BAB III PENUTUP. permasalahan dalam bab- bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Kondisi keuangan daerah Kabupaten Pringsewu ditinjau dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan Indonesia. Ada dorongan untuk merubah Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah. Karena otonomi daerah itu sendiri adalah hak, wewenang, dan

BAB III PENUTUP. dimaksudkan sebagai jalan untuk mewujudkan gagasan meniadakan. kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Fadjar, Mukthie, Pemilu, Perselisihan Hasil Pemilu dan Demokrasi, Setara Press, Malang, 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

BUPATI PAKPAK BHARAT,

PENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGATURAN KEWENANGAN DESA DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

Keywords : Local Authorities, The Principle of Decentralization, Natural Resource

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD Yogyakarta: FH UII Press, 2005.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

Pemekaran Wilayah. Tabel Pemekaran Daerah Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, yang diisi oleh Pegawai Negeri Sipil yang dalam tulisan ini

BAB I PENDAHULUAN. dan aspirasi masyarakat yang sejalan dengan semangat demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. penuh atas kehidupan bangsa nya sendiri. Pembangunan nasional yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. tidak meratanya pembangunan yang berjalan selama ini sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1. Wilayah Indonesia dibagi ke dalam daerah-daerah, baik yang bersifat otonom maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Reformasi yang dimulai pada awal tahun 1998 di Indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

DAFTAR PUSTAKA. Budiarjo, Miiriam, Dasar dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, 2008, Jakarta, Gramedia

BAB 1 PENDAHULUAN. respon positif atas krisis ekonomi dan krisis kepercayaan yang terjadi.

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK:

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. menumbangkan kekuasaan rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan. arti yang sebenarnya didukung dan dipasung sekian lama mulai

(The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25 of 2007 regarding the Investment)

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENUTUP. Perhubungan, Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Tegal untuk segera. waterboom setelah disahkannya APBD tahun anggaran 2008.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. Era desentralisasi pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal tahun 2001 mulai diberlakukannya kebijakan otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. optimalisasi peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan demi menyelamatkan kelangsungan hidup bangsa dan negara kesatuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BUPATI PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

PELAYANAN PUBLIK OLEH PEMERINTAH DAERAH MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN PUBLIK

EXECUTIVE SUMMARY Kajian Evaluasi Pembentukan, Pemekaran, Penggabungan dan Penghapusan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA. A. Lukman Irwan, SIP Staf Pengajar Ilmu Pemerintahan Fisip UNHAS

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dimana disetiap daerah berdasarkan kewenangan otonomi dibentuk Dewan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penerapan prinsip-prinsip good governance.dalam rangka pengaplikasian

REFORMASI BIROKRASI & TATA KELOLA PEMERINTAHAN DI KTI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan pemekaran kabupaten Simalungun. Adanya pergantian anggota dewan untuk 5 tahun ke depan pasca

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar Sedangkan inti

2014 PERAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DESA UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

KEDUDUKAN GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah (Mardiasmo, 2002 : 50). Pengamat

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa Pemerintah daerah mengatur dan mengurus

Relevansi dan Revitalisasi GBHN dalam Perencanaan Pembangunan di Indonesia 1. Tunjung Sulaksono 2

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengembangan daerah baik pemerintah maupun masyarakat daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

SINERGI ANGGOTA PARLEMEN, MEDIA DAN OMS UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERFIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI

Grafik 1. Area Bencana

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dalam pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dan berdasarkan permasalahan dalam bab- bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan, 1. Bahwa secara Normatif pengaturan pemekaran daerah pada umumnya sudah mengakomodasai hal-hal substansi dalam konteks persyaratan dimekarkannya suatu daerah. Tetapi kemudian dalam perealisasiannya menyimpang dari ketentuan yang telah ditentukan, hal ini disebabkan karena Pemekaran suatu daerah secara umum di dominasi oleh kepentingan elit politik dan elit massa sehingga kemudian tujuan dari pemekaraan menjadi terabaikan. Persoalan itu dapat dilihat dari banyaknya daerah pemekaraan mengalami kegagalan dalam mengembangkan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraaan melalui evaluasi yang dilakukan. Dalam aspek persyaratan pemekaran yang lebih cenderung diprioritaskan adalah persyaratan administratif persyaratan teknis dan fisik kewilayahan diabaikan sehingga yang terjadi pemekaraan daerah dipolitisasi untuk kepentingan elit politik dan partai politik yang hendak memperluas basis politiknya. Artinya, dalam perspektif desentralisasi administrasi cenderung tidak melibatkan masyarakat dalam menentukan pemekaran yang ada adalah partisipasi politis kelompok tertentu. Pengaturan

pemekaran daerah belum sepenuhnya dijalankan dikarenakan inkonsistensi pemerintahan pusat dalam melakukan pengawalan. Pemekaran daerah secara umum banyak menimbulkan masalah dikarenakan atas dasar kepentingan nafsu politik kekuasan, padahal Daerah yang dimekarkan masih memiliki Sumber daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang minim. Oleh sebab itu, dalam hal pemekaran daerah dan daerah otonom baru harus memprioritaskan kriteria-kriteria tertentu dalam konteks pengembangan pembangunan dan peningkatan kesejahteraaan. 2. Secara khusus Pengaturan pemekaran daerah Kabupaten Pakpak Bharat relatif telah sesuai dengan peraturan yang telah ada, walaupun pada awal berdirinya pengaturan pemekaran Pakpak Bharat diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berbeda. Tetapi kemudian dalam konteks pengembangan pembangunan dan peningkatan kesejahteraaan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat relatif masih tertinggal. Hal ini terlihat dari aspek Pendapatan Asli Daerah (PAD), tingkat taraf hidup rakyat dan pengelolaan potensi ekonomi lokal masih jauh dari harapan dan tujuan dasar pemekaran awal. Begitu juga dengan perimbangan keuangan daerah dan keuangan pusat masih timpang. Dalam hal eksistensi kebuadaayan lokal, pemekaraan daerah sebagai langkah untuk meningkatkan kebudayaan lokal dimana politik identitas di lokalitas daerah lebih terbuka. Secara khusus, terbentuknya Kabupaten Pakpak Bharat sebagai

langkah untuk mengakses sumber- sumber ekonomi dan ruang kekuasaan bagi putra daerah. Pemekaraan Kabupaten Pakpak Bharat dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan sesuai dengan program kerja dan program pembangunan yang telah ditentukan Pemerintah daerah. Tetapi bukan dalam pengertian, melakukan pungutanpungutan liar dalam hal meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sehingga terjadi suatu perekonomian daerah berbiaya tinggi. Menjadi hal yang naif apabila tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraaan dengan cara melakukan pungutan liar untuk meningkatkan PAD yang pada akhirnya terjadi suatu perekonomian daerah berbiaya tinggi. Pemekaran daerah seharusnya merupakan strategi untuk meningkatkan kesadaran identitas dan entitas lokal sebagai basis bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sesuai dengan prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Apabila hal itu dijalankan secara sungguh-sungguh kemungkinan wacana yang berkembang adalah kesejahteraan daerah dan bukan wacana tentang disintegrasi bangsa yang ditunggangi oleh gerakan separatis. Mengingat pasca reformasi Indonesia mengalami fase dimana demokrasi prosedural dalam wilayah birokrasi dan demokrasi transaksional dalam wilayah politik, ini yang lebih menonjol di daerah otonom baru dari pada demokrasi cultural dimana demokrasi dijadikan sebagai basis bangunan kesadaran dan kritisisme masyarakat dalam konteks indentitas dan entitas kebangsaan. B. SARAN

Dari hasil kesimpulan dan penelitian yang diuraikan, dengan itu penulis memberikan beberapa saran yaitu : 1. Agar segera melakukan beberapa langkah strategis yang harus dilakukan untuk pembaharuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang telah dimekarkan. Artinya, strategi prioritas pembangunan dibagi dalam perspektif administratif yakni meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah, secara perspektif politis yakni meningkatkan akuntabilitas dan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahanan dan dalam perspektif ekonomi mempercepat kesejahteraaan masyarakat. Kemudian pemerintah daerah harus berusaha meningkatkan sumber daya manusia di dalamnya. 2. Pemerintah harus lebih meningkatkan kinerjanya dalam hal pelayanan publik dan adanya transparansi keuangan serta hubungan keuangan yang seimbang antara pemerintahan pusat dan daerah. Melibatkan masyarakat dalam dinamika pemerintahan khususnya dan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kearifan masyarakat lokal. Artinya, keterlibatan masyarakat diperlukan untuk memberikan tempat bagi proses demokrasi partisipatif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. 3. Harus ada transformasi kapital yang jelas, dimana sumber-sumber ekonomi paska pemekaran harus dapat diakses oleh masyarakat lokal, sehingga ada pembagian kekayaan daerah bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kearifan lokal.

4. Relasi pemerintah daerah dan masyarakat harus lebih bersifat kultural dan serasi serta melakukan transformasi pengetahuan. 5. Setiap kelembagaan yang ada di daerah harus mempunyai konsep dan tujuan yang jelas dan menghasilkan perubahan yang signifikan atas kinerjanya sehingga tidak terjadi penggemukan lembaga pemerintahan pasca pemekaran 6. Pemerintahan Pusat secara umum harus secara terus-menerus melakukan evaluasi pemekaran dan pengawalan di daerah dengan ukuran dan solusi yang konteks dengan lokalitas daerah otonom baru dan secara khusus pemerintah daerah harus membuat ukuran peningkatan dan keberhasilan daerah yang telah di mekarkan. 7. Memiliki model kepemimpinan yang strategis yang memahami segala bentuk persoalan sosial kerakyatan dan gerakan yang visioner, sekaligus solutif dalam mengartikulasi persoalan-persoalan yang ada. 8. Setiap peraturan daerah harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan tidak bertentangan peraturan lebih tinggi diatasnya secara hirarki. Agar kemudian peraturan daerah tidak menyimpang dari ketentuan yang telah ada. Karena banyak terjadi kasus dimana peraturan daerah yang tidak sesuai dengan peraturan diatasnya.

DAFTAR PUSTAKA Buku: Berutu, Lister dkk. 2002. Etnis Pakpak Dalam Fenomena Pemekaran Wilayah. Medan: The Asia Foundation & Yayasan Sada Ahmo. Handoyo, B. Hestu Cipto. 1998. Otonomi Daerah Titik Berat Otonomi dan Urusan Rumah Tangga Daerah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta. ------------------------------------. 2009. Hukum Tata Negara Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Haris, Syamsuddin. Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Desentralisasi, Demokratisasi dan Akuntabilitas Pemerintahan Daerah. Jakarta: LIPI. Huda, Ni matul. 2009. Otonomi Daerah (Filosofi Sejarah Perkembangan dan Problematika), Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jeddawi, Murtir. 2009. Pro Kontra Pemerkaran Daerah (Analisis Empiris). Yogyakarta: Total Media. MD, Mohammad Mahfud. 2010. Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi. Jakarta: Rajawali Pers.

Ratnawati, Tri. 2009. Pemekaran Daerah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Romli, Lili. 2007. Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Majalah dan Surat Kabar: Prisma Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi. Otonomi Daerah Untuk Siapa?. LP3ES. 29 Juli 2010. Harian Kompas Tanggal 5 Februari 2011, 16 Mei 2011, 4 Juli 2011, 8 Agustus 2011 Harian Portibi Tanggal 27 Agustus Medan Pos Tanggal 20 Agustus Tulisan Lepas (Makalah): Makalah berjudul Prospek Kepemimpinan Kabupaten Pakpak Bharat dan Langkah- Langkah Strategis Mengahadapi Evaluasai Pemekaran Daerah. Ditulis oleh Makmur Brasa. Disampaikan pada Seminar Nasional dan Konsolidasi Mahasiswa Pakpak se- Pulau Jawa yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Pakpak Yogyakarta pada 24-25 April 2010. Makalah berjudul Evaluasi Pemekaran Daerah di Indonesia dan Langkah Strategis Prioritas Pembangunan Daerah. Ditulis oleh Benediktus Hestu. Disampaikan pada

Seminar dan Konsolidasi Mahasiswa Pakpak se-pulau Jawa yang diselenggarakan Ikatan Mahasiswa Pakpak Yogyakarta pada 24-25 April 2010 Bahan kuliah Ilmu Negara, Sigit Widiarto, Semesster ganjil tahun ajaran 2011 Peraturan Perundang-undangan: Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan UU No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan daerah Menjadi UU (Lembaran RI Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran RI No. 4548). Undang-Undang Nomor 34 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah Undang Undang Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Nias selatan, Kaupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 29, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4272) Peraturan Kebijakan: Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 5 tahun 2006 tentang Pembentukan, Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Desa. Sumber Internet: http://id.wikipedia.org/wiki/pemekaran_daerah_di_indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/evalusi pemekaran_daerah_di_indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah_pemekaran_daerah_di_indonesia Sumber lain-lain: Buku Saku Statistik Kabupaten Pakpak Bharat. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.