PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN STABILITAS DIMENSI KAYU AKIBAT PENGAWETAN MENGGUNAKAN IMPREGNASI KARBONDIOKSIDA

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization

STABILISASI DIMENSI KAYU DENGAN APLIKASI PARAFIN CAIR

PENANGGULANGAN MASALAH SERAT BERBULU PADA KAYU LABU ( Endospermum spp.) SEBAGAI BAHAN BAKU PENSIL

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

BEBERAPA SIFAT FISIK GUBAL ANGSANA

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN

KAJIAN DIAMETER - PERSENTASE KAYU TERAS TERHADAP KUALITAS KAYU JATI (Tectona grandis Linn. F) DARI HUTAN RAKYAT GUNUNG KIDUL

PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ASAM BORAT TERHADAP PENGAWETAN KAYU JABON DENGAN METODE PENGAWETAN RENDAMAN PANAS DINGIN

PERLAKUAN KIMIA DAN FISIK EMPAT JENIS ROTAN SESUDAH PENEBANGAN CHEMICAL AND PHYSICAL TREATMENT OF FOUR RATTAN SPECIES AFTER FELLING

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.)

PAPAN PARTIKEL TANPA PEREKAT DARI BAMBU ANDONG DAN KAYU SENGON MENGGUNAKAN PERLAKUAN OKSIDASI SUHASMAN

PENGAWETAN KAYU MANGGA (Mangifera indica) SECARA TEKANAN DENGAN PERMETHRIN UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING

SIFAT FISIS, MEKANIS DAN PEMESINAN KAYU RARU (Cotylelobium melanoxylon) SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMBINASI BORAKS DAN ASAM BORAT SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT API DAN ANTIRAYAP PADA KAYU MERANTI MERAH. *

Kandungan Kayu Gubal dan Teras pada Dolog dan Papan Gergajian. Manglid (Manglieta glauca Bl.))

SIFAT PENYERAPAN BAHAN PENGAWET PADA BEBERAPA JENIS KAYU BANGUNAN

UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING

Variasi Aksial dan Radial Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) yang Tumbuh di Kabupaten Sleman

Perlakuan Kimia dan Fisik Empat Jenis Rotan sesudah Penebangan (Chemical and Physical Treatments of Four Rattan Species after Felling)

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 )

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

Karlinasari et al. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(1): (2009)

PERBAIKAN MUTU KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN CARA FISIK DAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

JENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT UNTUK MEBEL DAN KERAJINAN

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU IPIL (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) BERDASARKAN LETAK KETINGGIAN DALAM BATANG

Keywords: Laminated bamboo, wood layer, physical and mechanical properties.

DAMPAK PENGASAPAN KAYU TERHADAP SIFAT FISIK KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd) DAN KAYU LABAN (Vitex pubescens Vahl)

PENGARUH PANJANG PARTIKEL TERHADAP KUALITAS ORIENTED PARTICLE BOARD DARI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A & J.H. Schult.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT

SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU BENUANG

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL MENGGUNAKAN PEREKAT POLIVINIL ACETAT (PVAc) DENGAN BAHAN PENGAWET BORAKS DAN IMPRALIT COPPER KHROM BORON (CKB)

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR...

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

PENGERINGAN DAN PENGAWETAN KAYU KAMALAKA ASAL KALIMANTAN SELATAN. (Drying and Preservation of Kamalaka Wood from South Kalimantan)

Pengawetan Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) Menggunakan Asam Borat (H3BO3) Dengan Metode Pengawetan Rendaman Panas Dingin

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

PENGAWETAN ROTAN KURANG DIKENAL SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL MENGGUNAKAN RENDAMAN DINGIN

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

DAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT YANG TERBUAT DARI LIMBAH KAYU SENGON DAN KARTON DAUR ULANG

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat membutuhkan kenaikan

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL

APLIKASI KOPOLIMER TANIN RESORSINOL FORMALDEHIDA UNTUK MENINGKATKAN SIFAT FISIS-MEKANIS BAGIAN LUNAK KAYU KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

Universitas Gadjah Mada 1

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

PENGARUH KADAR PEREKAT TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL BAMBU ( Effect of resin portion on bamboo particleboard properties )

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

PENGARUH POSISI RADIAL KAYU BAWANG (Dysoxylum sp.), JENIS FILLER DAN DERAJAT KELEMBUTANNYA TERHADAP KETEGUHAN REKAT

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

KARAKTERISTIK DAN VARIASI SIFAT FISIK KAYU MANGIUM

PENDAHULUAN Latar Belakang

PROTOTYPE PARQUET DARI LIMBAH BATANG AREN Arenga pinnata (Wurmb) Merrill SKRIPSI. Oleh: ANDRO TARIGAN

ISBN KAJIAN SIFAT FISIS BATANG NIBUNG (Oncosperma tigilarium)

Efrida Basri & Jamal Balfas

Kadar Zat Ekstraktif dan Susut Kayu Nangka ( Arthocarpus heterophyllus ) dan Mangium ( Acacia mangium

PERESAPAN BAHAN PENGAWET. 1. Faktor-faktor terhadap Peresapan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS ALUMUNIUM SULFAT SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. kingdom plantae, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas

UJI KECEPATAN PUTARAN OPTIMAL PADA ALAT PENYANGRAI KOPI TIPE ROTARI TERHADAP KUALITAS HASIL SANGRAI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate

RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah Pilihan : Ilmu Kayu Kode MK/SKS :

KAJIAN PENGARUH JENIS PELAPIS DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP SIFAT FISIKA DAN KIMIA BUAH STROBERI (Fragraria sp) SELAMA PENYIMPANAN

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

ABSTRAK. ACHMAD MAHDI. Pengawetan Kayu Karet (Havea brasiliensis) Menggunakan Trusi dengan Metode Vakum Tekan (di bawah bimbingan H.

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

DAFTAR ISI HALAMAN. vii

OPTIMASI PEMANFAATAN SALAH SATU JENIS LESSER KNOWN SPECIES DARI SEGI SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANISNYA SKRIPSI OLEH: KRISDIANTO DAMANIK

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN

Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Penelitian

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

Transkripsi:

1 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN STABILITAS DIMENSI KAYU AKIBAT PENGAWETAN MENGGUNAKAN IMPREGNASI KARBONDIOKSIDA Changes in the Physical Properties and Dimensional Stability of Preserved Wood Using Carbon Dioxide Impregnation Ifa Zanty Wahyuni, Musrizal Muin, Suhasman ABSTRACT The effect of preservative treatment using carbon dioxide as a carrier solvent on wood physical properties and dimensional stability had been observed on three commercial wood species (Agathis sp., Palaquium sp., and Heritiera sp.). For the purpose of the study, wood samples measuring 1,5 (R) x 1,5 (T) x 15 (L) cm were prepared. Treatment was conducted at elevated temperature (5 0 C - 35 0 C) and increased pressure (60-80 kgf/cm 2 ) on one occasion with five replicates using two specimens of each wood species for each treatment. The final treatment condition was maintained for three different periods (10, 20, 30 minutes). Results indicated that the physical properties and dimensional stability of the preserved wood were not significantly affected by the application of CO 2 impregnation as carrier solvent. Key words: Preservative treatment, Carbon dioxide, Carrier solvent, Wood physical properties, Wood dimensional stability PENDAHULUAN Peningkatan ketahanan kayu terhadap organisme perusak kayu dan pencegahan kerugian ekonomis yang ditimbulkannya banyak dilakukan dengan usaha pengawetan. Pengawetan kayu pada prinsipnya adalah memasukkan bahan kimia yang bersifat racun ke dalam kayu untuk melindungi kayu dari serangan organisme perusak. Metode pengawetan yang umum digunakan adalah pengawetan metode sederhana atau tanpa tekanan (perendaman, pencelupan, pemulasan, penyemprotan dan pembalutan) dan pengawetan menggunakan tekanan (metode proses sel penuh dan metode proses sel kosong). Metode pengawetan menggunakan tekanan menjadi pilihan dan lebih komersial dibanding metode tanpa tekanan karena keunggulannya dalam memasukkan bahan kimia ke dalam kayu dan menghasilkan kayu-kayu yang awet. Metodemetode tersebut dilakukan dengan menggunakan media pelarut berupa air atau minyak. Penggunaan bahan pelarut ini potensial menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan karena limbah cair yang dihasilkannya. Metode pengawetan tersebut juga dapat menyebabkan perubahan sifat fisik dan mekanis kayu sebagai akibat proses pengeringan ulang dari kayu yang diawetkan. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif untuk mengembangkan suatu teknologi pengawetan yang menggunakan bahan pelarut yang tidak membahayakan lingkungan. Salah satu alternatif yang mulai dikembangkan adalah penggunaan CO 2 sebagai carrier solvent (pelarut pembawa). Penggunaan CO 2 untuk impregnasi bahan pengawet ke dalam kayu diyakini tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini didukung oleh sifat dasar pelarut pembawa tersebut yang berupa gas sehingga tidak menyebabkan adanya tetesantetesan bahan pengawet atau pengeringan ulang setelah pengawetan. Namun demikian, penggunaan CO 2 sebagai pelarut pembawa menuntut kondisi tekanan yang tinggi sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi sifat fisik dan dimensi kayu yang diawetkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh impregnasi CO 2 sebagai pelarut pembawa terhadap sifat fisik dan stabilitas dimensi beberapa jenis kayu yang diawetkan. Persiapan Sampel Uji BAHAN DAN METODE Sampel uji yang akan digunakan adalah sampel uji bebas cacat dari tiga jenis kayu

2 komersil, yaitu kayu agathis (Agathis sp.), kayu nyatoh (Palaquium sp.), dan kayu palapi (Heritiera sp.) dengan ukuran 1,5 cm (radial) x 1,5 cm (tangensial) x 15 cm (longitudinal). Pada bagian ujung setiap sampel uji diberi coating berupa epoxy resin untuk menghindari masuknya bahan pengawet dari arah longitudinal, dimana impregnasi CO 2 diharapkan berpenetrasi dari permukaan kayu bukan pada ujungnya sesuai dengan keadaan yang biasa diharapkan dalam proses pengawetan komersial. Seluruh sampel uji kemudian ditandai pada tiga titik dengan jarak yang sama sepanjang sampel uji untuk pengukuran dimensi tebal dan lebarnya. Sebelum diawetkan, sampel uji terlebih dahulu dikondisikan pada suhu 60 0 C selama + 48 jam, ditimbang beratnya, kemudian diukur dimensinya dan diperhitungkan sebagai kondisi awal sampel uji. Persiapan Bahan Pengawet Bahan pengawet yang digunakan adalah Silafluofen 95,8 % (Dainihon Jockugiku Co. Ltd.Japan), suatu termisida non-ester pyrethroid. Bahan pengawet ini telah digunakan secara luas dalam pengawetan kayu karena sifatnya yang stabil pada berbagai kondisi lingkungan pemakaian (Minamite et al., 1990). Bahan pengawet tersebut memiliki nilai racun pada retensi 0,025 kg/m 3 (Muin dan Tsunoda, 2004). Dalam penelitian ini, bahan pengawet tersebut dipersiapkan dengan cara melarutkannya dalam co-solvent ethanol (p.a 99,9%, Merc) dengan konsentrasi 20 %. Dalam setiap proses pengawetan, 5 ml larutan pengawet tersebut dimasukkan ke dalam tangki bahan pengawet yang untuk selanjutnya siap diimpregnasikan masuk ke dalam kayu pada saat proses pengawetan dilakukan. Proses Pengawetan Dua sampel uji dari setiap jenis kayu yang telah dipersiapkan dan diukur dimensinya serta ditimbang beratnya dimasukkan ke dalam tangki pengawetan. Setelah itu, CO 2 dialirkan dari tabung ke dalam tangki bahan pengawet yang telah diisi dengan 5 ml larutan bahan pengawet dan selanjutnya dialirkan ke dalam tangki pengawetan. Kombinasi suhu 15 0 C dengan tekanan 60 kg/cm 2 digunakan pada tahap awal, kemudian suhu tersebut ditingkatkan secara perlahan-lahan hingga mencapai suhu 35 0 C untuk meningkatkan fase CO 2 dari cair menjadi superkritis. Kondisi akhir tersebut dipertahankan selama tiga jangka waktu yang berbeda, yaitu 10, 20, dan 30 menit. Proses pengawetan dilakukan dengan lima (5) kali ulangan, sehingga untuk masing-masing jenis kayu dibutuhkan 10 sampel uji. Proses pengawetan di atas juga dilakukan dengan hanya menggunakan CO 2 tanpa bahan pengawet untuk memperoleh angka koreksi atas pengaruh tunggal dari pelarut pembawa tersebut. Penentuan sifat Fisik dan Stabilitas Dimensi Kayu Setelah proses pengawetan, setiap sampel uji dikeluarkan dari tangki pengawetan, diamati keadaan fisiknya, dikondisikan, dan ditimbang beratnya serta diukur kembali dimensinya pada titik/tempat dan dengan cara yang sama seperti sebelum pengawetan. Sifat fisik kayu (kadar air, kerapatan, stabilitas dimensi, dan T/R Rasio) ditentukan berdasarkan data-data hasil pengukuran tersebut. Analisis Data Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial dengan rancangan acak lengkap (Gasperz, 1991), dimana setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 5(lima) kali. Perlakuan terdiri atas 2 faktor, yaitu faktor lama pengawetan (0, 10, 20, dan 30 menit) serta faktor jenis kayu (agathis, nyatoh, dan palapi). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap kayu yang telah diawetkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa proses pengawetan menggunakan CO 2 sebagai pelarut pembawa tidak memberikan pengaruh negatif terhadap penampakan kayu. Akan tetapi pada kondisi perlakuan tertentu, penggunaan CO 2 tersebut dapat menyebabkan retak dan pecah pada kayu nyatoh. Meskipun demikian, adanya retak dan pecah ini hanya dijumpai pada satu sampel dari sepuluh sampel yang diawetkan dengan kondisi perlakuan 10 menit. Oleh karena itu, keadaan ini dapat saja disebabkan oleh keadaan sampel uji yang memang mudah mengalami keretakan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa perlakuan pada kondisi perlakuan dengan proses yang lebih lama, 20 dan 30 menit tidak menyebabkan keretakan pada sampel uji kayu nyatoh lainnya.

3 Hasil penelitian ini juga menunjukkan gejala yang berbeda dengan yang dikemukakan oleh Hunt dan Garrat (1953), yaitu bahwa batas untuk menaikkan tekanan pada proses pengawetan tanpa menyebabkan kayu retak atau collapse tergantung pada kekuatan mekanis kayu. Dalam penelitian ini, kayu yang berpotensi mengalami retak dan pecah adalah kayu nyatoh, meskipun kayu tersebut secara mekanis pada dasarnya lebih kuat dari kayu agathis (Martawijaya, dkk., 1981). Hal ini menunjukkan bahwa proses pengawetan menggunakan CO 2 sebagai pelarut memiliki karakteristik dan pengaruh yang berbeda bila dibanding dengan menggunakan pelarut cair. Dalam hal ini, penelitian-penelitian interaksi fisik yang terjadi selama proses pengawetan tersebut sangat diperlukan. Hasil pengamatan terhadap kadar air kesetimbangan, kerapatan, penyusutan/ pengembangan arah tangensial dan arah radial T/R rasio dari sampel uji sebelum dan setelah pengawetan dapat bervariasi pada setiap jenis kayu dan perlakuan seperti diuraikan dalam bagian-bagian berikut: Kadar Air Kesetimbangan Hasil pengamatan terhadap kadar air kesetimbangan pada kayu agathis, nyatoh, dan palapi yang melalui proses pengawetan dan tanpa melalui proses pengawetan yang diamati pada keadaan suhu rata-rata 31 0 C dan kelembaban rata-rata 69% menunjukkan bahwa rata-rata kadar air kesetimbangan kayu agathis lebih tinggi dari kayu nyatoh dan kayu palapi yaitu sebesar 13,88% sedangkan kayu nyatoh dan kayu palapi masingmasing sebesar 13,12% dan 13,34%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kadar air kesetimbangan kayu tidak dipengaruhi secara nyata oleh proses pengawetan. Kadar air kesetimbangan kayu agathis, nyatoh, dan palapi sebelum dan setelah mengalami proses pengawetan dapat dilihat pada Tabel 1. Kerapatan Kayu Hasil pengamatan terhadap kerapatan kayu agathis, kayu nyatoh, dan kayu palapi yang melalui proses pengawetan dan tanpa melalui proses pengawetan menunjukkan bahwa kayu palapi memiliki rata-rata kerapatan kayu lebih tinggi dari kayu nyatoh dan kayu agathis yaitu sebesar 0,60 g/cm 3, sedangkan kayu nyatoh dan kayu agathis masing-masing sebesar 0,45 g/cm 3 dan 0,51 g/cm 3. Hasil analisis ragam juga menunjukkan bahwa proses pengawetan termasuk lamanya tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan kayu. Kerapatan kayu agathis, nyatoh, dan palapi sebelum dan setelah mengalami proses pengawetan dapat dilihat pada Tabel 2. Table 1. Equilibrium moisture content of wood before and after preservative treatment using carbon Equilibrium moisture content (%) Agathis sp. 14,26 13,80 13,65 13,82 Palaquium sp. 12,90 13,04 13,14 13,39 Heritiera sp. 13,41 13,21 13,24 13,45 Table 2. Density of wood before and after preservative treatment using carbon Wood density (g/cm 3 ) Agathis sp. 0,49 0,51 0,52 0,51 Palaquium sp. 0,42 0,47 0,45 0,45 Heritiera sp. 0,62 0,59 0,60 0,59

4 Table 3. Tangential shrinkage and swelling of wood before and after preservative treatment using carbon Tangential shrinkage (Sr) and swelling (Sw) of wood Sr (%) Sw (%) Sr (%) Sw (%) Sr (%) Sw (%) Sr (%) Sw (%) Agathis sp. 3,09 3,28 3,62 2,69 3,69 3,23 3,74 3,33 Palaquium sp. 2,84 3,09 3,10 3,00 3,33 3,03 3,06 2,85 Heritiera sp. 3,64 3,14 3,47 3,42 3,64 3,45 4,03 3,66 Penyusutan dan Pengembangan Penyusutan dan Pengembangan Tangensial Hasil pengamatan terhadap persentase penyusutan dan pengembangan tangensial pada jenis kayu agathis, kayu nyatoh, kayu palapi yang proses pengawetan menunjukkan bahwa kayu palapi memiliki rata-rata persentase penyusutan dan pengembangan tangensial lebih besar dari kayu agathis dan kayu nyatoh masing-masing sebesar 3,70% dan 3,42% sedangkan kayu agathis masing-masing sebesar 3,54 % dan 3,13% dan kayu nyatoh masing-masing sebesar 3,08% dan 2,99%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa hanya faktor jenis kayu yang mempengaruhi penyusutan tangensial, sedang lama pengawetan serta interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa penyusutan tangensial kayu palapi berbeda tidak nyata dengan kayu agathis tetapi berbeda nyata dengan kayu nyatoh. Sedangkan kayu agathis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kayu nyatoh dan kayu palapi. Penyusutan dan pengembangan tangensial kayu agathis, nyatoh, dan palapi sebelum dan setelah mengalami proses pengawetan dapat dilihat pada Tabel 3. Penyusutan dan Pengembangan Radial Hasil pengamatan terhadap persentase penyusutan dan pengembangan radial pada jenis kayu agathis, kayu nyatoh, kayu palapi yang proses pengawetan menunjukkan bahwa kayu palapi memiliki rata-rata persentase penyusutan dan pengembangan radial lebih besar dari kayu nyatoh dan kayu agathis. Kayu palapi menunjukkan nilai penyusutan dan pengembangan masing-masing sebesar 2,72 % dan 2,57 %, sedangkan kayu agathis masingmasing sebesar 2.59 % dan 2,43 % dan kayu nyatoh masing-masing sebesar 2,11% dan 2,09 %. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa hanya faktor jenis kayu yang mempengaruhi penyusutan radial, sedang faktor lama pengawetan dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa penyusutan radial kayu palapi berbeda tidak nyata dengan kayu agathis tetapi menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kayu nyatoh. Penyusutan dan pengembangan radial kayu agathis, nyatoh, dan palapi sebelum dan setelah mengalami proses pengawetan dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai T/R Rasio Hasil perhitungan terhadap T/R rasio pada jenis kayu agathis, kayu nyatoh, kayu palapi yang proses pengawetan menunjukkan bahwa rata-rata T/R rasio kayu palapi (1,34) lebih kecil dari kayu agathis dan kayu nyatoh yang masing-masing Table 4. Radial shrinkage and swelling of wood before and after preservative treatment using carbon Radial shrinkage (Sr) and swelling (Sw) of wood Sr (%) Sw (%) Sr (%) Sw (%) Sr (%) Sw (%) Sr (%) Sw (%) Agathis sp. 2,19 2,59 2,94 2,24 2,39 1,84 2,84 3,05 Palaquium sp. 2,11 1,86 2,28 2,01 2,07 2,64 2,01 1,90 Heritiera sp. 2,67 2,53 2,48 2,37 2,93 2,78 2,76 2,59

5 sebesar 1,59 dan 1,77. Hasil analisis ragam T/R rasio pada ketiga jenis kayu dengan berbagai perlakuan menunjukkan bahwa baik faktor lama pengawetan, jenis kayu dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Secara keseluruhan, hasil-hasil penelitian seperti dikemukakan di atas menunjukkan bahwa perlakuan pengawetan dengan impregnasi menggunakan CO 2, termasuk lamanya proses berlangsung pada kisaran sampai dengan 30 menit, tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisik dan stabilitas dimensi kayu. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya interaksi kimia yang bersifat negatif dari penggunaan CO 2 sebagai pelarut dengan kayu yang diawetkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Larsen et al..(1992) bahwa penggunaan CO 2 tidak menyebabkan interaksi kimia yang merusak dinding sel kayu yang diawetkan. Di samping itu, penggunaan CO 2 terbukti tidak menyebabkan interaksi kimia yang bersifat negatif terhadap komponen dinding sel kayu, tetapi interaksi fisik dan mekanis dapat terjadi sebagai akibat perubahan tekanan dan/atau suhu perlakuan (Muin et al., 2001; Muin and Tsunoda, 2003). KESIMPULAN Pengawetan dengan menggunakan karbondioksida sebagai pelarut pembawa tidak mempengaruhi sifat fisik kayu (kadar air, kerapatan, penyusutan dan pengembangan serta T/R rasio). Adanya retak dan pecah pada kayu nyatoh sebagai akibat pengawetan menggunakan karbondioksida sebagai pelarut pembawa perlu mendapat perhatian dengan memperhatikan faktor-faktor atau parameter proses untuk mencegah terjadinya retak atau pecah pada kayu yang diawetkan. Dalam hal ini, perlu dilakukan modifikasi laju pemberian tekanan dalam proses pengawetan kayu-kayu yang memiliki permeabilitas rendah. DAFTAR PUSTAKA Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Penerbit CV. Armico, Bandung. Hunt, G.M. dan Garratt, G.A. 1953. Wood Preservation. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York. Larsen, A., N.A. Jentoft and T. Geibokk. 1992. Extraction of Formaldehyde from Particelboard with Supercritical Carbon Dioxide. Journal of Forest Products, Vol. 42 No. 4: 45-48. Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir, S.A. Prawira, 1981. Atlas kayu Indonesia: Jilid I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Minamite, Y., T. Kanzaki and Y. Katsuda. 1990. Application of a Novel Silaneophane (Hoe- 498) to Termicides. Japan Journal of Enviromental Entomology and Zoology. Vol. 2: 117-122. Muin, M., A. Adachi, dan K. Tsunoda. 2001. Applicability of supercritical carbon dioxide to the preservative treatment of wood-based composites. The International Research Group on Wood Preservation, Document No. IRG/WP 01-40199. Muin, M. and K. Tsunoda. 2003. Preservative Treatment of Wood-Based Composites with 3- Iodo-Propynyl Butylcarbamate Using Supercritical Carbon Dioxide Impregnation. Journal of Wood Science 49: 430-436 ---------------------------------. 2004. Biological Performance of Wood-Based Composites Treated with a Formulation of of 3-Iodo-2- Propynyl Butylcarbamate and Silafluofen Using Supercritical CO 2. Journal of Wood Science 50: 535-539. Diterima : 12 Oktober 2006 Ifa Zanty Wahyuni, Musrizal Muin, dan Suhasman Lab. Keteknikan dan Diversifikasi Produk Hasil Hutan Jurusan Kehutanan, Universitas Hasanuddin Kampus Tamalanrea, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar 90245 Telp./Fax. 0411-585917. Indonesia M. Natsir Usman Balai Besar Industri Hasil Hutan Jl. Racing Centre No. 28, Makassar