/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

dokumen-dokumen yang mirip
/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs

BAB 9. Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUMIDIFIKASI DEHUMIDIFIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

Cooling Tower (Menara Pendingin)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

TUGAS PERPINDAHAN PANAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Rumusan Masalah I.3 Tujuan Instruksional Khusus I.4 Manfaat Percobaan

TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Menurut Brennan (1978), pengeringan atau dehidrasi didefinisikan sebagai pengurangan kandungan air oleh panas buatan dengan kondisi temperatur, RH, da

Campuran udara uap air

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II LANDASAN TEORI

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

PENGARUH BILANGAN REYNOLDS TERHADAP KARAKTERISTIK KONDENSOR VERTIKAL TUNGGAL TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT

BAB II LANDASAN TEORI

Nama Mahasiswa : HAYKEL FIBRA PRABOWO NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Ir. PRABOWO, M.Eng

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 3 CONDENSING VAPOR

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN MODUL PRAKTIKUM COOLING TOWER TIPE FORCED DRAFT ALIRAN CROSS FLOW

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62

POLSRI 2013 COOLING TOWER LIA FITRI FUJIARSI NUR FITRIANY RIDHOLLAHI

BAB II LANDASAN TEORI

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA VERTIKAL

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

Maka persamaan energi,

PENGARUH VARIASI DEBIT AIR PENDINGIN TERHADAP SUHU KONDENSASI AIR DALAM MENARA PENDINGIN

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

LAPORAN UOP 2 WETTED WALL COLUMN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI COOLING PAD BERBAHAN SUMBU KOMPOR DENGAN PENAMBAHAN VARIASI DUCTING BERBENTUK SILINDER DAN BALOK ABSTRAK

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

SKRIPSI ALAT PENUKAR KALOR

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

Transkripsi:

Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing at 60 cm/s and 5 o C. The air velocity approaching the tubes is.5 m/s. (a) Will water condense on the tubes? (b) What are the wall temperature and the interface temperature if condensation occurs? (b) Dari data temperatur udara (80.6 o F) dan presentase kelembaban 60% (dianggap sama dengan kelembaban relatif karena nilai humidity yang sangat kecil), kita dapat memperoleh nilai kelembaban absolut dan temperatur dew. Pertama, kita memperoleh titik perpotongan antara garis percentage humidity (garis merah) dan garis temperatur udara (garis biru) yaitu titik warna ungu. Kelembaban absolut diperoleh dengan menarik garis horizontal dari titik perpotongan (titik warna ungu) ke kanan sampai ujung (garis ditandai warna hijau). Diperoleh nilai humidity 0.03 kg uap air / kg udara kering. Dew point diperoleh dengan menarik garis horizontal ke kiri sampai udara berada dalam keadaan jenuh terhadap air (percentage humidity 00%) lalu menarik garis secara vertikal ke bawah (ditandai dengan garis warna pink). Terlihat bahwa dew point pada 62 o F (6.66 o C). Kedua nilai yang diperoleh di atas tidaklah cukup untuk menjawab soal yang diberikan. Kita harus melakukan perhitungan perpindahan panas yang terjadi agar dapat menentukan apakah proses kondensasi terjadi, dan nilai temperatur dinding serta interface jika kondensasi terjadi. Berikut adalah flowchart penyelesaian soal.

µ, ρ, k, Pr udara pada suhu 27 o C dan air pada suhu 5 o C Re i, Re o Pr i, Pr o i Nu h i ( Nu i k D T w dari persamaan neraca energi. menentukan properties pada temperatur udara dan temperatur air Dengan interpolasi tabel hubungan T, ρ, µ, dan Pr udara, pada temperatur udara 27 o C : ρ udara =.8 kg/m 3 µ udara =.8 x 0-5 Pa.s k udara = 0.05 Btu/ft h o F Pr = 0.7 Dengan interpolasi tabel hubungan T, ρ, µ, dan Pr air, pada temperatur air 5 o C : ρ air = 000 kg/m 3 µ udara =.3 x 0-3 Pa.s k air = 0.333 Btu/ft h o F Pr = 9.52 2. menentukan Re dan Pr Re o = ρ v D o µ =.8 kg m3 x.5 m s x 0.05 m.8 x 0 5 Pa. s = 475 Pr o = v α = µcp k = 0.7 Dengan asumsi D inside =.25 cm (lebih kecil dari D outside.5 cm), maka bilangan reynold dan prandtl dari air yang mengalir di bagian dalam adalah : Re i = ρ v air D i µ = 000 kg m3 x0.6 m s x0.025 m.3x 0 3 Pa. s == 5769 Pr i = µcp k = 9.52

3. Menghitung Bilangan Nusselt (Nu) Bilangan Nusselt merupakan fungsi dari bilangan Reynold dan bilangan Prandtl untuk konveksi paksa. Pada cooling tower dimana udara dan air mengalir dalam silinder tabung, rumus empirik Nu adalah : Nu o = (0.35 + 0.56 Re 0.52 ) Pr 0.3 Nu o = (0.35 + 0.56 475 0.52 ) 0.7 0.3 = 22.67 Nu i = 0.023 x Re 0.8 x Pr 0.3 Nu i = 0.023 x 5769 0.8 x 9.52 0.3 = 46.5 4. Menghitung h h o = k Nu o d = h i = k Nu i d = 0.05 Btu/ft.h. F x22.67 m 0.05m x 0.3048 ft 0.333 Btu/ft.h. F x 46.5 m 0.025 m x 0.3048 ft = 6.9 Btu/ft 2 h o F = 374.73 Btu/ft 2 h o F Karena nilai h i jauh lebih besar daripada h o, maka temperatur dinding tube hanya sedikit di atas temperatur dew (6.66 o C). U = h o + h i U = 6.9 + 374.73 U = 6.7752 Btu/ft 2 h o F 5. Persamaan Neraca Energi Q lepas = Q terima U (T udara T dew ) = h i (T wall T dew ) 6.7752 x (27 o C 6.66 o C) = 374.73 x (T wall 6.66 o C) T wall = 6.846 o C Berikutnya adalah menghitung temperatur interface. Interface adalah batas pertemuan antara udara dan air, sehingga bisa diasumsikan bahwa interface merupakan lapisan tipis yang terdiri

dari kondensat hasil kondensasi uap air dalam udara. Nilai koefisien transfer panas pada lapisan tipis ini sangat besar yaitu 500-000 Btu/ft 2 h o F karena panas sangat cepat berpindah pada bagian interface ini. Oleh karena itu temperatur interface hanya sedikit lebih besar dari temperatur dinding, mendekati 7 o C. (a) Secara sederhana, proses kondensasi akan terjadi jika temperatur dinding tube lebih kecil dibandingkan temperatur udara masuk (27 o C) dan mendekati temperatur dew point. Dari perhitungan (b) terlihat bahwa temperatur dinding mendekati temperatur dew point sehingga air akan terkondensasi dalam tube. 9.8 Air at 60 o F has a wet-bulb temperature of 02 o F. Determine the relative humidity, the percentage humidity, and the dew point. Dalam soal, udara memiliki temperatur 60 o F dan temperatur wet-bulb 02 o F. Temperatur wet-bulb adalah temperatur yang diukur menggunakan termometer yang bagian ujungnya dibasahi menggunakan kapas. Dari kedua data tersebut, kita dapat menentukan 3 hal : presentase kelembaban (percentage humidity), temperatur embun (dew point), dan nilai kelembaban absolut (humidity), dengan memanfaatkan psychometric chart. Pertama, kita mencari titik pertemuan antara temperatur udara (60 o F) dan temperatur wetbulb (02 o F) yang garisnya ditandai dengan garis warna biru dan titik perpotongannya berwarna ungu.

Kedua, percentage humidity dapat diperoleh dengan menentukan posisi titik perpotongan tersebut pada garis bantu sesuai dengan garis percentage humidity yang memanjang melengkung ke atas. Dari grafik terlihat bahwa nilai percentage humidity sebesar 0,5%.

Ketiga, kita dapat menentukan dew point dengan menarik garis horizontal ke kiri sampai udara berada dalam keadaan jenuh terhadap air (percentage humidity 00%) lalu menarik garis secara vertikal ke bawah (ditandai dengan garis warna pink). Terlihat bahwa dew point pada 90 o F. Keempat, kita dapat menentukan humidity dengan menarik garis horizontal dari titik perpotongan (titik warna ungu) ke kanan sampai ujung (garis ditandai warna orange). Diperoleh nilai humidity 0.03 kg uap air / kg udara kering.

Kelima, kita menghitung nilai tekanan parsial uap air dan tekanan uap jenuh. Untuk mendapatkan nilai tekanan parsial, terlebih dahulu kita harus mencari fraksi uap dari uap air. y = H / M air /M udara +H / M air = 0.03/8 29 +0.03 8 = 0.0476 P parsial uap air = y.p total = 0.0476 x atm = 0.0476 atm P uap air jenuh dapat diperoleh menggunakan persamaan Antoine (T = 60 o F = 7. o C) : P j sat = 0 (A j B j C j +T ) )/760 P uap air sat = 0 (8.073 730.63 233.426+7. ) )/760 = 0.322 atm

Keenam, kita menghitung nilai kelembaban relatif (H R ). H R = P parsial uapair P uap air jenuh x 00% H R = 0.0476 atm 0.322 atm x 00% H R = 4.78% Data Nilai Presentase Kelembaban (H A ) 0.5% Dew Point (T dew ) 90 o F Relative Humidity (H R ) 4.78% TUGAS 2 : RINGKASAN APLIKASI COOLING WATER PADA INDUSTRI KIMIA Humidifikasi adalah proses perpindahan massa pada interface cairan-gas dimana gas tidak larut dalam cairan. Contoh yang paling mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah adanya uap air dalam udara. Secara sederhana, semakin banyak jumlah uap air dalam udara, maka semakin humid (lembab) udara tersebut. Salah satu alat industri kimia yang memanfaatkan prinsip humidifikasi adalah cooling tower. Sesuai dengan namanya, cooling tower adalah alat untuk mendinginkan air, yang akan digunakan untuk berbagai proses dalam industri kimia tersebut. Cooling tower merupakan salah satu utilitas penting dalam setiap industri kimia. Berdasarkan alirannya, cooling tower terbagi menjadi dua jenis :. Natural Draft Tower Aliran udara pada tower jenis ini dihasilkan akibat perbedaan densitas antara udara terpanaskan dalam tower (densitas rendah) dengan udara lingkungan yang relatif lebih dingin (densitas lebih besar). Tower jenis ini ukurannya sangat besar, dapat mencapai ketinggian hingga 50 meter. Karena ukurannya yang besar, pembuatan natural draft tower relatif mahal. Meskipun begitu, tower ini tetap banyak digunakan pada pabrik pembangkit listrik, dimana beban panasnya dalam jumlah besar. Namun, karena natural draft tower beroperasi paling efektif pada daerah yang relative humidity-nya besar, banyak pabrik yang berlokasi di ketinggian tinggi (kelembaban relatifnya rendah) lebih memilih menggunakan mechanical draft tower.

Gambar. Natural Draft Tower 2. Mechanical Draft Tower Mechanical draft tower menggunakan beberapa kipas untuk menghasilkan aliran udara melalui tower. Keberadaan kipas menandakan bahwa aliran udara yang dihasilkan sebagai akibat adanya suatu gaya mekanik sehingga mempunyai kecepatan yang konstan, teratur, dan dapat dikondisikan sesuai keinginan. Kelebihan lain dari mechanical draft tower dibandingkan natural draft adalah ukurannya lebih kecil. Namun tower jenis ini juga mempunyai kekurangan diantaranya butuh daya yang besar, menyebabkan kebisingan suara, biaya operasi dan maintenance yang besar. Mechanical draft tower terbagi lagi menjadi dua : forced draft dan induced draft. Dalam forced draft tower, kipas diletakkan dalam aliran udara memasukki tower sedangkan dalam induced draft tower, kipas diletakkan dalam aliran udara keluar tower. (a) (b) Gambar 2. (a) forced draft tower (b) induced draft tower Forced draft tower mempunyai kecepatan udara masuk tower yang tinggi dan kecepatan udara keluar tower yang rendah. Karena sifatnya tersebut, tower jenis ini sangat rentan terjadi resirkulasi sehingga mempunyai stabilitias kemampuan yang lebih rendah ketimbang induced draft.

Gambar 3. Peristiwa resirkulasi Induced draft tower mempunyai kecepatan udara keluar tower 3 sampai 4 kali lebih besar dibandingkan kecepatan udara masuk. Karena sifatnya tersebut, tower jenis ini dapat meminimalisir daerah penurunan tekanan dalam tower. Proses humidifikasi yang terjadi dalam cooling tower tidak hanya ditentukan dari jenis aliran pada cooling tower, namun juga ditentukan oleh struktur cooling tower. Terdapat sekat-sekat dalam struktur cooling tower, yang bertujuan agar kontak antara air dan udara semakin besar. Dalam cooling tower terjadi transfer massa dan transfer panas. Transfer massa yang terjadi adalah air yang terevaporasi menjadi uap air ke udara. Transfer panas dari air ke udara karena temperatur air lebih tinggi dibandingkan temperatur udara. Air temperatur tinggi (air panas) tersebut merupakan output yang terjadi selama proses kondensasi di kondensor untuk mengkondensasi fluida pada unit operasi yang lain (misalnya produk atas crude oil pada kolom distilasi). Air yang keluar kondensor akan meningkat suhunya setelah mendinginkan uap distilasi tersebut. Untuk dapat digunakan kembali, air panas tersebut akan masuk cooling tower. Semakin tinggi temperatur air yang masuk cooling tower, maka semikin tinggi pula nilai humidity udara setelah proses humidifikasi terjadi. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan panas yang diikuti perpindahan massa. Aliran udara dan aliran air dialirkan secara berlawanan (counter current), hal ini bertujuan agar dapat menciptakan kontak transfer massa dan transfer panas yang optimum, dibandingkan dengan aliran searah. Selain itu, aliran berlawanan arah juga membuat cooling tower dapat digunakan dalam skala besar, konstruksinya kuat, dan mampu beroperasi didaerah dingin maupun lembab. Perpindahan massa terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi. Saat pertama kali masuk cooling tower, udara yang masuk bersifat tidak jenuh dan saat keluar cooling tower, udara akan jenuh karena memiliki kadar uap air maksimum. Perpindahan panas terjadi karena adanya gradien temperatur. Panas dari air suhu tinggi akan berpindah ke udara bersuhu lebih rendah, bersamaan dengan transfer massa terjadi. Cooling tower merupakan salah satu utilitas penting dalam sebuah industri kimia. Contohnya adalah cooling tower pada Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Air pendingin dibutuhkan selama proses untuk mengkondensasi uap produk atas proses distilasi, sehingga kesetimbangan uap-cair di setiap stage kolom distilasi dapat terjadi. Air pendingin Pertamina RU VI diperoleh dari sungai Cipunegara. Setelah air pendingin digunakan untuk kondensasi, ia akan meninggalkan kondensor dalam keadaan panas dan masuk ke cooling tower. Di

cooling tower ini, air panas akan didinginkan sehingga dapat dipakai kembali untuk mengkondensasi produk atas distilasi. Cooling tower didesain untuk mendinginkan air dari temperatur 45,5 o C ke 33 o C dengan wet bulb temperatur 29, o C. Aliran air dan udara berlawanan arah. Udara bergerak secara vertikal, berlawanan dengan jatuhnya air yang disemprotkan dengan spray system. Tower terdiri dari 0 draft fan. Utilitas ini juga dilengkapi injeksi gas chlorine, inhibitor korosi, dan dispersant. Gambar 4. Penggunaan air pendingin pada proses pengolahan minyak pertamina RU VI Balongan Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa cooling tower mempunyai peran yang penting dalam kelancaran proses. Air pendingin sangat dibutuhkan pada proses kondensasi uap produk atas distilasi. Jika pasokan air pendingin tersebut terhambat akibat proses humidifikasi dalam cooling tower tidak optimum, maka keseluruhan proses juga akan terhambat karena uap produk atas distilasi tidak dapat terkondensasi secara sempurna, sehingga kualitas produk berkurang. Cooling tower perlu dirancang secara khusus dari segi aliran, konstruksi dalam cooling tower, dan kondisi operasinya agar dapat beroperasi secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 200. Bab III Utilitas Pertamina. From : http://letshare7.blogspot.com/200/2/bab-iii-utilitas-pertamina_266.html (Diakses pada 4 Oktober 203). Marley. 2009. Cooling Tower Fundamental. Kansas : SPX Cooling Technologies, Inc.