BAB I PENDAHULUAN. banyak pekerjaan, selain itu industri pakaian menjadi sumber pendapatan utama.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu kondisi yang harus dihadapi oleh perusahaan-perusahaan baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Peringkat Merek Keterangan 1 Lois Selalu 2 Lea 3 Wrangler. 5 Lee Cooper 6 Levi's

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi ini dapat memicu bisnis di Indonesia maupun global.

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pasar eceran atau pasar ritel di Indonesia merupkan pasar besar dengan

LAMPIRAN 1 KUESIONER AWAL (UJI COBA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. senang menggunakan pakaian yang bermotif batik baik digunakan saat santai, kuliah

BAB I PENDAHULUAN. Niat beli merupakan sikap konsumen terhadap suatu produk jika kriteria produk

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang sedang dilanda krisis ekonomi ekonomi yang berkepanjangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, karena kebutuhan hidup seseorang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dibukanya berbagai macam gerai-gerai baru yang dilakukan oleh investor asing

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan semakin majunya teknologi dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi semakin meningkat, baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat diikuti dengan. berkembangnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi dan dunia bisnis, mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini perekonomian makin maju dan berkembang dengan pesat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang semakin maju menyebabkan timbulnya berbagai macam peluang bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. segi kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas kawasan Asia yang telah diberlakukan mulai Januari

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bergerak di bidang pertanian dan perkebunan karena Negara

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan berbagai uraian dan temuan yang dihasilkan oleh penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di negara indonesia dirugikan mencapai hingga triliunan karena banyaknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. terus mengenalkan produknya kepada masyarakat seluas mungkin dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun sedang mengalami berbagai masalah dalam perekonomian,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan pokok dari perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan taraf hidup dan gaya hidup masyarakat yang sangat beragam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .( Kotler,2009

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional / global. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha serta kebutuhan konsumen. Dalam hal ini bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Manajemen Pemasaran. mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan mode pakaian pada era modern ini sudah menjadi sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. promosi secara berkesinambungan dan terarah akan mampu mencapai hasil. tawarkan demi mencapai tujuan finansial dan nonfinansial.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB I PENDAHULUAN. batik. Batik Indonesia dibuat di banyak daerah di Indonesia dan memiliki

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan penjualan produk. Pengertian SPG dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang (

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menggunakan produk atau jasa dari perusahaan. harus mampu menciptakan, memelihara, melindungi dan membangun image

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan di dalam dunia usaha menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu industri yang memiliki peran penting di Indonesia yaitu pada sektor manufaktur dari produk pakaian. Melalui industri pakaian dapat tercipta banyak pekerjaan, selain itu industri pakaian menjadi sumber pendapatan utama. Selain memiliki hal positif, industri pakaian pun dihadapkan dengan sisi negatif. Industri pakaian di Indonesia kini harus menghadapi persaingan pemasaran yang cukup ketat, terutama semenjak diberlakukannya kebijakan C-AFTA (China- ASEAN Free Trade Area), pelaku industri pakaian di Indonesia harus mampu bersaing dengan produk asing. Industri tekstil dan garmen merupakan bagian dari industri pakaian. Produk garmen merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial untuk dikembangkan di pasar global. Beny Sutrisno, ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (tahun 2007) mengungkapkan bahwa kebutuhan produk tekstil dan pakaian jadi (garmen) akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Seperti yang terlihat dalam Gambar 1.1 Sumber: Beny Sutrisno (2007:1) GAMBAR 1.1 1

2 ESTIMASI NILAI PERDAGANGAN TEKSTIL DAN PAKIAN JADI DUNIA Mengingat potensi pasar yang demikian besar maka persaingan produk garmen di pasar duniapun sangat ketat. Eksportir terbesar produk garmen ke pasar dunia berturut-turut adalah negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa, China, Hongkong, Turki, Mexico, India, Amerika, Romania dan Indonesia. Untuk itu negara-negara eksportir garmen dituntut untuk memiliki produktifitas, kualitas, dan daya saing yang tinggi. Berbanding terbalik dengan potensi pasar industri garmen dunia yang besar, pada kenyataannya saat ini industri garmen di Indonesia mengalami penurunan produksi. Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), mengungkapkan penurunan produksi industri tekstil yang mencapai 8,32% (Kemenperin, 2013). Penurunan kinerja industri tekstil ditandai dengan rendahnya daya saing produk di pasar ekspor, peningkatan biaya produksi, persaingan ketat dengan produk asal China, serta pelemahan permintaan di Amerika Serikat dan Eropa karena dampak krisis. (oldindonesiafinancetoday.com, 2013) Selain dari penurunan produksi ternyata pangsa pasar industri tekstil domestik memiliki nilai yang rendah dibandingkan dengan produk impor. Rendahnya pangsa pasar domestik disebabkan oleh penawaran harga produk impor lebih murah dibanding produk lokal. Padahal, pada awal tahun ini (2013), pasar tekstil dalam negeri diperkirakan tumbuh 5 persen dari pasar tahun lalu, US$ 22,7 miliar atau sekitar Rp 221 triliun (www.tempo.co). Naik turun laju pertumbuhan industri tekstil dapat dilihat pada Gambar 1.2

pertumbuhan industri (%) 3 Sumber: kemenperin, 2013 GAMBAR 1.2 LAJU PERTUMBUHAN INDUSTRI TEKSTIL, BARANG KULIT, DAN ALAS KAKI 2007-2012 Berdasarkan Gambar 1.2 dapat terlihat penurunan yang signifikan dari laju pertumbuhan tahun 2011 menuju 2012. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi industri tekstil. Padahal seharusnya produk tekstil memiliki peluang yang besar karena produk dari tekstil seperti benang, kain, hingga pakaian menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Selain itu, masyarakat Indonesia telah memiliki tren bahwa pakaian bukan hanya sebagai pelindung tubuh melainkan sebagai identitas diri. 10 8 6 4 2 0-2 -4-6 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (Triwulan I) Melalui ancaman krisis ekonomi global serta kebijakan C-AFTA (China- Asean Free Trade Area), banyak perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil dan garmen mulai kesulitan untuk mempertahankan usahanya tersebut. Namun lain halnya dengan PT. Multi Garmenjaya yang hingga saat ini masih tetap bertahan di tengah gempuran produk asing yang masuk ke Indonesia. PT. Multi Garmenjaya memproduksi merek pakaian dan jeans terkenal seperti Harley, Gionino, Giosurf, Campari, dan Cardinal. Cardinal merupakan produksi garmen dari Indonesia yang terdaftar di internasional. Untuk penjualan, Cardinal menjual ke luar negeri (ekspor) dan di dalam negeri (lokal). Masing-masing persentase

4 produksi untuk ekspor yaitu sebesar 60% dan lokal 40%. (Sumber: PT. Multi Garmenjaya, 2012). Meskipun persentase produk lokal lebih kecil dibandingkan dengan produk ekspor, namun pasar lokal tidak dianggap lemah, karena dengan tersebarnya penjualan Cardinal di seluruh Indonesia dapat membuktikan bahwa pasar lokal tetap dapat dibanggakan. Dalam produksi lokal, Cardinal memiliki beberapa jenis produk, yaitu Formal, Casual, Denim, dan Ladies. Hal ini dilakukan agar pihak Cardinal dapat meraih segmen pasar di kalangan pria dan wanita baik yang remaja hingga dewasa. Persentase jumlah produksi lokal dapat dilihat dari Gambar 1.3 sebagai berikut: Denim 25% Ladies 5% Formal 30% Casual 40% Sumber: PT. Multi Garmenjaya, 2012 GAMBAR 1.3 PERSENTASE PRODUKSI LOKAL CARDINAL Berdasarkan Gambar 1.3 dapat dilihat persentase produksi lokal Cardinal dalam produk Formal sebesar 30%. Untuk produk Casual diproduksi sebesar 40%. Produk denim diproduksi sebesar 25%. Produk yang paling sedikit diproduksi yaitu Ladies sebanyak 5% karena Cardinal lebih terfokus pada men s wear. Pada produksi denim yang sebesar 25% terbagi lagi ke dalam beberapa jenis. Produk lokal denim terdiri dari celana (panjang dan pendek), kemeja, kaos,

5 jaket, dan aksesoris. Persentase jumlah produksi lokal denim Cardinal dapat dilihat pada Gambar 1.4 sebagai berikut: Kaos 10% Jaket 5% Aksesori s 5% Celana 40% Sumber: PT. Multi Garmenjaya, 2012 GAMBAR 1.4 JUMLAH PRODUKSI LOKAL DENIM CARDINAL Gambar 1.4 menunjukkan persentase jumlah produksi lokal denim. Produksi celana sebanyak 40% yang terdiri dari celana panjang dan pendek. Untuk produksi kemeja sebanyak 30%. Produksi kaos sebesar 10%. Untuk produksi jaket dan aksesoris masing-masing sebesar 5%. Sistem pemasaran produk Cardinal ada dua jenis. Pertama, menggunakan sistem putus. Sistem putus yaitu dengan cara menjual langsung kepada pemilik toko yang biasanya melalui sales. Sales tersebut merupakan pegawai yang terikat dengan Cardinal. Biasanya sales menawarkan kepada setiap toko dengan membawa sample. Kedua, sistem konsinyasi atau yang lebih dikenal dengan bagi hasil. Sistem konsinyasi ini dilakukan oleh Cardinal dengan cara counter, fixture, Sales Promotion Girl, dan display. Cardinal bekerja sama untuk penjualan secara retailing melalui Ramayana, Matahari Department Store (MDS), dan Yogya Department Store. Kemeja 30% Cardinal membuka counter di beberapa mall yang berada di Kota Bandung. Mall yang dipilih untuk bekerja sama yaitu yang di dalamnya terdapat

6 Matahari Department Store (MDS), Yogya Department Store, dan Ramayana. Berikut data mengenai counter Cardinal yang berada di Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 1.1 TABEL 1.1 TARGET PEMASARAN CARDINAL DI MATAHARI DEPT. STORE DAN YOGYA DEPT. STORE Matahari Department Store - Bandung Indah Plaza - Istana Plaza Yogya Department Store - Yogya Kepatihan - Yogya Sunda - Yogya Buahbatu Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber Segmen Pasar - menengah ke bawah hingga menengah ke atas, dimulai dari pelajar hingga pegawai - menengah hingga menengah ke atas - menengah ke bawah hingga menengah ke atas - menengah ke bawah hingga menengah ke atas - menengah ke bawah hingga menengah ke atas Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa segmen pasar yang hampir sama rata di semua retail. Hal tersebut dilakukan karena sesuai dengan segmentasi dari produk Cardinal yaitu pada kelas menengah hingga menengah atas. Namun dengan persamaan segmen pada setiap retail, tetap memiliki perbedaan dalam penjualan. Data penjualan produk jeans Cardinal selama tahun 2008 hingga 2012 mengalami fluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 untuk penjualan di Yogya Kepatihan, MDS Galeria BIP, MDS Istana Plaza (IP), Yogya Sunda, dan Yogya Griya Buahbatu. Perbandingan disajikan dalam bentuk data penjualan per pieces dari tahun 2008-2012. TABEL 1.2 DATA PENJUALAN PRODUK JEANS CARDINAL DI YOGYA KEPATIHAN, YOGYA SUNDA, YOGYA GRIYA BUAHBATU, MDS BIP, DAN MDS IP TAHUN 2008-2012 Tahun Nama Toko TOTAL 2008 2009 2010 2011 2012 Yogya Kepatihan 13243 9513 13773 12513 14535 63577

7 Nama Toko Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 TOTAL Yogya Sunda 1818 2090 3040 2379 2240 11567 Yogya Griya Buahbatu 1643 2754 2580 2167 1438 10582 MDS Galeria BIP 1282 1695 2984 2241 1805 10007 MDS IP - 324 1549 2282 1329 5484 TOTAL 14525 11532 18306 17036 17669 101217 Sumber: PT. Multi Garmenjaya, 2013 Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat secara keseluruhan bahwa penjualan jeans Cardinal dari tahun 2008-2012 mengalami fluktuasi. Angka penjualan terbanyak yaitu pada Yogya Kepatihan meskipun mengalami penurunan dari tahun 2010 ke 2011 yaitu sebanyak 1260 pieces namun pada tahun 2012 mengalami kenaikan. Penjualan di MDS IP menunjukkan total penjualan terendah, namun mengingat counter ini baru diadakan pada tahun 2009 maka tidak dapat dibandingkan dengan penjualan di counter lain yang penjualannya sudah cukup lama. Meskipun terbilang baru, namun ternyata dapat menunjukkan tren penjualan yang positif setiap tahunnya. Di counter Yogya Sunda dan Yogya Griya Buahbatu penjualan relatif stabil meskipun terkadang mengalami penurunan namun tidak terlalu signifikan. Berbeda dengan yang terjadi di MDS Galeria BIP, meskipun sudah berjalan cukup lama dengan counter lainnya namun selalu menunjukkan penjualan terkecil. Mengingat BIP ramai pengunjung yaitu sekitar 35.000-50.000 pengunjung pada akhir pekan (bisnis-jabar.com,2013), namun kenyataannya tidak sebanding dengan penjualan produk Cardinal. Dengan kondisi yang demikian, apabila tidak ada perbaikan dalam hal penjualan maka dapat menyebabkan kerugian bagi Cardinal. Data mengenai ketidaktercapaian target penjualan di MDS Galeri BIP dapat dilihat pada Tabel 1.3

8 TABEL 1.3 TARGET PENJUALAN DAN PENJUALAN PRODUK JEANS CARDINAL DI MDS GALERIA BIP TAHUN 2008-2012 Tahun Target (pcs) Penjualan (pcs) Selisih 2008 2105 1282-823 2009 3166 1695-1471 2010 2581 2984 + 403 2011 2530 2241-289 2012 2555 1805-450 Sumber: PT. Multi Garmenjaya, 2013 Berdasarkan Tabel 1.3 terihat dengan jelas bahwa penjualan selama lima tahun terakhir di MDS Galeria BIP tidak mencapai target. Penjualan yang melebihi target hanya terjadi di tahun 2010. Persentase ketidaktercapaian target penjualan di MDS Galeria BIP selama tahun 2008 hingga 2012 yaitu sebesar 77,35%. Tentunya hal ini dapat membahayakan Cardinal apabila tidak dapat memperbaiki penjualan di counter tersebut. Fenomena menurunnya volume penjualan di MDS Galeria BIP mengindikasikan kurangnya minat pembeli untuk membeli produk denim Cardinal. Berkurangnya penjualan dapat juga disebabkan oleh perubahan permintaan konsumen yang sesuai dengan trend. Menurunnya volume penjualan dan minat pembeli di MDS Galeria BIP akan berdampak pada penurunan pendapatan bagi Cardinal. Mengingat strategisnya produk Cardinal yang berada di BIP, seharusnya dapat meningkatkan penjualan. Selain itu, kelengkapan dan desain produk Cardinal menjadi hal yang dapat menarik minat pembeli untuk memilih produk tersebut. Kenyamanan pelayanan yang terdapat di MDS Galeria BIP seharusnya menunjang penjualan Cardinal untuk lebih meningkatkan angka penjualan. Sehingga apabila tidak ada perbaikan dalam seni penjualan maka

9 perusahaan akan mengalami kerugian yang signifikan. Maka dari itu, Cardinal harus dapat mencapai target dengan menggunakan strategi yang tepat serta mengelola dengan lebih baik penjualan di MDS Galeria BIP. Menurut Kotler dan Keller (2012:386) Purchase decisions are based on how consumers perceive prices and what they consider the current actual price to be not on the marketer s stated price. Keputusan pembelian didasarkan pada bagaimana konsumen menganggap harga dan apa yang mereka pertimbangkan sesuai dengan keadaan harga pada saat ini, bukan berdasarkan harga dari marketer. TABEL 1.4 STRATEGI CARDINAL TAHUN 2013 DI MDS GALERIA BIP TIPE STRATEGI DESKRIPSI Produk - Coordinate product, semua kebutuhan fashion disediakan secara lengkap, mulai dari celana, kemeja, kaos, hingga aksesoris. - Cardinal mengeluarkan produk berupa jeans dengan macammacam warna -Cardinal memproduksi jeans yang berbentuk seperti menggelembung di bagian bawah - Cardinal mengeluarkan produk chino Harga Penetapan harga jeans Cardinal yang sesuai dengan kualitasnya. Adapun penetapan harga promosi berupa potongan harga. Promosi Cardinal melakukan strategi promosi bernama Triple Expose yang mencakup advertising, sales promotion, dan personal selling. - advertising : melalui point of purchase display, sehingga merangsang konsumen untuk melakukan pembelian - sales promotion : melalui diskon dan hadiah, sehingga dapat menarik bagi konsumen - personal selling : melalui sales people yang berkualitas sehingga diharapkan dapat meningkatkan penjualan Tiga pendekatan promosi di tiga titik lokasi sekaligus dapat memudahkan konsumen untuk membeli produk Cardinal. Lokasi Cardinal bekerja sama dengan mal yang memiliki lokasi strategis. Dan di MDS Galeria BIP, Cardinal membuka counter tepat di akses keluar masuk. Sumber: PT. Multi Garmenjaya

10 Dalam upaya meningkatkan penjualan produk, Cardinal memiliki beberapa strategi agar konsumen tertarik untuk mengambil keputusan pembelian. Strategi yang dilakukan oleh Cardinal yaitu melalui produk, harga, sumber daya manusia, dan promosi. Strategi melalui produk dilakukan oleh Cardinal melalui pembentukan pattern yang baik, pemilihan bahan baku yang berkualitas, serta variasi produk. Dalam strategi harga, Cardinal memberikan diskon kepada pelanggan dan juga memberikan potongan harga setiap weekend yang dinamakan dengan strategi Jusami. Strategi dalam SDM, Cardinal menggunakan Sales Promotion Girl yang berkualitas dan juga pegawai-pegawai yang berkompeten. Adapun faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli produk jeans Cardinal dapat dilihat pada Tabel 1.5 sebagai berikut TABEL 1.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN UNTUK MEMBELI JEANS CARDINAL DI MDS GALERIA BIP NO FAKTOR PERSENTASE 1. Merek 33,33 % 2. Iklan 10% 3. Diskon 20% 4. Kualitas 23,33% 5. Pelayanan sales promotion 13,33% TOTAL 100% Sumber: Pra Penelitian, 2013 Berdasarkan Tabel 1.5, terlihat bahwa dari 30 responden yang pernah membeli jeans Cardinal sebanyak 33,33% memilih untuk membeli produk tersebut dengan alsan merek. Adapun alasan yang paling sedikit dipilih oleh responden adalah mengenai iklan (10%), diskon (20%), dan pelayanan (13,33%). Hal ini yang menjadi alasan mengapa penjualan Cardinal mengalami penurunan. Ketiga hal tersebut termasuk ke dalam bauran promosi.

11 Salah satu upaya dari Cardinal untuk lebih meningkatkan volume penjualan yaitu melalui bauran promosi. Cardinal mengadakan program terbaru di tahun 2013 yang diberi nama Triple Expose. Program ini memiliki tujuan untuk meningkatkan penjualan dengan cara melakukan tiga promosi sekaligus. Dalam program ini pun ada beberapa jenis display, yaitu berbentuk wagon, table display, counter normal tambahan, vocal point, dan window display. Lokasi yang dipilih untuk memajang produk Cardinal secara strategis diharapkan dapat lebih mempengaruhi konsumen untuk membeli produk Cardinal. Tempat yang dipilih untuk mendirikan stand yaitu dekat pintu masuk. Dengan adanya display, SPG, serta papan promosi pada lokasi tersebut diharapkan pengunjung tertarik untuk membeli produk Cardinal. Dalam program Triple Expose terdapat juga potongan harga dan gift. Gift yang diberikan pun memiliki beberapa persyaratan tertentu. Periode pelaksanaan program promosi ini dilakukan secara tentatif. Contoh pelaksanaan program Triple Expose dapat dilihat pada lampiran. Cara yang dilakukan Cardinal berbeda dengan para pesaingnya. Hal ini jelas terlihat dari program Triple Expose yang mampu melakukan tiga promosi sekaligus di dalam satu area department store. Tiga pendekatan promosi yang sekaligus ditempatkan pada tiga titik lokasi dapat memudahkan konsumen dalam memilih barang. Tentunya hal ini dilakukan untuk meningkatkan penjualan produk Cardinal. Dalam kegiatan Triple Expose terdapat tiga promosi berupa advertising, sales promotion, dan personal selling. Menurut Ali Hasan (2008:367) promosi adalah fungsi pemasaran yang fokus untuk mengkomunikasikan program-program pemasaran secara persuasif kepada target audience pelanggan

12 (calon pelanggan) untuk mendorong terciptanya transaksi pertukaran antar perusahaan dan audience. Promosi termasuk ke dalam komunikasi pemasaran. Menurut Fandy Tjiptono (2009:216) komunikasi pemasaran yaitu Aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Salah satu alat dalam promosi yaitu melalui point of purchase. Komunikasi point of purchase sebenarnya adalah peluang emas sekaligus kesempatan terakhir bagi produsen dan pengecer untuk memengaruhi pilihan akhir konsumen menyangkut produk dan merk yang bakal dibeli. (Fandy Tjiptono et al, 2008:569) Menurut Liz Barnes (2010:4), The visual merchandising of the retail environment is considered to be key in the visual marketing communication of a retailer, acting as a promotional tool (Lea-Greenwood, 2009). Program promosi Triple Expose yang dilaksanakan oleh Cardinal termasuk ke dalam bauran promosi. Menurut Kotler, et al (2004) dalam Fandy Tjiptono, et al (2008:569) merumuskan komunikasi point of purchase (POP) sebagai beragam penawaran, mulai dari theme promotions dalam toko sampai area penjualan yang diatur khusus. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai (Survei Pada Pembeli Produk Jeans Cardinal di MDS Galeria BIP).

13 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan masalah yang telah diuraikan pada latar belakang penelitian, produk jeans Cardinal belum dapat menguasai pangsa pasar pada MDS Galeria BIP. Dibandingkan dengan penjualan pada Yogya Kepatihan, Yogya Sunda, dan Yogya Griya Buahbatu selama lima tahun terakhir ternyata MDS Galeria BIP memiliki jumlah terkecil penjualan per pieces. Mengingat lokasi penjualan di salah satu mal yang cukup diminati di Kota Bandung yaitu BIP, seharusnya penjualan produk Cardinal dapat mencapai angka yang lebih dari saat ini. Selain itu, desain produk serta kenyamanan pelayanan yang terdapat di MDS Galeria BIP seharusnya bisa meningkatkan minat konsumen untuk membeli produk Cardinal. Apabila perusahaan tidak segera meningkatkan strategi untuk meningkatkan angka penjualan dan mencapai target penjualan maka akan mengalami kerugian yang cukup signifikan. Cardinal merasa perlu melakukan beberapa strategi untuk lebih meningkatkan penjualan di MDS Galeria BIP. Melalui program Triple Expose yaitu dengan cara membuka tiga stand dalam satu mall. Sehingga dengan ada beberapa counter dalam satu mall diharapkan pengunjung mall akan dapat terpengaruhi untuk membeli produk jeans Cardinal. Sehingga dalam penelitian ini lebih ditekankan pada masalah bagaimana upaya untuk meningkatkan minat membeli bagi konsumen dan bauran promosi yang dilaksanakan oleh Cardinal. Penjualan produk Cardinal pada MDS Galeria BIP mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Selain itu, penjualan produk jeans Cardinal di MDS Galeria BIP tidak mencapai target selama tahun 2008 hingga 2012. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya promosi, kurangnya minat pembeli, harga,

14 dan lain-lain. Apabila penjualan tetap kecil maka dapat menyebabkan kurangnya pendapatan bagi Cardinal. Untuk meningkatkan penjualan, Cardinal melaksanakan bauran promosi yaitu program Triple Expose. Dengan diadakannya program tersebut maka diharapkan penjualan produk jeans Cardinal di MDS Galeria BIP dapat meningkat. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah diuraikan pada latar belakang penelitian, maka rumusan masalah untuk penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana gambaran bauran promosi produk jeans Cardinal 2. Bagaimana gambaran keputusan pembelian konsumen produk jeans Cardinal 3. Seberapa besar pengaruh bauran promosi terhadap keputusan pembelian produk jeans Cardinal 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk memperoleh temuan mengenai gambaran bauran promosi produk jeans Cardinal 2. Untuk memperoleh temuan mengenai gambaran keputusan pembelian produk jeans Cardinal 3. Untuk mengetahui mengenai seberapa besar pengaruh bauran promosi terhadap keputusan pembelian produk jeans Cardinal 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan baik secara teoritik maupun praktik sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritik

15 Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan yaitu bagi perkembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang manajemen pemasaran mengenai masalah yang berkaitan dengan bauran promosi dan keputusan pembelian. 2. Kegunaan Praktis 1) Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi manajemen Cardinal di bidang marketing dalam program promosi yang sedang dilaksanakan yaitu Triple Expose. Selain itu, untuk memberikan gambaran mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian produk jeans Cardinal. Penelitian ini juga diharapkan dapat sebagai acuan untuk menemukan hal lain yang dapat mempengaruhi faktor keputusan pembelian. 2) Bagi Penulis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai manajemen pemasaran khususnya mengenai bauran promosi dan keputusan pembelian.