BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan untung lebih atau

dokumen-dokumen yang mirip
memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah

Franchise Bisnis dan Pengaturan Hukum Lintas Batas

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat luas, begitu populernya kegiatan usaha ini, sehingga cepat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan. mendatang. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), waralaba adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

FRANCHISE Pendahuluan Konsep Perdagangan Baru: Waralaba (Franchise)

PELUANG BISNIS DALAM BISNIS WARALABA (FRANCHISE) Erwandy S1-SI-2L STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

MERINTIS USAHA MELALUI BISNIS FRANCHISE Retno Djohar Juliani Dosen Administrasi Niaga Universitas Pandanaran

TANGGUNGJAWAB PIHAK FRANCHISE TERHADAP KONSUMEN 1 Oleh : Fangky Christian Poluan 2

BAB I PENDAHULUAN. lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya franchise merupakan suatu konsep pemasaran dalam

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut versi pemerintah Indonesia, franchise adalah suatu ikatan dimana salah satu

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA INTERNASIONAL DI INDONESIA PADA PT. FASTFOOD INDONESIA TBK. SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. negara asal merupakan salah satu dampak globalisasi terhadap dunia bisnis. Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. waralaba dalam bahasa inggris disebut franchise,adalah pemberian hak oleh

The Coca-Cola Corporation di bidang minuman

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan tata Cara Penerbitan. Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.

KARAKTERISTIK YURIDIS PERJANJIAN WARALABA. Oleh: Selamat Widodo

BISNIS WARALABA. STMIK-STIE Mikroskil. Maggee Senata

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jenis kuliner yang bermacam-macam, berbagai macam jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014. ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK TERHADAP PERJANJIAN FRANCHISE DI INDONESIA 1 Oleh : Christie Pertiwi Mopeng 2

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada, dikenal istilah franchise yang sudah di Indonesiakan menjadi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. Konsep waralaba atau franchise muncul sejak 200 tahun sebelum masehi. Saat itu,

KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Waralaba (franchise) merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari

SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG FRANCHISE. Franchise berasal dari kata Perancis, yakni franchir, yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, kehidupan manusia juga berkembang. memenuhi kebutuhannya. Produsen berusaha menjual produknya sebanyak

STRATEGI UNTUK BERWARALABA

KATA PENGANTAR. Penulis. Irsyad Anshori

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

2016 MODEL KEMITRAAN BISNIS DONAT MADU CIHANJUANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir, Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : PT. Citra

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. waralaba pada akhir-akhir ini semakin merebak. Minat masyarakat atau

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan-pembangunan berkesinambungan. Pembangunan-pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya

BAB I PENDAHULUAN. penjualan mesin jahitnya. Walaupun usaha Isaac Singer tersebut gagal, dialah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau yang dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuh dan berkembangnya perusahan perusahan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi sekarang ini, kemajuan di berbagai bidang berkembang dengan pesat. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai cara untuk mempertahankan dan merebut pasar.

Strategi Pemasaran Global (Masuk dan Berekspansi) Dewi Pancawati N.,S.Pd., MM

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah bagi pemerintah untuk menjalankan pembangunan di bidang lainnya

Keywords: Wanprestasi, Wara Laba, Lapis Legit Nyidam Sari

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak bisa dihindari. Kehadiran Indonesia dalam peta ekonomi dunia,

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhambaan atau perbudakan (free from servitude). Bila dihubungkan dengan

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA. Tatap muka ke /03/2015 KwuAgroind/MerintisUsaha.2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Franchise berasal dari bahasa Prancis yang artinya kejujuran atau

MANIS PAHITNYA BISNIS FRANCHISE

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang baik secara pribadi maupun terhadap orang lain.

MENJALANKAN BISNIS. Ade Rismanto, ST.,MM.

PELAKSANAAN PERATURAN WALI KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

BAB I PENDAHULUAN. produk makanan yang unik, menarik dan mempunyai keunggulan-keunggulan lain

I. PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Kegiatan ekonomi yang banyak diminati oleh pelaku usaha

ENTREPRENEURSHIP I. Perkembangan internasional. Perkembangan di Indonesia 10/2/2012. Definisi Franchise (Hisrich Peters)

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA (FRANCHISE)

BAB I PENDAHULUAN. bisnis internasional. Bentuk kerjasama bisnis ini ditandai dengan semakin

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat adalah melalui jalur wirausaha. Kemampuan teknologi dan. tersebut kepada pihak lain untuk menjalankan usahanya.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di era Abad ke-21 telah berkembang sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau freedom. Namun dalam praktiknya franchise justru dipopulerkan di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bisnis franchise dapat ditemukan di berbagai tempat dan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam 10 tahun terakhir ini bisnis franchise tengah menjadi model bisnis

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor

BAB 3 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa saling

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

Kewirausahaan, Etika dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha global akan mempengaruhi kegiatan. perekonomian di Indonesia dan merupakan salah satu aspek yang harus

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

SEJARAHFRANCHISE Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70-an ketika masuknya Shakey Pisa,

GAMBARAN UMUM BISNIS INTERNASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

19 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA A. Pengertian Waralaba (Franchise) Istilah franchise dipakai sebagai padanan istilah bahasa Indonesia waralaba. Waralaba terdiri atas kata wara dan laba. Wara artinya lebih atau istimewa, sedangkan laba artinya untung. Jadi, menurut arti kata, waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan untung lebih atau laba istimewa. Istilah waralaba diperkenankan pertama kali oleh lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM) di Jakarta. Namun, dalam dunia bisnis para pelaku bisnis di Indonesia lebih mengenal dan senang menggunakan istilah aslinya franchise daripada waralaba. Kedua istilah tersebut muncul dalam hukum bisnis di Indonesia. 1 Franchise berasal dari bahasa Prancis, yaitu franchir yang mempunyai arti memberi kebebasan kepada para pihak. Pengertian franchise dapat dilihat dari 2(dua) aspek, yaitu aspek yuridis dan bisnis. 2 Franchise adalah pemilik dari sebuah merek dagang, nama, dagang, sebuah rahasia dagang, paten, atau produk (biasanya disebut franchisor ) yang memberikan lisensi ke pihak lain (biasanya disebut franchisee ) untuk menjual atau memberi pelayanan dari produk di bawah nama franchisor. 1 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010), h. 560-561. 2 Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 164. 19

20 Franchisee biasanya membayar semacam fee (royalty) kepada franchisor terhadap aktivitas yang mereka lakukan. 3 Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, didefinisikan waralaba sebagai : Pasal 1 Ayat (1) Hak khusus yang dimiliki oleh orang perorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan /atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. 4 British Franchise Association (BFA) mendefenisikan franchise sebagai berikut : franchiseadalah contractual licence yang diberikan oleh suatu pihak (franchisor) kepada pihak lain (franchisee) yang : 1. Mengizinkan franchisee untuk menjalankan usaha selama periode franchise berlangsung, suatu usaha tertentu yang menjadi milik franchisor. 2. Franchisor berhak untuk menjalankan kontrol yang berlanjut selama periode franchise. 3. Mengharuskan franchisor untuk memberikan bantuan pada franchisee dalam melaksanakan usahanya sesuai dengan subjek franchisenya (berhubungan dengan pemberian pelatihan, merchandising atau lainnya). 3 Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), h. 58. 4 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba Pasal 1 ayat (1).

21 4. Mewajibkan franchisee untuk secara periodik franchise berlangsung, membayar sejumlah uang sebagai pembayaran atas franchise atau produk atau jasa yang diberikan oleh franchisor kepada franchisee. 5. Bukan merupakan transaksi antara perusahaan induk ( holding company) dengan cabangnya atau antara cabang dan perusahaan induk yang sama, atau antara individu dengan perusahaan yang dikontrolnya. 5 Dari pengertian, definisi maupun rumusan yang telah diberikan di atas, maka pada dasarnya waralaba merupakan salah satu bentuk pemberian lisensi, hanya saja agak berbeda dengan pengertian lisensi pada umumnya, waralaba menekankan pada kewajiban untuk mempergunakan sistem, metode, tata cara, prosedur, metode pemasaran dan penjualan maupun hal-hal lain yang telah ditentukan oleh pemberi waralaba secara eksklusif, serta tidak boleh dilanggar maupun diabaikan oleh penerima lisensi. Hal ini mengakibatkan bahwa waralaba cenderung bersifat eksklusif artinya seorang atau suatu pihak yang menerima waralaba tidaklah dimungkinkan untuk melakukan kegiatan lain yang sejenis atau yang berbeda dalam suatu lingkungan yang mungkin menimbulkan persaingan dengan kegiatan usaha waralaba yang diperolehnya dari pemberi waralaba. 6 5 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 57-58. 6 Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Waralaba, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 12.

22 B. Sejarah Perkembangan Waralaba (Franchise) Franchise berasal dari B. Prancis kuno yang berarti bebas. Konsep franchise berkembang di Jerman Tahun 1840-an, dikenal hak khusus untuk menjual makanan dan minuman. Konsep franchise berkembang pesat di Amerika, di mulai tahun 1951 perusahaan mesin jahit Singer membuat perjanjian secara tertulis, sehingga dapat disebut sebagai pelopor perjanjian franchise modern. Dan akan dijelaskan lebih lanjut mengenai sejarah franchise di bawah ini uraiannya. 7 Sejarah franchise pertama kali lahir di Amerika Serikat kurang lebih satu abad yang lalu ketika perusahaan mesin jahit Singer mulai memperkenalkan konsep franchising sebagai suatu cara untuk mengembangkan distribusi produknya. 8 Demikian pula perusahaanperusahaan bir memberikan lisensi kepada perusahaan kecil sebagai upaya mendistribusikan bir produksi pabrik yang bersangkutan, serta distribusi atau penjualan mobil dan bensin. Franchise pada saat itu dilakukan pada tingkat distributor. 9 Franchise dengan cepat menjadi model yang dominan dalam mendistribusikan barang dan jasa di Amerika Serikat. Menurut The International Franchise Association, sekarang ini satu dari dua belas usaha perdagangan di Amerika Serikat adalah franchise. Franchise menyerap 7 Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), h. 73. 8 Suharnoko, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisis Kasus, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009),h. 82. 9 Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 166.

23 delapan juta tenaga kerja dan mencapai empat puluh satu persen dari seluruh bisnis eceran di Amerika Serikat. 10 Di Indonesia bisnis penjualan secara retail semacam franchise mulai dikembangkan, misalnya, Pertamina yang memelopori penjualan bensin secara retail melalui Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU) berdasarkan lisensi pompa bensin yang diberikan oleh Pertamina dan perusahaan Jamu Nyonya Meneer yang melisensikan penjualan jamu kepada pengusaha obat tradisional. Karena sistem franchise begitu menarik dan menguntungkan bagi dunia usaha bisnis franchise asing masuk ke dan berkembang pesat di Indonesia dengan memberi lisensi kepada pengusaha lokal, seperti perusahaan lokal, seperti perusahaan Coca Cola, Kentucky Fried Chicken, Dunkin Donat, dan lain-lain. Maka dari itu, perkembangannya pun telah merambat dari kota besar sampai ke kota kecil. Tentu saja akibatnya menimbulkan persaingan berat bagi pengusaha kecil lokal yang bergerak di bidang usaha yang sejenis. Karena bisnis franchise begitu menarik dan menguntungkan, pemerintah berkepentingan untuk mengembangkan bisnis ini di Indonesia guna terciptanya iklim kemitraan usaha melalui pemanfaatan lisensi sistem franchise. 11 Pada awal tahun 1990 an International Labour Organization (ILO) pernah menyarankan Pemerintah Indonesia untuk menjalankan sistem franchise guna memperluas lapangan kerja sekaligus merekrut tenaga-tenaga ahli franchise untuk melakukansurvei,wawancara, sebelum memberikan 10 Suharnoko, Loc.cit. 11 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010), h. 554-555.

24 rekomendasi. Hasil kerja para ahli franchise tersebut menghasilkan Franchise Resource Center dimana tujuan lembaga tersebut adalah mengubah berbagai macam usaha menjadi franchise serta mensosialisasikan system franchise ke masyarakat Indonesia. 12 Dengan bantuan International Labour Organization (ILO) dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, kemudian didirikan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) pada tanggal 22 November 1991. Pada tahun 1995 berdiri pula Asosiasi Restoran Waralaba Indonesia (ARWI) yang mengkhususkan diri di bidang usaha restoran. Asosiasi ini bertujuan mengembangkan sumber daya manusia berkualitas di bidang usaha retoran franchise serta mengembangkan informasi dan inovasi teknologi di bidang usaha restoran terutama mengenai teknologi makanan, peralatan masak, kemasan, kesehatan dan gizi, pengawetan, dan manajemen pelayanan. Melalui sistem franchise ini, kegiatan usaha pengusaha kecil di Indonesia dapat berkembang secara wajar dengan menggunakan resep, teknologi, kemasan, manajemen pelayanan, dan merek dagang/jasa pihak lain dengan membayar sejumlah royalti berdasarkan lisensi franchise. 13 C. Jenis-Jenis Waralaba (Franchise) East Asian Executive Repot pada tahun 1983 menggolongkan franchise menjadi tiga macam, yaitu antara lain sebagai berikut. 12 Heris Suhendar, artikel diakses pada 10 Juni 2015 dari http://alpoenya.blogspot.com/2012/04/makalah-pelaksanaan-bisnis-waralaba.html. 13 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010), h. 555.

25 1. Product Franchise, suatu bentuk Franchise dimana penerima Franchise hanya bertindak mendistribusikan saja produk dari patnernya dengan pembatasan areal, seperti pengecer bahan bakar Shell atau British Petroleum; 2. Processing Franchise or Manufacturing Franchise, di sini pemberi franchise hanya memegang peranan memberi Know-how, dari suatu proses produksi seperti minuman Coca Cola atau Fanta. 3. Bussiness Format atau System Franchise, dimana pemberi franchise sudah memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket, kepada konsumen. Seperti Dunkin Donuts, KFC, Pizza Hut, dan lainlain. 14 Dalam bentuknya sebagai bisnis, waralaba memiliki dua jenis kegiatan: 1. Waralaba produk dan merek dagang; 2. Waralaba format bisnis. Waralaba produk dan merek dagang adalah bentuk waralaba yang paling sederhana. Dalam waralaba produk dan merek dagang, pemberi waralaba memberikan hak kepada penerima waralaba untuk menjual produk yang dikembangkan oleh pemberi waralaba yang disertai dengan pemberian izin untuk menggunakan merek dagang milik pemberi waralaba. Pemberian izin penggunaan merek dagang milik pemberi waralaba. Pemberian izin penggunaan merek dagang tersebut diberikan dalam rangka penjualan produk yang diwaralabakan tersebut. Atas pemberian izin penggunaan merek dagang 14 Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 168-169.

26 tersebut biasanya pemberi waralaba memperoleh suatu bentuk pembayaran royalti dimuka, dan selanjutnya pemberian waralaba memperoleh keuntungan (yang sering juga disebut dengan royalti berjalan) melalui penjualan produk yang diwaralabakan kepada penerima waralaba. Dalam bentuknya yang sangat sederhana ini, waralaba produk dan merek dagang seringkali mengambil bentuk keagenan, distributor atau lisensi penjualan. 15 Selanjutnya Martin Madelson menyatakan bahwa waralaba format bisnis ini terdiri atas: 1. Konsep bisnis yang menyeluruh dari pemberi waralaba; 2. Adanya proses permulaan dan pelatihan atas seluruh aspek pengelolaan bisnis, sesuai dengan konsep pemberi waralaba; 3. Proses bantuan dan bimbingan yang terus- menerus dari pihak pemberi waralaba. 16 D. Karakteristik Waralaba (Franchise) Adapun karakteristik dasar franchise antara lain sebagai berikut : 1. Harus ada suatu perjanjian ( kontrak) tertulis, yang mewakili kepentingan yang seimbang antara franchisor dengan franchisee. 2. Franchisor harus memberikan pelatihan dalam segala aspek bisnis yang akan dimasukinya. 15 Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Waralaba, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 13. 16 Ibid, h. 14.

27 3. Franchisee diperbolehkan (dalam kendali franchisor) beroperasi dengan menggunakan nama/merek dagang, format dan atau prosedur, serta segala nama (reputasi) baik yang dimiliki franchisor. 4. Franchisee harus mengadakan investasi yang berasal dan sumber dananya sendiri atau dengan dukungan sumber dana lain (misalnya kredit perbankan). 5. Franchisee berhak secara penuh mengelola bisnisnya sendiri. 6. Franchisee membayar fee dan atau royalti kepada franchisor atas hak yang didapatnya dan atas bantuan yang terus menerus diberikan oleh franchisor. 7. Franchisee berhak memperoleh daerah pemasaran tertentu dimana ia adalah satu-satunya pihak yang berhak memasarkan barang atau jasa yang dihasilkannya. 8. Transaksi yang terjadi antara franchisor dengan franchisee bukan merupakan transaksi yang terjadi antara cabang dari perusahaan induk yang sama, atau antara individu dengan perusahaan yang dikontrolnya. 17 2007), h. 58-59 17 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta,