BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SECARA KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN KRITERIA GYSSENS

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan, dengan manifestasi infeksi sistemik dan atau isolasi bakteri patogen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38).

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa

BAB 1 PENDAHULUAN adalah 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

Sepsis neonatorum merupakan penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dhihitung dari hari perama haid terakhir. Masalah kematian ibu adalah

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit sepsis neonatus masih menjadi problem yang serius pada Negara negara berkembang, walaupun tidak secara masif penyakit ini menyebabkan angka mortalitas, penderitanya sebesar (1,8 18/1000 kelahiran hidup), faktanya kejadian sepsis neonatus di setiap rumah sakit masih terus terjadi dengan kasus yang beragam sehingga secara otomatis adanya kematian pun tetap ada akibat penyakit ini. Penyakit ini pun menjadi salah satu penyebab utama mortalitas neonatus yaitu sebesar (42%) hal ini terjadi pada negara maju (Gerdes, 2004). Menurut data riset kesehatan dasar tahun (2007) di Indonesia angka kematian neonatus berumur 7 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %) (Soendoro, 2008). Akibat dari AKB (Angka Kematian Bayi) melalui adanya komplikasi dalam ibu melahirkan yaitu : (a) Kelainan pada letak/presentasi janin, (b) distosia, (c) tekanan darah tinggi dalam kehamilan (pre eklampsia, eklampsia), (d) Perdarahan setelah persalinan, (e) Infeksi berat/sepsis, (f) Kontraksi dini/persalinan prematur, (g) Kehamilan kembar. Sehingga adanya penanganan terhadap komplikasi saat kehamilan (kebidanan) khususnya untuk daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 yaitu sebesar 126.440 (20% dari jumlah ibu hamil) dan yang diberikan penanganan terhadap kehamilan komplikasi tahun 2011 sebesar 75,28% (Dinkes Jateng, 2011). Di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo) Jakarta pada periode Desember 2006 Juli 2007, terdapat angka 2.296 neonatal dan terdapat kasus sebesar 334 pasien yang teridentifikasi sepsis untuk pertama kalinya dari biakan darah (+) yaitu sebanyak 148 kasus (44,3%) (Juniatiningsih, dkk., 2011). Bahkan dari hasil penelitian yang dilakukan Yulidar, dkk 2006 dari periode Desember 2004 November 2005 di RSUD Dr.Moewardi Surakarta menyatakan terdapat angka kejadian sepsis neonatus sebesar 97 kasus dan percepatan kematian sebesar 1

2 40% (39 infants) (Yulidar,dkk., 2007). Angka kejadian ini meningkat secara signifikan pada 2010 sebesar 534 kasus (Indrawarman, 2012). Terjadinya suatu gejala dan tanda-tanda yang tidak spesifik pada sepsis neonatus membuat kendala tersendiri dalam penegakan diagnosis, pasalnya dari gejala dan tanda itu bisa saja menyerupai pada keadaan tertentu penyakit lain contohnya pada keadaan noninfeksi, sedangkan diagnosa sangat menentukan proses terapi (Kemenkes, 2010), dapat dikatakan proses penegakan diagnosis menjadi salah satu aspek terpenting dalam keberhasilan terapi dan kesembuhan penyakit. Karena salah satu penyebab sepsis bisa diakibatkan oleh bakteri, maka terapi pada penyakit ini menggunakan antibiotik, antibiotik bekerja dengan bakterisid maupun bakteriostatik, dampak buruk dari tidak tepatnya pemberian antibiotika adalah terjadinya resistensi kuman penyebab penyakit, apalagi pasien disini adalah neonatus, sehinggga efek samping yang buruk dari antibiotik dapat mengancam neonatus kapanpun dan lebih buruk lagi adalah kematian, sehingga kecepatan dan ketepatan terapi perlu menjadi perhatian yang lebih bagi pihak terkait (Depkes, 2007). Maka berangkat dari sini, menjadi hal yang amat penting untuk mengkaji ulang mengenai penatalaksanaan penyakit tersebut khususnya dalam jangkauan kefarmasian. Salah satunya tindakan evaluasi pemberian antibiotik secara kualitatif menggunakan instrumen Gyssens. B. Rumusan Masalah Bagaimanakah kualitas penggunaan antibiotik pada pengobatan pasien sepsis neonatus di unit perawatan neonatal rumah sakit Dr.Moewardi Surakarta pada tahun 2012 jika dinilai menggunakan alur gyssens? C. Tujuan Penelitian Untuk menilai kualitas pengobatan meliputi penatalaksanaan dalam menggunakan antibiotik dan banyaknya antibiotik yang digunakan dalam

3 pengobatan pasien sepsis neonatus di unit rawat inap neonatal rumah sakit Dr.Moewardi Surakarta tahun 2012. D. Tinjauan Pustaka 1. Sepsis Neonatus a. Definisi Sepsis neonatus adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh adanya respon suatu inflamasi secara sistemik (SIRS) akibat adanya reaksi infeksi yang disebabkan dari berbagai mikroorganisme bakteri, jamur, virus ataupun parasit (Kemenkes, 2010). b. Etiologi Perbedaan waktu dan wilayah merupakan faktor penyebab keberagaman mikroorganisme pencetus sepsis neonatus, dari setiap Negara mempunyai profil tersendiri pencetus penyakitnya (Kardana, 2011), Pada Negara maju sepsis kategori awitan dini dapat terjadi selama 72 jam setelah nifas, adapun bakteri penyebanya yaitu : Streptococcus grup B, kuman Gram negatif terutama Eschericia coli, Listeria monocytogenes, dan Haemophilus influenzae, pada sepsis awitan lambat terjadi pada kurun waktu lebih dari 72 jam kelahiran (kehidupan) adapun mikroorganisme penyebabnya yaitu: Coagulase Negative Staphylococci, Staphilococcus aureus, Eschericia coli, Klebsiella, Pseudomonas, Enterobacter, Candida, Serratia, Acinetobacter dan kuman anaerob, pada penelitian yang dilakukan di bagian Perinatologi Departemen IKA-RSCM (2002) untuk penyebab tidak banyak berbeda pada sepsis awitan dini ataupun lambat, yaitu Enterobacter sp, Klebsiella sp dan Acinetobacter sp (Juniatiningsih, dkk., 2008). c. Patogenesis Pada dasarnya janin terlindungi oleh unsur unsur pelindungnya seperti dinding korioamniotik, plasenta, dan antibiotik pada cairan ketuban. Adapun hal hal yang dapat mengakibatkan intervensi dari bakteri yaitu : 1) Secara eksternal

4 Pengambilan sampel vili korialis trans servikal, amniosintesa, serviks cerclage, pengambilan sampel secara perkutan, proses melahirkan, Hal ini dapat menyebabkan masuknya kuman melalui kulit atau vaginal sehingga terjadi amnionitis dan infeksi janin secara sekunder. Mikroorganisme yang berada di vaginal menjalar di daerah organ kewanitaan bagian dalam sehingga berakibat infeksi pada membran janin, tali pusat, dan plasenta. Infeksi yang terjadi pada janin dapat juga disebabkan oleh aspirasi cairan ketuban yang terinfeksi, berdampak kematian pada bayi yang terlahir, prematur atau infeksi berat (Khosim, 2009). 2) Secara internal Aspirasi air ketuban yang terinfeksi, Infeksi hematogen transplasental selama atau segera sebelum persalinan, ketuban pecah dini, inersia uterin dengan ekstraksi forseps tinggi, demam pada ibu ketika bakteri berada di aliran sistemik, sistem monosit-makrofag dapat menjauhkan bakteri dengan efisien opsonisasi oleh antibodi dan komplemen sehingga bakterisasi terjadi dengan sangat cepat. Bakterimia tergantung dari usia pasien, virulensi dan jumlah bakteri dalam aliran sistemik, nutrisi serta sistem imun, waktu dan asal pemberian pengobatan, dapat menyebabkan respon inflamasi sistemik dari sumber infeksi sehingga dapat menyebar secara merata (Khosim, 2009). Bila ditemukan dua atau lebih keadaan: 1) Laju nafas >60x/menit dengan/tanpa retraksi dan desaturasi O 2 Suhu tubuh tidak stabil (<36ºC atau >37,5ºC). Waktu pengisian kapiler > 3 detik Hitung leukosit <4000x10 9 /L atau >34000x10 9 /L CRP>10mg/dl IL-6 atau IL-8 >70pg/ml 16 S rrna gen PCR : Positif, maka ditengarai mengidap FIRS/SIRS, 2) Terdapat satu atau lebih kriteria FIRS disertai dengan gejala klinis infeksi seperti terlihat dalam, maka ditengarai mengidap sepsis, 3) Sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal maka ditengarai mengidap sepsis berat, 4) Sepsis berat disertai hipotensi dan kebutuhan resusitasi cairan dan obat-obat inotropik maka ditengarai sebagai syok sepsis, 5) Terdapat disfungsi multi organ meskipun telah mendapatkan pengobatan optimal

5 maka ditengarai sebagai sindrom disfungsi multiorgan dan berdampak kematian (Depkes, 2007). Kriteria dari SIRS menurut Goldstein et.al (2005) bisa dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu yaitu: 1) Usia dari 0-7 hari, suhu tubuh berkisar > 35,5 0 C atau < 36 0 C, laju nadi per menit sebesar > 180 atau < 100, laju napas per menit sebesar > 50, jumlah leukosit x 10 3 /mm 3 sebesar > 34, 2), Usia dari 7 30 hari, suhu tubuh berkisar > 38,5 0 C atau < 36 0 C, laju nadi per menit > 180 atau < 100, laju napas per menit sebesar > 40, jumlah leukosit x 10 3 /mm 3 sebesar > 19,5 atau < 5. diagnosis SIRS pada neonatus ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 kriteria dalam pengelompokan berdasarkan usia (salah satu di antaranya kelainan suhu atau leukosit) (Kemenkes, 2010). d. Klasifikasi Sepsis dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : 1) Sepsis awitan dini (SAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode pascanatal (kurang dari 72 jam) disertai dengan pneumonia dan gangguan pernapasan, sumber infeksi biasanya dari saluran genital ibu. 2) Sepsis awitan lambat (SAL) merupakan infeksi pascanatal (lebih dari 72 jam) penyebabnya baik dari kuman nosokomial (didapat di rumah sakit) atau komunitas, sepsis neonatus awitan lambat biasanya hadir dengan septicaemia, pneumonia atau meningitis (Sankar, et., al., 2008). e. Diagnosis 1) Faktor Resiko Beberapa kondisi telah diidentifikasi sebagai faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum diantaranya yaitu: a) Faktor pada ibu adalah ketuban pecah dini, khususnya lebih dari 18 jam, infeksi demam ibu selama persalinan, kekeruhan ketuban bau cairan busuk dan cairan ketuban mecomneal dan beberapa kehamilan yang tidak normal. b) Faktor risiko neonatal prematur, berat badan lahir rendah, asfiksia, resusitasi saat melahirkan, prosedur invasif, anomali kongenital, nutrisi

6 parenteral, tinggal di rumah sakit terlalu lama di unit perawatan intensif neonatal. c) Faktor risiko lain: lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan, pada neonatus hitam, dan sosial ekonomi yang rendah (Utomo, 2010). 2) Gambaran Klinis Adapun beberapa hal yang menandakan adanya infeksi yang menimbulkan tanda-tanda Sepsis neonatus yaitu : Distress pernapasan, Lateragi/perubahan status mental, suhu tubuh tidak stabil, intoleransi minum, Capillary reffil>3 detik, ikterus, kejang, diare, manifestasi perdarahan, konjungtivitas. dan didapatkan pada satu pasien bisa ditemukan lebih dari satu gejala klinis (Juniatiningsih, dkk., 2008). 3) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan secara laboraturium sangat perlu dilakukan mengingat bahwa gejala dan tanda pada penyakit sepsis neonatus ialah asymtomatys sehingga perlunya pemeriksaan yang akurat dalam mendeteksi adanya mikroorganisme penyebab penyakit, menurut Gerdes (2004) menyebutkan ada beberapa tes laboratorium atau non laboratorium penunjang yaitu: Kultur darah, fungsi lumbal, kultur urin, kultur aspirasi trakea, deteksi antigen bakteri, terapi adjuvant, tes diagnostik dan skrining spesifik, jumlah sel darah putih dan indeks terkait (Gerdes, 2004). f. Penatalaksanaan Berbagai jenis penatalaksanaan terhadap sepsis neonatus bisa dilakukan sepeperti: terapi antibiotik sebagai terapi utama, selanjutnya terapi secara suportif (adjuvant), intravenous immune globulin (IVIG), granulocyte-macrophage colony stimulating factor (G-CSF dan GM-CSF), transfusi Tukar (TT), pemberian Fresh Frozen Plasma (FFP), pemberian Pentoxifilin, pemberian Melatonin, penatalaksanaan secara imunologik, pemberian kortikosteroid pada sepsis neonatorum, asupan nutrisi (Depkes, 2007).

7 Gambar 1. Penatalaksanaan Sepsis Neonatus (Menkes, 2010) 2. Antibiotik Antibiotik adalah suatu zat yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan atau sekaligus membunuh mikroorganisme lainnya (Eillen, 2010). Antibiotik pilihan sebagai terapi sepsis ialah dari golongan amoniglikosida dikombinasikan dengan ampicilin, ampicilin dengan sefotaksim dan metronidazol (WHO, 2005) Pentingnya penggunaan antibiotik sebagai terapi maka hal ini dijadikan suatu dasar penting pula penggunaan antibiotik secara rasional demi terjadinya efek terapi yang di inginkan dan meningkatkan taraf hidup pasien, sehingga asas

8 rasionalisasi penggunaan antibiotik dapat didefinisikan sebagai seleksi antibiotik yang selektif terhadap mikroorganisme penginfeksi dan efektif untuk memusnahkannya, serta sejalan dengan hal tersebut memiliki potensi terkecil untuk menimbulkan toksisitas, reaksi alergi ataupun risiko lain bagi pasien (Joke, dkk, 1991). a. Antibiotik Untuk Sepsis Awitan Dini Tabel 1. Terapi Antibiotik Untuk Sepsis Awitan Dini Golongan Nama antibiotik/dosis Sensitivitas Penisilin/ampisi lin+ Aminoglikosida (Depkes, 2007) - Penisislin : Ampisilin (IM,IV:postnatal umur 7 hari:bb 2000 g: 50 mg/kg/hari tiap 12 jam, BB >2000 g: 75 mg/kg/hari tiap 8 jam: Meningitis : 150 mg/kg/hari tiap 8 jam) Amoksisilin (infant/neonatus : 3 bulan:20-30 mg/kg/hari tiap 12 jam - Aminoglikosida : Gentamycin (IM,IV: untuk neonatus dengan BB tidak ideal, prematur Neonatus < 1000 g:3,5 mg/kg/dosis tiap 24 jam sekali 0-4 minggu, < 1200 g: 2,5 mg/kg/dosis tiap 18-24 jam, postnatal umur 7 hari;25 mg/kg/dosis tiap 12 postnatal Postnatal umur >7 hari : 1200-2000 g:2,5 mg/kg/dosis tiap 18-24 jam, >2000 g:2,5 mg/kg/dosis tiap 8 jam Amikasin (Neonatus:0-4 minggu, <1200 g: 7,5 mg/kg/dosis tiap 18-24 jam postnatal umur 7 hari: 1200-2000 g: 7,5 mg/kg/dosis tiap 12 jam, >2000 g: 10 mg/kg/dosis tiap 8 jam (Takatomo, 2009) Streptococcus grup B, E. coli, dan Listeria monocytogenes b. Antibiotik Untuk Sepsis Awitan Lambat Tabel 2. Terapi Antibiotik Untuk Sepsis Awitan Lambat Golongan Nama antibiotik/dosis Sensitivitas Vankomisin+A minoglikosida (terapi empirik) Vankomisin (neonatus I.V : Postnatal umur 7 hari: <1200 g : mg/kg/hari tiap 24 jam, 1200-2000 g: 10-15 mg/kg/hari tiap 12-18 jam, >2000 g: 10-15 mg/kg/hari tiap 24 jam Postnatal >7 hari: <1200 g: 15 mg/kg/hari tiap24 jam, 1200-2000 g: 10-15 mg/kg/hari tiap8-12, >2000 g:15-20 mg/kg/hari tiap 8 jam) + Gentamisin (IM,IV: untuk neonatus dengan BB tidak ideal, prematur Neonatus < 1000 g:3,5 mg/kg/dosis tiap 24 jam sekali 0-4 minggu, < 1200 g: 2,5 mg/kg/dosis tiap 18-24 jam, postnatal umur 7 hari;25 mg/kg/dosis tiap 12 postnatal Staphylococc us Aureus

9 Sefalosporin generasi 3 Penisilin/ampisi lin+ Aminoglikosida Sefalosporin generasi 3+ Aminoglikosida Postnatal umur >7 hari : 1200-2000 g:2,5 mg/kg/dosis tiap 18-24 jam, >2000 g:2,5 mg/kg/dosis tiap 8 jam Amikasin (Neonatus:0-4 minggu, <1200 g: 7,5 mg/kg/dosis tiap 18-24 jam postnatal umur 7 hari: 1200-2000 g: 7,5 mg/kg/dosis tiap 12 jam, Vankomisin (neonatus I.V : Postnatal umur 7 hari: <1200 g : mg/kg/hari tiap 24 jam, 1200-2000 g: 10-15 mg/kg/hari tiap 12-18 jam, >2000 g: 10-15 mg/kg/hari tiap 24 jam Postnatal >7 hari: <1200 g: 15 mg/kg/hari tiap24 jam, 1200-2000 g: 10-15 mg/kg/hari tiap8-12, >2000 g:15-20 mg/kg/hari tiap 8 jam) Piperasilin (Neonatus:IM,IV: 7 hari:150 mg/kg/hari tiap 8 jam, >7hari:200 mg/kg/hari tiap 6 jam Sefoperazon +Seftazidim: (seftazidim: Neonatus 0-4 minggu:<1200 g: 100 mg/kg/hari tiap 12 jam, postnatal umur 7 hari: 1200-2000 g: 100 mg/kg/hari tiap 12 jam, >7 hari: 100-150 mg/kg/hari tiap 8-12 jam, postnatal umur >7 hari: 1200 g:150 mg/kg/hari tiap 8 jam) Penisislin : Ampisilin (IM,IV:postnatal umur 7 hari:bb 2000 g: 50 mg/kg/hari tiap 12 jam, BB >2000 g: 75 mg/kg/hari tiap 8 jam: Meningitis : 150 mg/kg/hari tiap 8 jam) Amoksisilin (infant/neonatus : 3 bulan:20-30 mg/kg/hari tiap 12 jam Sefotaksim : Neonatus : 0-4 minggu :<1200 g:100mg/kg/hari tiap 12 jam Postnatal : umur 7 hari: 1200-2000 g:100 mg/kg/hari tiap 12 jam, >2000:100-150 mg/kg/hari tiap 8-12 jam) + Aminoglikosida : Gentamisin (IM,IV: untuk neonatus dengan BB tidak ideal, prematur Neonatus < 1000 g:3,5 mg/kg/dosis tiap 24 jam sekali 0-4 minggu, < 1200 g: 2,5 mg/kg/dosis tiap 18-24 jam, postnatal umur 7 hari;25 mg/kg/dosis tiap 12 postnatal Postnatal umur >7 hari : 1200-2000 g:2,5 mg/kg/dosis tiap 18-24 jam, >2000 g:2,5 mg/kg/dosis tiap 8 jam Amikasin (Neonatus:0-4 minggu, <1200 g: 7,5 mg/kg/dosis tiap 18-24 jam postnatal umur 7 hari: 1200-2000 g: 7,5 mg/kg/dosis tiap 12 jam, >2000 g: 10 mg/kg/dosis tiap 8 jam (seftazidim: Neonatus 0-4 minggu:<1200 g: 100 mg/kg/hari tiap 12 jam, postnatal umur 7 hari: 1200-2000 g: 100 mg/kg/hari tiap 12 jam, >7 hari: 100-150 mg/kg/hari tiap 8-12 jam, postnatal umur >7 hari: 1200 Endemik MRSA Pseudomonas Aeruginosa Streptococcu s grup B, E. coli, dan Listeria monocytogen es Bakteri gram negatif

10 (Depkes, 2007) g:150 mg/kg/hari tiap 8 jam ) + ( Gentamisin : IM,IV: untuk neonatus dengan BB tidak ideal, prematur Neonatus < 1000 g:3,5 mg/kg/dosis tiap 24 jam sekali 0-4 minggu, < 1200 g: 2,5 mg/kg/dosis tiap 18-24 jam, postnatal umur 7 hari;25 mg/kg/dosis tiap 12 postnatal Postnatal umur >7 hari : 1200-2000 g:2,5 mg/kg/dosis tiap 18-24 jam, >2000 g:2,5 mg/kg/dosis tiap 8 jam) (Takatomo, 2009) 3. Metode Analisis Penggunaan Antibiotik Menggunakan Kriteria Gyssens Dapat dikatakan bahwa analisis penggunaan antibiotik bisa dilakukan secara kualitatif dan kuanitatif, jika secara kualitatif dapat digunakan metode alur Gyssens. Penggunaan alur Gyssen pada metode secara kualitatif ditujukan untuk menilai secara kualitas penggunaan antibiotik. Adapun data yang digunakan berasal dari rekam medik (Kemenkes, 2011). Tabel 3. Kriteria Penilaian kualitas Penggunaan Antibiotik Menggunakan Gyssens Kategori Keterangan 0 Penggunaan antibiotik tepat / bijak I Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu IIA Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis IIB Penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian IIC Penggunaan antibiotik tidak tepat cara / rute pemberian IIIA Penggunaan antibiotik terlalu lama IIIB Penggunaan antibiotik terlalu singkat IVA Ada antibiotik lain yang lebih efektif IVB Ada antibiotik lain yang kurang toksik / lebih aman IVC Ada antibiotik lain yang lebih murah IVD Ada antibiotik lain yang spektrumnya lebih sempit V Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik VI Data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat dievaluasi