAB I PENDAHULUAN. lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi

BAB I PENDAHULUAN. penjualan mesin jahitnya. Walaupun usaha Isaac Singer tersebut gagal, dialah yang

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor

Perhitungan Harga Pokok Pesanan Sebagai Dasar. Perusahaan Kebab Turki Baba Rafi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Restoran Klasifikasi Restoran

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Usaha Waralaba Kebab Turki Baba Rafi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan (%)

BISNIS WARALABA. STMIK-STIE Mikroskil. Maggee Senata

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis

PELUANG BISNIS DALAM BISNIS WARALABA (FRANCHISE) Erwandy S1-SI-2L STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilam Sari. Kantor pusat KTBR beralamatkan di Jalan Semolowaru Elok 1 /

BAB 3 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Makanan khas Timur Tengah ini menurut sejarahnya berasal. dari Turki. Namun ada juga yang mengatakan dari Arab yang dikenal

Definisi Waralaba ABSTRAK

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Dalam 10 tahun terakhir ini bisnis franchise tengah menjadi model bisnis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Franchise berasal dari bahasa Prancis yang artinya kejujuran atau

STUDI KELAYAKAN BISNIS

III. METODE PENELITIAN

BAB IV DATA PENELITIAN

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah dapat berkembang maka secara tidak langsung dapat

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA. Tatap muka ke /03/2015 KwuAgroind/MerintisUsaha.2013

BAB I PENDAHULUAN. rangka memperluas jaringan usaha secara cepat, Sistem franchise dianggap

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin ketatnya persaingan antar tiap bidang bisnis di setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat

PERANCANGAN SISTEM FRANCHISE DISTRO SANDWICH BERDASARKAN ANALISIS KELAYAKAN BISNIS*

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan. mendatang. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), waralaba adalah

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi global yang cepat dan kompleks, Indonesia juga terpengaruh

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA. 5 Statistik Usaha Kecil dan Menengah [20 Juli 2009].

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut dapat dijalankan atau tidak. memberikan tambahan keutungan atau coumpouding. Tentunya proses pencarian

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan usaha waralaba (franchise) kini semakin berkembang di

III. METODOLOGI PENELITIAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL USAHA FRANCHISE

BISNIS FRANCHISE/ WARALABA

ENTREPRENEURSHIP I. Perkembangan internasional. Perkembangan di Indonesia 10/2/2012. Definisi Franchise (Hisrich Peters)

BAB I PENDAHULUAN. hasil produksi dari industri garmen,seperti celana, kemeja, jaket dan sweater.

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya adalah sektor UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat

KONSEP FRANCHISING 1. DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh

Kewirausahaan, Etika dan Hukum Bisnis

TANGGUNGJAWAB HUKUM TERHADAP PERJANJIAN WARALABA YANG BERLAKU DI ALFAMART. Naskah Publikasi Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. waralaba dalam bahasa inggris disebut franchise,adalah pemberian hak oleh

SEJARAHFRANCHISE Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70-an ketika masuknya Shakey Pisa,

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Entrepreneurship and Inovation Management

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Waralaba (franchise) merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

Divisi Produk & Prosedur Pembiayaan. Sistem perbankan syariah beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil,

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Industri Restoran di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. dengan membaiknya perekonomian dan ditunjang oleh kemajuan perkembangan

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disepakati di seluruh dunia. Teori tersebut mengatakan bahwa negara tidak akan maju

Kedudukan dan tanggung jawab franchisee dalam perjanjian waralaba di outlet kebab Turki baba Rafi cabang Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Studi kelayakan pada akhir-akhir ini telah dikenal luas oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. yang berorientasi pada kesenangan. Selain itu, kesibukan masyarakat di kota-kota

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN

Transkripsi:

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Franchise 2.1.1. Definisi Franchise Franchise berasal dari bahasa Perancis (affanchir) yang artinya kejujuran atau kebebasan hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, franchise adalah suatu ikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), franchise ialah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir. Pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan usaha dengan merek, nama, sistem, prosedur, dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. Franchise sebagai suatu bentuk organisasi terus berkembang dan semakin menarik perhatian, karena hal-hal yang ditawarkan oleh usaha ini menyangkut pekerjaan, peluang profesi mandiri (self employment opportunities) (British Franchise Association, 2004).

12 Rachmadi (2008) berpendapat, franchise adalah suatu bentuk sinergi usaha yang ditawarkan oleh suatu perusahaan yang sudah memiliki kinerja unggul karena didukung oleh sumber daya berbasis pengetahuan dan orientasi kewirausahaan yang cukup tinggi dengan governance structure (tata kelola) yang baik, dan dapat dimanfaatkan oleh pihak lain dengan melakukan hubungan kontraktual untuk menjalankan usaha dibawah format usaha dengan imbalan yang disepakati. 2.1.2. Sejarah Franchise Konsep jejaring toko sebagai sistem franchise yang sudah ada sejak 200 SM di China. Saat itu pengusaha lokal negeri itu bernama Lo Kass mengoperasikan beberapa unit toko, berabad-abad kemudian konsep franchise diadopsi oleh pengusaha terutama di Eropa yang melahirkan istilah franchise. Di Jerman sekitar tahun 1840-an, sudah banyak pengusaha bir memberikan hak untuk menjualkan bir produksinya kepada kedai-kedai minuman. Kemudian pada tahun 1851 di Amerika Serikat, The Singer Sewing Machine Company mulai memberikan hak untuk mendistribusikan mesin jahit produksinya kepada distributor (IFBM, 2007). Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restoran modern. Gagasan pendiri adalah membiarkan rekanan untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo, dan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran.

13 Dalam perkembangannya, sistem ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun 1950-an yang kemudian franchise dikenal sebagai format usaha (bussiness format). Tetapi The Singer-lah yang menjadi cikal bakal munculnya franchise. Di Indonesia, istilah franchise mulai banyak dikenal pada tahun 1990-an. Awalnya ketika Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) International Labor Organization (ILO) di tahun 1991 menyarankan kepada Pemerintah Indonesia agar mengembangkan sistem franchise untuk meningkatkan lapangan kerja, setelah itu dibentuklah Franchise Resource Center (FRC). FRC merupakan wadah pemberdayaan usaha-usaha menjadi franchise, memasyarakatkan, mensosialisasikan sistem franchise, serta mendorong pertumbuhan franchise lokal. Lembaga ini berada di bawah Departemen Perdagangan (Setiawan, 2006). 2.2.3. Franchisor dan Franchisee Franchisor adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki. Sedangkan franchisee adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak kepada untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki franchisor (IFBM, 2007). Franchisor dan franchisee memiliki banyak ikatan antara lain : kesepakatan konseptual antara kedua belah pihak (kontrak), adanya hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas atau merek/nama dagang yang dimiliki

14 satu pihak yang digunakan pihak lainnya. Imbalan (fee) yang diberikan pihak pengguna pada pemilik hak kekayaan intelektual, penemuan, ciri khas usaha, atau merek/nama dagang, kemudian adanya pemeliharaan kepentingan terus-menerus yang dilakukan pihak pertama dalam bidang-bidang pengetahuan dan pelatihan, adanya format atau prosedur yang dimiliki dan dikendalikan satu pihak, serta adanya dana investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengguna. 2.2. Kebab 2.2.1. Istilah Kebab Kata kabab اب) berasalک(ب dari bahasa Arab atau Persia yang berarti daging yang digoreng dan bukanlah daging yang dipanggang. Kata kabab dari bahasa Arab tersebut berasal dari Aramaic kabbaba yang berasal dari daerah Akkadian kababu, berarti membakar atau menggosongkan. Pada abad ke-14, kata kebab menurut kamus Lisan al Arab memiliki persamaan kata dengan kata tabahajah yaitu kata dalam bahasa Persia untuk sajian sepotong daging yang digoreng. Kata dalam bahasa Persia tersebut lebih dikenal pada saat abad pertengahan, yang akhirnya kata kebab tersebut digunakan dalam bukubuku berbahasa Arab. Kata kebab lebih sering digunakan pada saat ini dibandingkan saat di Turki yang sebelumnya menemukan kata shiwa untuk daging yang dipanggang. Namun, kebab tetap memegang teguh kata aslinya dengan menyajikan makanan seperti tas kebab (kebab dalam mangkuk). Sama halnya dengan daging panggang khas Egypt yang disajikan dengan bawang bombay lebih dikenal dengan istilah kebab halla.

15 2.2.2. Produk Kebab Turki Baba Rafi Adalah usaha makanan yang menjual produk KTBR diantaranya kebab, kebab gila, syawarma, hotdog, beef burger, chicken burger, crispy burger, wiener jumbo, hotdog jumbo, burger gila, cane original, cane salad, cane coklat keju, dan kebab pisang coklat keju. Produk KTBR milik PT Baba Rafi Indonesia dikelola dengan suatu format dan teknik manajemen serta metode, prosedur, standar, dan teknik mengolah dengan menggunakan peralatan standar KTBR. Perangkat-perangkat pendukung lain yang digunakan, bertujuan untuk dapat memperoleh hasil dengan kualitas relatif baik dan dalam waktu relatif singkat. 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Junaidi (2006) dengan judul Analisis dan Evaluasi Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Franchise (Studi Kasus Alfamart Wilayah Jabotabek) diperoleh hasil evaluasi tingkat kepentingan pada tahap awal analisis multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa semua atribut seperti sistem manajemen franchise, lama pengembalian modal, dan pelayanan toko dipertimbangkan oleh konsumen. Berdasarkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap franchise alfamart menunjukkan bahwa atribut yang paling baik yaitu reputasi merek sebesar 5,28 dan atribut paling rendah yaitu lamanya pengembalian modal sebesar 4,65. Berdasarkan hasil penelitian Putera (2006) dengan judul Evaluasi Kelayakan Usaha Pada Restoran Mie Kondang Jakarta Selatan diketahui bahwa aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek hukum, dan aspek manajerial sudah baik untuk

16 menunjang kinerja restoran. Kemudian dari aspek finansial, keuntungan sebesar Rp 128.443.070 diperoleh setiap tahunnya. Sedangkan menurut hasil perhitungan switching value, restoran mie kondang tersebut mengalami penurunan nilai penjualan produk makanan melebihi 4,00 persen atau kenaikan biaya bahan baku yang melebihi 5,43 persen menyebabkan usaha yang dilakukan oleh restoran mie kondang dinyatakan tidak layak. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuningsih (2004) dengan judul Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Selada Hidroponik (studi kasus di Yayasan Progressio Indonesia, kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi jawa Barat) diketahui bahwa secara finansial diperoleh NPV sebesar Rp 21.262.410,68. IRR sebesar 89 persen, Net B/C sebesar 1,79, dan masa pengembalian investasi dua tahun enam bulan. Hasil analisis sensitivitas dilakukan dengan tiga skenario yaitu penurunan produksi 11,1 persen, kenaikan harga input 20 persen, dan penurunan harga selada 30 persen. Hasil analisis sensitivitas dengan skenario kesatu dan ketiga pengusahaan selada menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak layak. Pada skenario kedua menunjukkan bahwa pengusahaan selada dinyatakan layak untuk dilakukan. Empat penelitian terdahulu diatas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Persamaannya adalah, menganalisis kelayakan usaha dengan menggunakan metode yang sama. Perbedaannya adalah, jenis usaha yaitu franchise pada sektor food and beverage, produk yang dianalisis yaitu kebab yang belum pernah ada di penelitian sebelumnya, dan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini.