BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Nipil merupakan unsur aparatur negara untuk

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dinyatakan tujuan nasional

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

BAB I PENDAHULUAN. mengatur yang disebut pemerintah (government). Konsep, ajaran, dan

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintah dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 170 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN INTELIJEN NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 1998 TENTANG BADAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian memiliki pengertian setiap

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2004 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 159 TAHUN TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA DUMAI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2015 KEUANGAN. Tunjangan Kinerja. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pencabutan.

TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 63 Tahun : 2014

Ta mba h a n P en gh a sil a n B agi PN S d i Dae r a h

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemb

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30.R Tahun 2008

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan zaman telah membawa konsepsi negara hukum, berkembang pesat menjadi negara hukum modern. Hal ini mengakibatkan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN BUPATI KARAWANG

2016, No Mengingat: Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pemberian Gaji, Pensiun, atau Tunjangan Ketiga Belas kepada Pegawai Negeri

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2004 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

2017, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Neg

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 19 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 329 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BERSUJUD KABUPATEN TANAH BUMBU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012)

BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

G U B E R N U R L A M P U N G

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2015 TENTANG

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999.

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SIAK

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN EKONOMI KREATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk dalam negara hukum, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan daerah diselenggarakan sesuai dengan yang diamanatkan. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) mempunyai peranan amat penting sebab Pegawai Negeri Nipil merupakan unsur aparatur negara untuk menyelenggararakan pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan Negara Indonesia. Seperti tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia. Keempat tujuan Negara ini hanya bisa dicapai dengan adanya pembangunan nasional yang dilakukan dengan perencanaan yang matang, realistik, terarah, terpadu, bertahap, bersungguhsungguh, berdayaguna dan berhasil guna. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk membentuk suatu masyarakat adil dan makmur, seimbang material dan sepiritual berdasarkan Pancasila di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kelancaran pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan nasional itu terutama sekali tergantung pada kesempurnaan aparatur negara yang pada pokoknya tergantung dari kesempurnaan pegawai negeri (sebagian dari aparatur negara) 1. 1 Moh. Mahfud MD, 1998, Hukum Kepegawaian Indonesia, Yogyakarta, Liberty, Hlm. 2 1

2 Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Kepegawaian, maka pegawai negeri terdiri dari : 1. Pegawai Negeri Sipil. a. Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan bekerja pada Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah Propinsi atau Kabupaten atau Kota, Kepaniteraan Pengadilan atau pekerjaan untuk tugas negara lainnya. b. Pegawai Negeri Sipil Daerah. Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah Propinsi atau kabupaten atau Kota. 2. Anggota Tentara Nasional Indonesia. Keanggotaan Tentara Nasional Indonesia diatur dalam undang-undang tersendiri, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun

3 2001 tentang Pengalihan Status Anggota Tentara Nasional Indonesia menjadi Pegawai Negeri Sipil. 3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Keanggotaan Kepolisian Republik Indonesia diatur dalam undang- undang tersendiri, yaitu Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002. 4. Disamping itu pejabat yang bersangkutan dapat menggangkat Pegawai tidak tetap. Pegawai Negeri Sipil menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Kepegawaian adalah bagian dari Pegawai Negeri yang ada di Indonesia. Pegawai Negeri Sipil adalah aparatur negara yang sangat penting dan menentukan, karena Pegawai Negeri Sipil adalah salah satu pelaksana pemerintahan untuk menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional yang kedudukannya diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. Dalam melaksanakan tugas negara tersebut menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri Sipil berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Pemberian gaji kepada Pegawai Negeri Sipil disebabkan pada dasarnya setiap Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya harus dapat hidup layak dari gajinya. Disamping gaji pokok untuk

4 mendukung kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya diberikan juga berbagai macam tunjangan dan tambahan penghasilan tambahan penghasilan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Tambahan Penghasilan Pegawai Negri Sipil. Pasal 63 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 menyebutkan bahwa "Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada Pegawai Negeri Sipil daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan". Tambahan penghasilan kepada pegawai di luar gaji tetap yang mereka terima setiap bulannya merupakan salah satu upaya mendekatkan tingkat penghasilan Pegawai Negri Sipil dengan pemenuhan standar hidup minimal. Sebelum tambahan penghasilan benar-benar dilaksanakan dalam satu daerah, diperlukan langkah-langkah strategis dan taktis sehingga dalam pelaksanaannya nanti tidak mendapatkan masalah. Umumnya langkah-langkah tersebut berbeda tiap daerah, tergantung kondisi dan permasalahan yang dihadapi masing-masing daerah. Langkah-langkah nyata dan tahap-tahap yang dilakukan oleh daerah-daerah yang telah lebih dulu menerapkan tambahan penghasilan bagi pegawainya bisa dijadikan contoh oleh daerah-daerah (Kepala Daerah) lain yang ingin menerapkannya. Variasi daerah yang ditampilkan memudahkan kepala daerah

5 memilih contoh daerah mana yang paling sesuai dengan kondisi daerahnya saat ini. Adapun manfaat tambahan penghasilan adalah: 1. Pegawai merasa mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah. 2. Menghilangkan rasa iri hati pegawai yang tidak pernah terlibat proyek/ kegiatan terhadap pegawai yang sering dilibatkan dalam proyek/ kegiatan. 3. Meningkatkan motivasi kerja pegawai. 4. Mencegah tindakan korupsi di lingkungan pemerintah daerah. Dengan keluarnya Peraturan Walikota Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Tambahan Penghasilan, selain mendapatkan gaji dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah kota Yogyakarta juga mendapatkan tambahan penghasilan sampai dengan sekarang. Diantara Pegawai Negri Sipil yang menerima tambahan penghasilan di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Dengan diberikanya tambahan penghasilan kepada Pegawai Negeri Sipil di wilayah Pemerintah Kota Yogyakarta yang bekerja di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Kehidupan Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta merasa lebih layak dan kesejahteraan keluarganya meningkat

6 serta prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta lebih baik dari sebelumnya. B. Perumusan Masalah. Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimana kerangka hukum dan pelaksanaan pemberian tambahan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Yogyakarta? 2. Fator-faktor apa yang menjadi pertimbangan pemberian Tambahan Penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Yogyakarta? C.. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kerangka hukum dan pelaksanaan pemberian tambahan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Yogyakarta

7 2. Untuk mengetahui fator-faktor yang menjadi pertimbangan pemberian tambahan Penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Yogyakarta D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis. a. Untuk mengetahui kerangka hukum dan pelaksanaan pemberian tambahan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Yogyakarta. b. Untuk mengetahui fator-faktor yang menjadi pertimbangan pemberian tambahan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Yogyakarta. 2. Manfaat Praktis. a. Diharapkan dapat menambah pustaka bagi yang ingin mengetahui, mempelajari secara lebih mendalam mengenai masalah ini dan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang Hukum Administrasi Negara khususnya Hukum Kepegawaiaan. b. Sebagai pembanding dan pertimbangan dalam penelitian yang sejenis dimasa yang akan datang

8 E. Tinjauan Pustaka. Kepegawaian adalah segala hal mengenai kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai negeri 2. Sistem penggajian kepegawaian sangat berkait dengan kinerja aparatur pemerintah. Tingkat gaji yang tidak memenuhi standar hidup minimal pegawai merupakan masalah yang harus dituntaskan penyelesaiannya. Aparatur pemerintah yang merasa penghasilan yang diterimanya tidak sesuai dengan kontribusi yang diberikannya dalam menjalankan tugas pokoknya tidak akan dapat secara optimal melaksanakan tugas pokoknya tersebut. Untuk itulah, beberapa pimpinan daerah yang memiliki kewenangan tertinggi dalam pemerintahannya menyadari betapa masalah ini harus dicarikan solusi yang elegan dan tuntas. Pemberian tambahan penghasilan diluar gaji tetap dan tunjangan kesejahteraan yang mereka terima setiap bulannya merupakan salah satu upaya mendekatkan tingkat penghasilan Pegawai Negri Sipil dengan pemenuhan standar hidup minimal. Sebelum tambahan penghasilan benar-benar dilaksanakan dalam satu daerah, diperlukan langkah-langkah strategis dan taktis sehingga dalam pelaksanaannya nanti tidak mendapatkan masalah. Umumnya langkah-langkah tersebut berbeda tiap daerah, tergantung kondisi dan permasalahan yang dihadapi masing-masing daerah. Langkah-langkah nyata dan tahap-tahap yang dilakukan oleh daerah-daerah yang telah lebih dulu menerapkan 2 Bagus Sarnawa dan Hayu Sukiyoprapti, 2007, Manajemen Pegawai Negri Sipil, Yogyakarta, Lab. Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Hlm. 4

9 tunjangan kesejahteraan bagi pegawainya bisa dijadikan contoh oleh daerahdaerah (Kepala Daerah) lain yang ingin menerapkannya. Variasi daerah yang ditampilkan memudahkan kepala daerah memilih contoh daerah mana yang paling sesuai dengan kondisi daerahnya saat ini. Ada pun manfaat tunjangan kesejahteraan adalah: 1. Pegawai merasa mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah. 2. Menghilangkan rasa iri hati pegawai yang tidak pernah terlibat proyek/ kegiatan terhadap pegawai yang sering dilibatkan dalam proyek/ kegiatan. 3. Meningkatkan motivasi kerja pegawai. 4. Mencegah tindakan korupsi di lingkungan pemerintah daerah. Panduan Penetapan Tambahan Penghasilan kepada Pagawai Negeri Sipil Daerah Bagi daerah yang telah menetapkan tunjangan kesejahteraan serta daerah lain yang akan memberlakukan kebijakan pemberian tunjangan kesejahteraan, maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Aspek hukum sebagai dasar yang dipakai dalam acuan penetapan pemberian tunjangan kesejahteraan daerah hendaknya mengacu kepada aturan perundangan yang baru di bidang pengelolaan keuangan daerah yakni Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai pengganti

10 dari Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002. Agar dapat melaksanakan secara benar dari kedua aturan diatas maka daerah harus berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 merupakan payung dan dasar hukum bagi pemerintah daerah dalam memberikan sejumlah tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipilnya dimana pada peraturan ini Pasal 63 ayat (2) menyebutkan bahwa "Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipil daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan Dewan Perwakian Rakyart Daerah (DPRD) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan". Sedangkan dalam pasal penjelasannya yang dimaksudkan dengan tambahan penghasilan yang diberikan kepada pegawai negeri sipil dalam rangka peningkatan kesejahteraan pegawai adalah berdasarkan prestasi kerja, tempat bertugas, kondisi kerja dan kelangkaan profesi.

11 3. Penjabaran Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dimaksud telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang mengatur tentang penganggaran bagi tambahan penghasilan bagi pegawai negeri sipil daerah yang terdapat pada lampiran A.VIII dengan kode rekening belanja daerah pada kode rekening 5.1.1.02 bab Tambahan Penghasilan Pegawai Negri Sipil 4. Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja. a. Tambahan berdasarkan tempat bertugas. b. Tambala penghasilan berdasarkan kondisi kerja. c. Tambala penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi. d. Tanbahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja. 5. Kepala Daerah dihimbau segera dapat menetapkan standar dan kriteria tambahan penghasilan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Kepala Daerah sebagai penjabaran Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 13 Tahun 2006. Sejalan dengan itu dalam penetapan belanja pegawai, kepala daerah diharap memperhatikan hal-hal berikut: a. Besarnya penyediaan gaji pokok/ tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah agar mempedomani ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005 tentang Perubahan

12 ketujuh atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. b. Penganggaran gaji dan tunjangan ketiga belas Pegawai Negri Sipil dan tunjangan jabatan struktural/ fungsional dan tunjangan lainnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan produktifitas Pegawai Negeri Sipil Daerah, khususnya bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional atau yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, diberikan tunjangan umum setiap bulan. Besarnya tunjangan umum dimaksud agar berpedoman pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 tentang Tunjangan Umum Bagi Pegawai Negeri Sipil. d. Penyediaan dana penyelenggaraan asuransi kesehatan yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) agar berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan Bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun serta Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 616.A/MENKES/SKB/VI/2004 Nomor 155 A Tahun 2004 tentang Tarip Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT. Askes

13 (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas dan di Rumah Sakit Daerah. e. Dalam merencanakan belanja pegawai supaya diperhitungkan gaji paling tinggi 2,5% yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, dan penambahan jumlah pegawai akibat adanya mutasi. f. Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbantukan pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau unit usaha lainnya. Pembayaran gaji dan penghasilan lainnya menjadi beban Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau unit usaha yang bersangkutan. g. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, pemerintah daerah tidak diperkenankan mengangkat pegawai honorer, pegawai harian lepas,pegawai tidak tetap. Pemberian penghasilan bagi pegawai honorer,pegawai harian lepas, pegawai tidak tetap yang sudah ada dianggarkan menyatu dengan program kegiatan yang melibatkan pegawai dimaksud yang besarnya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah berdasarkan asas kepatutan dan kewajaran.

14 h. Pemberian honorarium bagi Pegawai Negri Sipil supaya dibatasi dengan mempertimbangkan asas efisiensi, kepatutan dan kewajaran serta pemerataan penerimaan penghasilan, yang besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.