BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan merupakan anugerah Allah Subhanahuwatallah yang tidak ternilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan keadaban demi kesejahteraan umat manusia dengan kecerdasan akal.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

MEMBENTUK BUAH HATI MENJADI PRIBADI TANGGUH DAN PERCAYA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia menurut kodratnya merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan suatu masa dalam kehidupan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sesuai dengan fasenya, mulai sejak lahir hingga meninggal dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere tumbuh ke

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, utamanya sains

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Berikut tabel nilai ulangan terakhir siswa dengan KKM = 80. Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Ekonomi Siswa Kelas X Sos 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan salah satunya perubahan emosi. Menurut Goleman

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Mengacu pada fase usia remaja di atas, siswa Sekolah Menengah Atas. seperti kebutuhan akan kepuasan dan kebutuhan akan pengawasan.

BAB I PENDAHULUAN. menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Dengan demikian, maka kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan adalah kata yang senantiasa diinginkan oleh semua orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pengetahuanya.dewasa ini sistem pendidikan menuntut siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan emosional dalam prestasi didunia kerja. emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan kecakapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu di dunia ini melewati fase-fase perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kecerdasan merupakan anugerah Allah Subhanahuwatallah yang tidak ternilai harganya yang dimiliki manusia. Melalui kecerdasan dan akal yang dimiliki tersebut, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membangun peradaban dan keadaban demi kesejahteraan umat manusia. Berdasarkan pada kecerdasan yang dimiliki itu pula dapat memungkinkan manusia maju dalam bersikap, berbuat, dan berkarya secara dinamis dan konstruktif. Masa remaja adalah masa dimana manusia mencari identitas dirinya, yakni fase individu mengalami pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi, dalam hal ini usia siswa yang tergolong remaja berkisar antara 12-22 tahun. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupannya seharihari. Hurlock (2004: 207) mengatakan dalam pendapatnya bahwa masa remaja sebagai periode perubahan, yang salah satunya adalah meningginya emosi. Siswa SMP termasuk dalam kategori remaja awal sesuai dengan rentang usia mulai dari 12-22 tahun. Emosi pada diri remaja ditandai dengan berbagai isyrat emosional yang mereka tunjukan dari diri mereka secara spontan. Remaja pada umumnya adalah masa dimana mereka menuju perubahan dan mengalami peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa awal yang menuntut mereka dapat melakukan berbagai macam kegiatan yang dapat meningkatkan potensi diri mereka dan mencari jati diri mereka demi meraih kesuksesan dimasa depan.

Kecerdasan emosional merupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki oleh seseorang dan sangat berguna untuk menghadapi berbagai hal dalam kehidupan dan memperkuat diri. Maka seharusnya peserta didikpun mampu mengendalikan perasaan emosional mereka dengan baik, memiliki sikap empati, mampu mengenali dirinya sendiri baik kelebihan dan kekuranganya sehingga mampu mengontorl emosinya, tidak akan bersikap agresif dan memiliki sikap sabar yang tinggi serta mampu membina hubungan persahabatan yang baik dengan orang lain. Untuk itu pengelolaan kecerdasan emosional secara baik sangatlah diharapkan dimiliki oleh semua peserta didik serta manusia pada umumnya. Terkadang begitu banyak peserta didik yang cerdas di sekolahnya, begitu cemerlang prestasi akademiknya, namun tidak mampu mengelola sikap emosionalnya seperti mudah marah, mudah putus asa, atau angkuh dan sombong tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya sehingga prestasi tersebut tidak banyak bermanfaat untuk dirinya. Kecerdasan emosional semakin perlu dipahami, dimiliki dan perhatikan dalam pengembangannya, mengingat kondisi kehidupan dewasa ini semakin kompleks. Kehidupan semakin kompleks ini memberikan dampak yang kurang baik terhadap perkembangan emosional seseorang. Hal seperti itu pula terjadi di SMP Negeri 7 kota Gorontalo, banyak siswa siswi yang belum mampu mengelolah emosional mereka dengan baik terutama pada siswa kelas VIII. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru BK yang dilakukan selama PPL kurang lebih 2 bulan di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, bahwa sebagian siswa siswi memiliki kecerdasan emosional yang rendah atau kurang dan belum mampu mengelolahnya dengan baik yang ditandai dengan adanya sikap sikap antara lain : - Siswa yang kurang mampu mengelola emosi secara baik, misalnya mereka mengalami permasalahan di kelas tidak menyukai mata pelajaran tertentu atau guru tetentu, mereka lebih suka meluapkan emosinya dengan keluar masuk kelas. Mereka lebih implusif artinya mereka lebih suka mengikuti kemauan naluri mereka sendiri.

- Kurang memiliki sikap empati artinya tidak memiliki sikap atau rasa peduli, seperti jika melihat teman sekelas yang sedang bersedih hati mereka justru mengabaikannya, dan bahkan tidak memperdulikannya. - Kurang memahami diri sendiri artinya indivdu tersebut tidak memahami sikap baik dan buruk yang individu itu lakukan dengan emosinya. Ketidaksadaran seseorang terhadap titik lemah serta kemampuan pribadi seseorang merupakan bagian ketidakpahaman dari kesadaran diri. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam proses kehidupan indivdu itu sendiri. - Bertindak agresif dan tidak sabar, misalnya dalam kelas seorang siswa yang menjadi ketua kelas lebih suka mengatur teman-temanya, hal yang dilakukan tersebut dapat mempengaruhi proses kehidupan sosialnya dengan orang lain, serta sulit membina hubungan persahabatan yang baik dengan orang lain contoh siswa yang tidak mau ikut membantu teman-temanya dalam kegiatan kelompok. Hal ini juga sangat mempengaruhi proses kehidupan sosialnya karena bisa dikatakan individu tersebut akan dijauhi oleh teman temanya karena sikapnya tersebut. Gejala-gejala sikap yang ditunjukan oleh siswa-siswi SMP Negeri 7 Kota Gorontalo diatas merupakan sikap-sikap yang terjadi akibat kurangnya kemampuan dalam mengelola kecerdasan emosional yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor keluarga karena faktor utama yang sangat mempengaruhi kurangnya tingkat kecerdasan emosional siswa dan pendidikan utama seorang anak adalah keluarga. Begitupula dengan faktor pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa melalui pembelajaran yang berkarakter, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional siswa siswi SMP Negeri 7 Kota Gorontalo diantaranya seperti faktor keluarga, faktor faktor non keluarga yaitu lingkungan masyarakat, faktor fisik, faktor psikis, faktor fisiologis, faktor pelatihan emosi serta faktor pendidikan, beberapa faktor itulah banyak

ditemuakan yang mempengaruhi kurangnya kecerdasan emosional siswa, oleh karena permasalahan tersebut maka peneliti melakukan penelitian untuk mengkaji lebih detail terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional siswa dengan judul Deskripsi Faktor faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya Kecerdasan Emosional Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Kota Gorontalo 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang terjadi yang ditunjukan oleh siswa yakni skap sikap sebagai berikut : 1. Sulit membina hubungan dengan orang lain 2. Kurang memiliki sikap empati 3. Kurang mampu mengelola sikap emosional secara baik 4. Kurang memahami diri sendiri 5. Bertindak agresif dan tidak sabar 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan juga berdasarkan indetifikasi masalah di atas, maka penulis dapat merumusakan masalah dalam penelitian ini adalah faktor faktor apakah yang mempengaruhi kurangnya kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.5.1 Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya tentang kecerdasan emosioanl (EQ) b. Dapat memperluas kajian tentang kecerdasan emosional siswa. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah terkait permasalahan yang dialami siswa terutama kepada Guru BK b. Dapat memberikan informasi kepada guru-guru mata pelajaran atau wali kelas untuk lebih memperhatikan perilaku peserta didik dan memotivasi peserta didik agar memiliki kecerdasan emosional yang baik. c. Dapat memberikan referensi bagi mahasiswa calon konselor untuk dapat memperhatikan kecerdasan emosional atau EQ dan tidak hanya berpacu pada IQ