Tabel.T-III.C.1 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Tahun 2009-2011 Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur (Rp) Total pengeluaran (Belanja + Pembiayaan Pengeluaran) (Rp) Prosentase (a) (b) (a)/(b) x 100% 1 Tahun anggaran 2009 7.547.422.794.478 19.952.336.618.695 37,83 2 Tahun anggaran 2010 8.537.848.251.424 21.863.303.122.297 39,05 3 Tahun anggaran 2011 9.895.560.039.177 26.752.821.258.516 36,99 Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah tahun 2009-2011 Prosentase belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur dibandingkan dengan total pengeluaran daerah relatif menurun dari waktu ke waktu, tahun 2008 prosentasenya sebesar 47,05%; tahun 2009 prosentasenya sebesar 29,94%; tahun 2010 prosentasenya sebesar 39,05% dan tahun 2011 prosentasenya sebesar 36,99%. Dari prosentase belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap total pengeluaran, dapat disimpulkan bahwa belanja untuk untuk pembangunan lebih besar proporsinya terhadap APBD dibandingkan dengan belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur. Selain itu, dari tahun ke tahun telah dilakukan efisiensi dalam penggunaan anggaran untuk pemenuhan kebutuhan aparatur jika diproporsikan terhadap APBD, meskipun jumlah aparatur terus meningkat. Analisis terhadap realisasi pengeluaran wajib dan mengikat dilakukan untuk menghitung kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran pembiayaan yang tidak dapat dihindari atau harus dibayar dalam suatu tahun anggaran. Pealisasi pengeluaran Wajib dan Mengikat dapat dilihat pada tabel berikut. Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2013-2017 Hal.III. 12
Tabel.T-III.C.2 Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas I Tahun 2009-2011 2009 2010 2011 (Rp) (Rp) (Rp) A Belanja Tidak Langsung 3.039,42 3.194,25 3.582,13 1 Belanja Gaji dan Tunjangan 3.005,82 3.161,76 3.514,43 2 Belanja Penerimaan Anggota dan 23,66 25,07 63,34 Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH 3 Belanja Bunga 9,94 7,42 4,35 B Belanja Langsung 9.901,42 12.655,86 14.450,17 1 Pembayaran Tipping Fee dan 363,71 374,64 438,85 Rekening PJU 2 TALI 158,09 185,99 178,10 3 Maintenance dan operasional 6.773,24 7.312,15 8.341,83 4 Belanja Dedicated 2.606,38 4.783,08 5.491,40 C Pembiayaan Pengeluaran 71,87 24,68 11,23 1 Pembayaran pokok utang 71,87 24,68 11,23 TOTAL (A+B+C) 13.012,71 15.874,80 18.043,53 Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah tahun 2009-2011 Total pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama pada tabel diatas menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan anggaran belanja yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat ditunda dalam rangka penghitungan kapasitas riil keuangan daerah dan analisis kerangka pendanaan. Kebijakan Dan Proyeksi Belanja Daerah 2013-2017 Kebijakan Belanja Daerah tahun 2013-2017 secara umum mengacu pada arah kebijakan umum dan indikasi kerangka pendanaan sebagaimana tercantum dalam Bab VII yang secara umum disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel.T-III.C.3 Proyeksi Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Tahun 2013-2017 2013 2014 2015 2016 2017 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) A Belanja Tidak Langsung 6.501,20 7.150,89 7.865,54 8.651,66 9.516,39 1 Belanja Gaji dan Tunjangan 6.443,66 7.088,03 7.796,83 8.576,51 9.434,17 2 Belanja Penerimaan Anggota dan 53,19 58,51 64,36 70,79 77,87 Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH 3 Belanja Bunga 4,35 4,35 4,35 4,35 4,35 B Belanja Langsung 10.621,46 12.365,81 14.401,68 16.778,16 19.552,62 1 Pembayaran Tipping Fee dan Rekening 497,24 530,62 566,25 604,28 644,85 PJU 2 TALI 366,70 421,71 484,96 557,71 641,36 3 Maintenance dan operasional 9.757,53 11.413,48 13.350,47 15.616,18 18.266,41 4 Belanja Dedicated 10.960,52 14.552,75 19.322,31 25.655,05 34.063,31 C Pembiayaan Pengeluaran 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00 1 Pembayaran pokok utang 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00 17.147,67 19.541,70 22.292,23 25.454,82 29.094,01 TOTAL (A+B+C) Sumber: Bappeda dan BPKD, 2013 Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2013-2017 Hal. III. 13
3.1 Pembiayaan Daerah Pembiayaan Daerah merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Secara garis besar, analisis Pembiayaan Daerah bertujuan untuk memperoleh gambaran dari pengaruh kebijakan pembiayaan daerah pada tahun-tahun anggaran sebelumnya terhadap surplus/defisit belanja daerah sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembiayaan di masa yang akan datang dalam rangka penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Kebijakan Dan Realisasi Pembiayaan Daerah 2007-2012 Analisis pembiayaan daerah dilakukan melalui: 1. Analisis Sumber Penutup Defisit Riil Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran masa lalu tentang kebijakan anggaran untuk menutup defisit riil anggaran Pemerintah Daerah yang dilakukan. Penjelasan mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. NO Tabel.T-III.C.4 Penutup Defisit Riil Anggaran Tahun 2007-2011 2007 2008 2009 2010 2011 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1. Realisasi Pendapatan Daerah 16.668,05 19.221,76 19.262,68 23.025,99 28.297,36 Dikurangi realisasi: 2. Belanja Daerah 17.280,82 15.956,53 19.511,10 21.552,90 26.423,60 3. Pengeluaran Pembiayaan 1.407,82 183,12 441,24 310,41 329,22 Daerah A Defisit riil (2.020,60) 3.082,12 (689,66) 1.162,68 1.544,54 Ditutup oleh realisasi Penerimaan Pembiayaan: 4. Sisa Lebih Perhitungan 2.020,60 1.364,26 4.446,37 3.748,51 4.911,20 Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya 5. Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Hasil Penjualan Kekayaan 0,00 0,00 0,00 0,00 14,88 Daerah Yang di Pisahkan 7. Penerimaan Pinjaman Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Penerimaan Kembali Pemberian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Pinjaman Daerah 9. Penerimaan Piutang Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 B Total Realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah 2.020,60 1.364,26 4.446,37 3.748,51 4.926,08 A-B Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan (4.041,19) 1.717,86 (5.136,03) (2.585,83) (3.381,54) Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah tahun 2007-2011 Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2013-2017 Hal. III. 14
Analisis Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan bertujuan untuk memperoleh gambaran secara riil sisa lebih pembiayaan anggaran yang dapat digunakan dalam penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Tabel.T-III.C.5 Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan Tahun 2009-2011 2009 2010 2011 (Rp) (Rp) (Rp) 1. Saldo kas neraca daerah 4.226,31 5.556,59 7.138,64 Dikurangi: 2. Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan 0,22 11,78 6,01 3. Kegiatan lanjutan 0,00 0,00 0,00 Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran 4.226,09 5.544,81 7.132,63 Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah tahun 2009-2011 Analisis Proyeksi Pembiayaan Daerah dilakukan untuk memperoleh gambaran sisa lebih riil perhitungan anggaran. Hasil analisis dapat digunakan untuk menghitung kapasitas penerimaan pembiayaan daerah dengan proyeksi 5 (lima) tahun ke depan. Analisis dilakukan berdasarkan data dan informasi yang dapat mempengaruhi besarnya sisa lebih riil perhitungan anggaran dimasa yang akan datang, antara lain: a. Angka rata-rata pertumbuhan saldo kas neraca daerah dan rata-rata pertumbuhan kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan serta kegiatan lanjutan; b. Asumsi indikator makro ekonomi (PDRB/laju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lainlain); c. Kebijakan penyelesaian kewajiban daerah; d. Kebijakan efisiensi belanja daerah dan peningkatan pendapatan Kebijakan Dan Proyeksi Pembiayaan Daerah 2013-2017 Untuk pembiayaan pembangunan selain menggunakan APBD, juga akan dioptimalkan keterlibatan Pemerintah Pusat, dunia usaha melalui program CSR, dan peran serta masyarakat dalam bentuk swadaya. Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2013-2017 Hal. III. 15
No Tabel.T-III.C.6 Proyeksi Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran Tahun 2013-2017 APBD 2012 2013 2014 2015 2016 2017 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1. Saldo kas neraca daerah 7.138,64 8.309,32 9.486,00 10.662,69 11.839,38 13.016,06 Dikurangi: 1. Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan Proyeksi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Kegiatan lanjutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran Sumber : Bappeda dan BPKD, 2013 7.138,64 8.309,32 9.486,00 10.662,69 11.839,38 13.016,06 Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2013-2017 Hal. III. 16
3.2 NERACA DAERAH Analisis neraca daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan Pemerintah Daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas serta kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Tabel.T-III.C.7 Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Pemerintah Tahun 2007-2011 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 ASET 1.1 Aset Lancar 17,47 1.1.1 Kas 16,60 1.1.2 Piutang 39,87 1.1.3 Persediaan 21,37 1.2 Investasi Jangka Panjang 13,25 1.2.1 Investasi Non Permanen 9,28 1.2.2 Investasi Permanen 13,98 1.3 Aset Tetap (2,54) 1.3.1 Tanah (4,61) 1.3.2 Peralatan dan Mesin 29,08 1.3.3 Gedung dan bangunan 19,61 1.3.4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 2,23 1.3.5 Aset Tetap Lainnya 21,80 1.3.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan 44,13 1.3 Dana Cadangan 8,49 1.4 Aset Lainnya 12,18 1.4.1 Tagihan Penjualan Angsuran 168,14 1.4.2 Kemitraan Dengan Pihak Ketiga 28511,65 1.4.3 Aset Tidak Berwujud (48,90) 1.4.4 Aset di BP THR Lokasari (2,63) 1.4.5 Aset Lain-lain 32,39 JUMLAH ASET DAERAH (3,89) 2 KEWAJIBAN 2.1 Kewajiban Jangka Pendek 50,20 2.2 Kewajiban Jangka Panjang (33,97) JUMLAH KEWAJIBAN 36,27 3 EKUITAS DANA (0,68) 3.1 Ekuitas Dana Lancar 16,24 3.2 Ekuitas Dana Investasi (0,94) 3.3 Ekuitas Dana Cadangan 8,49 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (0,68) Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah tahun 2007-2011 Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2013-2017 Hal. III. 17
Berikut adalah analisis rasio keuangan tahun 2009-2011. Tabel.T-III.C.8 Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Tahun 2009-2011 Tahun 2009 2010 2011 1 Rasio Lancar (current ratio ) (%) 1.083,14 1.226,08 1.224,05 2 Rasio quick (quick ratio ) (%) 1.026,22 1.161,91 1.147,73 3 Rasio total hutang terhadap total aset 0,14 0,14 0,19 (%) 4 Rasio hutang terhadap modal (%) 0,13 0,15 0,19 5 Rata-rata umur piutang (hari) 10 16 17 Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah tahun 2009-2011 3.3 Analisis Kerangka Pendanaan Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh penerimaan daerah sebagaimana telah dihitung pada bagian di atas dan ke pos-pos mana sumber penerimaan tersebut akan dialokasikan. Suatu kapasitas riil keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan berbagai pos atau belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama. Sebelum dialokasikan ke berbagai pos belanja dan pengeluaran, besaran masingmasing sumber penerimaan memiliki kebijakan pengalokasian yang harus diperhatikan, antara lain: Penerimaan retribusi pajak diupayakan alokasi belanjanya pada program atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan peningkatan layanan dimana retribusi pajak tersebut dipungut. Penerimaan dari pendapatan hasil pengelolaan aset daerah yang dipisahkan dialokasikan kembali untuk upaya-upaya peningkatan kapasitas dimana dana penyertaan dialokasikan sehingga menghasilkan tingkat pengembalian investasi terbaik bagi kas daerah. Penerimaan dana alokasi umum diprioritaskan bagi belanja umum pegawai dan operasional rutin pemerintahan daerah. Penerimaan dari dana alokasi khusus dialokasikan sesuai dengan tujuan dimana dana tersebut dialokasikan. Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2013-2017 Hal. III. 18
Penerimaan dana bagi hasil agar dialokasikan secara memadai untuk perbaikan layanan atau perbaikan lingkungan sesuai jenis dana bagi hasil didapat. Tabel.T-III.C.9 Proyeksi APBD Tahun 2013-2017 2013 2014 2015 2016 2017 1 2 3 4 5 6 7 1. PENDAPATAN 41.525,34 51.347,09 60.375,02 70.068,53 82.309,34 a. Pendapatan Asli Daerah 26.670,45 33.599,40 39.176,71 45.914,97 53.399,81 - Pajak Daerah 21.918,00 28.500,00 33.700,00 40.000,00 47.000,00 - Retribusi Daerah 1.500,00 1.642,81 1.799,53 1.971,56 2.160,39 - Hasil Pengelolaan Kekayaan 415,24 477,53 549,15 658,99 790,78 Daerah yang dipisahkan - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 2.837,21 2.979,07 3.128,02 3.284,42 3.448,64 yang sah b. Dana Perimbangan 9.248,95 11.020,57 13.125,76 14.466,51 17.285,07 Bagi Hasil Pajak 8.692,21 10.408,15 12.466,16 13.704,51 16.419,36 Bagi Hasil Bukan Pajak 255,56 281,12 295,17 324,69 340,92 Dana Alokasi Umum 301,18 331,30 364,43 437,32 524,78 c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 5.605,93 6.727,12 8.072,54 9.687,05 11.624,46 2. BELANJA 45.576,33 56.429,54 66.634,15 77.504,35 90.921,85 SURPLUS/(DEFISIT) (4.050,99) (5.082,44) (6.259,13) (7.435,82) (8.612,50) 3. PEMBIAYAAN 4.050,99 5.082,44 6.259,13 7.435,82 8.612,50 1. Penerimaan 8.454,55 9.486,00 10.662,69 11.839,38 13.016,06 2. Pengeluaran 4.403,56 4.403,56 4.403,56 4.403,56 4.403,56 TOTAL APBD 49.979,89 60.833,10 71.037,71 81.907,91 95.325,41 Sumber : Bappeda dan BPKD, 2013 Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2013-2017 Hal. III. 19
Selanjutnya, untuk menentukan kapasitas riil keuangan daerah, dihitung dengan mengisi tabel, sebagai berikut: Tabel.T-III.C.10 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Tahun 2013-2017 Proyeksi 2013 2014 2015 2016 2017 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1. Pendapatan 41.525,34 51.347,09 60.375,02 70.068,53 82.309,34 2. Pencairan dana cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 (sesuai Perda) 3. Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran 8.309,32 9.486,00 10.662,69 11.839,38 13.016,06 Total penerimaan Dikurangi: 4. Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas I Kapasitas riil kemampuan keuangan Sumber : Bappeda dan BPKD, 2013 49.834,65 60.833,10 71.037,71 81.907,91 95.325,41 Berdasarkan tersebut, diperoleh rencana penggunaan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah untuk memenuhi kebutuhan anggaran belanja langsung dan belanja tidak langsung dalam rangka pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan, dengan menggunakan tabel berikut: Tabel.T-III.C.11 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Tahun 2013-2017 Proyeksi No 2013 2014 2015 2016 2017 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) I Kapasitas riil kemampuan 49.834,65 60.833,10 71.037,71 81.907,91 95.325,41 keuangan II Total rencana pengeluaran 44.171,37 55.028,24 65.087,73 75.809,18 89.074,21 prioritas II (Program SKPD) III Total rencana pengeluaran 5.663,28 5.804,86 5.949,98 6.098,73 6.251,20 prioritas III (Tunjangan) Surplus anggaran riil atau Berimbang (I-II-III)* Sumber : Bappeda dan BPKD, 2013 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Dari total dana alokasi pagu indikatif yang tersedia, kemudian dialokasikan ke berbagai program/kegiatan sesuai urutan prioritas. Prioritas program/kegiatan dipisahkan menjadi prioritas I, prioritas II dan prioritas III, dimana prioritas I mendapatkan prioritas pertama sebelum prioritas II. Prioritas III mendapatkan alokasi anggaran setelah prioritas I dan II terpenuhi kebutuhan dananya. Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2013-2017 Hal. III. 20
Prioritas I Prioritas I merupakan program pembangunan daerah dengan tema atau program unggulan (dedicated) Kepala daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN dan amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan 20% (duapuluh persen). Program prioritas I harus berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi daerah. Di samping itu, prioritas I juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Prioritas II Program Prioritas II merupakan program prioritas ditingkat SKPD yang merupakan penjabaran dari analisis per urusan. Suatu prioritas II berhubungan dengan program/kegiatan unggulan SKPD yang paling berdampak luas pada masing-masing segementasi masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan yang berhubungan dengan itu. Prioritas III Prioritas III merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja-belanja tidak langsung seperti: tambahan penghasilan PNS, belanja hibah, belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan, belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa serta belanja tidak terduga. Pengalokasian dana pada prioritas III harus memperhatikan (mendahulukan) pemenuhan dana pada prioritas I dan II terlebih dahulu untuk menunjukkan urutan prioritas yang benar. Dengan demikian, kapasitas riil keuangan daerah dapat dialokasikan sebagaimana tabel berikut: Tabel.T-III.C.12 Kerangka Pendanaan Alokasi Kapasitas Riil Keuangan Daerah Tahun 2013-2017 Alokasi Jenis Dana Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 % Rp % Rp % Rp % Rp % Rp 1. Prioritas I 21,99 10.960,52 23,92 14.552,75 31,76 19.322,31 42,17 25.655,05 55,99 34.063,31 2. Prioritas II 66,64 33.210,86 66,54 40.475,49 75,23 45.765,42 82,45 50.154,13 90,43 55.010,89 3. Prioritas III 11,36 5.663,28 9,54 5.804,86 9,78 5.949,98 10,03 6.098,73 10,28 6.251,20 Total 49.834,65 60.833,10 71.037,71 81.907,91 95.325,41 Sumber : Bappeda dan BPKD, 2013 Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2013-2017 Hal. III. 21
Penetapan persentase tiap tahun sesuai urutan prioritas (I, II, dan III) bukan menunjukkan urutan besarnya persentase tetapi lebih untuk keperluan pengurutan pemenuhan kebutuhan pendanaannya. Besar persentase ditentukan sesuai analisis umum tentang kapasitas pendanaan dari program prioritas yang dibayangkan akan menunjang prioritas dimaksud. Evaluasi atau analisis dari penyelenggaraan pembangunan daerah dimasa lalu cukup baik untuk mendapatkan gambaran yang diinginkan. Adapun, baris total pada tabel untuk masing-masing kolom persentase harus selalu berjumlah 100%. Baris total untuk kolom rupiah dapat menunjukkan total kapasitas riil keuangan daerah yang telah dihitung pada bagian sebelumnya. Penetapan persentase masing-masing prioritas bersifat indikatif sebagai panduan awal tim perumus dalam menetapkan pagu program atau pagu SKPD. Secara simultan persentasi tersebut dipertajam ketika program prioritas untuk masing-masing jenis prioritas (prioritas I dan II) telah dirumuskan. Sisanya, dialokasikan untuk persentasi final prioritas III. Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2013-2017 Hal. III. 22