BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB II LANDASAN TEORI

PERAN PENGGUNAAN MEDIA BENDA ASLI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR TEKNOLOGI INFORMATIKA KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

JURNAL PENELITIAN. Oleh. MARTEN MOKO NIM (SDN 6 Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango)

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sri Sunarti. Sri Sunarti SD Negeri 1 Pakis

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS Kelas III Dengan Menggunakan Media Gambar di SDN I Bolapapu Kecamatan Kulawi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

02. Konsep Dasar Media

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, 1991:172). Membaca

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

BAB I PENDAHULUAN. hal yang wajib dikuasai oleh siswa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

II.KAJIAN PUSTAKA. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih. berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan manusia dalam pergaulan sehari-hari dalam mencapai tujuan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Ningtyastuti, 2016

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Awal di LPTK, ( Jakarta:USAID,2014), hlm.1. 1 USAID, Buku Sumber untuk Dosen LPTK: Pembelajaran Literasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

UNIT 8. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Unik Ambar Wati PENDAHULUAN

Peningkatan Kemampuan Siswa Pada Materi Lambang Bilangan Dengan Menggunakan Kartu Bilangan di Kelas I SDN 2 Kabalutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar umumnya berhubungan langsung dengan kegiatan siswa,

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Media Benda Asli Pembelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri Tingkulang Kecamatan Tomini Kabupaten Parigi Moutong

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kuantitas untuk memenuhi kebutuhan akan pemerataan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikhlasiah As ar, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Peningkatan Ketrampilan Siswa Membaca Nyaring Melalui Metode Latihan Terbimbing Pada Siswa Kelas III SDN Paranonge

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGHITUNG LUAS LINGKARAN DI KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Oleh: Ririn M. Tuna

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar siswa terdiri atas dua kata, yaitu aktivitas dan belajar.

Pemanfaatan Barang Bekas Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 07 Salule Mamuju Utara

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya (Izhar,1998).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, materi tembang

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan kelas VI agar dapat belajar efektif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2 ISSN X. Pilemon Poly Maroa, Charles Kapile, dan Abdul Hamid

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : Endah Puji Astuti A

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN MELALUI PERMAINAN BAHASA PADA SISWA KELAS 1 SD NEGERI 03 SRINGIN KEC.

BAB II KAJIAN TEORI. dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MIS Sinoutu Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penguasaan materi guru mata pelajaran Fiqih di kelas VII MTs

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diri pada suatu proses. Menurut Poerwadarminta ( ) peran adalah sesuatu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu ciri orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Menurut

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Ernawati Setiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran wajib diajarkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Membaca 2.1.1. Pengertian Membaca Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalamanpengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya (Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997:49 dalam http://hudaita.blogspot.com). Membaca adalah kegiatan berbahasa berupa proses melisankan dan mengolah bahan bacaan secara aktif, membaca juga merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Membaca bukan hanya megucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Dengan demikian membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis (A.s. Broto, 1975 dalam Mulyono, 2003:200). Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di SD. Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca di kelas-kelas awal disebut pelajaran membaca permulaan, sedangkan di kelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca lanjut. Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Menurut Akhaidah dalam Dalam Darmiyati dan Budiasih (2004:57 ) kemampuan membaca di kelas I merupakan pembelajaran 5

6 membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang di peroleh di kelas I tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas berikutnya. Kemampuan membaca yang di peroleh pada membaca permulaan akan sangat berpenggaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Oleh karena itu, pembelajaran membaca awal ini sangat penting. Tujuan membaca permulaan di kelas I adalah agar Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 1994/1995: 4). Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. a. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. b. Pembelajaran membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran. (Sri Nuryati, 2007:1-2 dalam http://hudaita.blogspot.com) 2.1.2. Kemampuan Membaca Permulaan Menurut Darmiyati Zuhdi dan Budiasih (2001:57) kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, membaca permulaan di kelas I merupakan pondasi bagi pengajaran selanjutnya. Sebagai pondasi haruslah kuat dan kokoh, oleh karena itu harus dilayani dan dilaksanakan secara berdaya guna dan sungguh-sungguh. Kesabaran dan ketelitian sangat diperlukan dalam melatih dan membimbing serta mengarahkan siswa demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Menurut Rukayah (2004: 14) anak atau siswa dikatakan berkemampuan membaca permulaan jika dia dapat membaca dengan lafal dan intonasi yang

7 jelas, benar dan wajar, serta lancar dalam membaca dan memperhatikan tanda baca. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah kesanggupan siswa membaca dengan lafal dan intonasi yang jelas, benar dan wajar serta memperhatikan tanda baca. Pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangankemampuan dasar membaca. Siswa dituntut untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan (Sabarti Akhadiah, dkk. 1993: 11). Tujuan pengajaran membaca dan menulis adalah agar siswa dapat membaca dan menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan benar dan tepat (Djauzak Ahmad, 1996: 4). Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam mata pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas I memuat KD: (1) membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal dan intonasi yang tepat; (2) membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal yang tepat. Berdasarkan KD itu maka tujuan membaca permulaan SD kelas I adalah agar siswa mampu membaca nyaring suku kata, kata dan kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat. 2.1.3. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Membaca menggunakan Media Benda Kongkret dan Alat Peraga kartu Huruf Teori Belajar konstruktivisme mengisyaratkan bahwa guru tidak memompakan pengetahuan ke dalam kepala pelajar, melainkan pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog yang ditandai oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi. Ini berarti bahwa penekanan bukan pada kuantitas materi, melainkan pada upaya agar siswa mampu menggunakan otaknya secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif belaka, melainkan oleh keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif. Dengan

8 demikian proses belajar membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa (Semiawan, 2002:5 dalam http://mbahbrataedu.blogspot.com). Teori kognitif dari Jean Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.piaget mengemukakan Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Teori perkembangan piaget mewakili konstruktivisme yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi mereka. Tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget terdiri dari : 1) Tahap Sensorimotor (Usia 0-18 bulan) Pada tahap ini mulai terbentuk konsep kepermanenan Objek dan kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah pada tujuan. Anak memanipulasi objek dilingkungannya dan mulai membentuk konsep. 2) Tahap Pra Operasional (2-7 tahun) Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi. Anak memahami pikiran simbolik,tetapi belum dapat berpikir logis. 3) Tahap Operasional Kongkret (7-11 tahun) Perbaikan dalam kemampuan untuk berfikir secara logis. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. Anak dapat berpikir logis mengenai bendabenda kongkret. 4) Tahap Formal Operasional (11 tahun sampai dewasa) Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis. Piaget menemukan bahwa penggunaan operasi formal bergantung pada

9 keakraban dengan daerah subyek tertentu. Apabila siswa akrab dengan suatu obyek tertentu, lebih besar kemungkinannya menggunakan operasi formal (Nur dalam Trianto, 2007: 14-16). Psikolog Jean Piaget (dalam Mueller, 2006:7) mengungkapkan bahwa pertumbuhan kognitif bergerak dari yang kongkret ke yang abstrak. Begitu pula perkembangan kemampuan membaca dan menulis. Usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu penting bagi siswa SD jika dalam pembelajaran membaca menggunakan benda kongkrit.kemampuan baca-tulis anak berawal dari tulisan-tulisan yang kongkret dan yang sering ditemukan di dunia anak, seperti pada mainan kesukaannya, simbol-simbol pada tempat makanan, serta buku bergambar (Mueller, 2006:7). 2.2. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dalam Debdiknas (2003) dinyatakan bahwa media pembelajaran adalah media pendidikan secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dirumuskan.seperti yang dikemukakan oleh Latuheru (1993:4) yang dikutip oleh Arsyad (2006:4) memberi batasan media sebagai sebuah bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat, sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Media juga seringkali diartikan sebagai alat yang dapat dilihat dan di dengar. Alat-alat ini dipakai dalam pengajaran dengan maksud untuk membuat cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan alat-alat ini, guru dan siswa dapat berkomunikasi lebih mantap, hidup dan interaksinya bersifat banyak arah. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986:4) dalam Arsyad (2006:4) bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut dengan media komunikasi. Sedangkan menurut Gagne dan Briggs (1975:4) dalam Arsyad (2006:4) media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

10 menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari: buku, tape recorder, Benda Nyata, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan computer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian media dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sempurna, (2) Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar, (3) Adapun yang disampaikan oleh guru mesti menggunakan media, paling tidak yang digunakan adalah media verbal yaitu berupa kata-kata yang diucapkannya dihadapan siswa, (4) Segala sesuatu yang terdapat dilingkungan sekolah, baik berupa manusia ataupun bukan manusia yang pada permulaannya tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar setelah dirancang dan di pakai dalam kegiatan tersebut. Lingkungan itu berstatus media sebagai alat perangsang belajar. Berbagai pendapat mengenai manfaat dari media pembelajaran diantaranya adalah menurut pendapat Sudjana dan Rivai (1992.24) seperti yang dikutip oleh Arsyad (2006:214) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: (1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, (2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran, (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran, (4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

11 2.3. Media Benda Kongkret Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara kerumitan bahan yang akan disampaikan dengan bantuan media. Benda kongkret adalah benda yang dapat dikenal panca indra.(http://raden somad.com/pengertian-benda-kongkret). Media benda kongkret adalah media benda asli /nyata yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan informasi kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan media benda asli dalam pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif, karena dapat mendorong motivasi dan meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Setiap proses pembelajaran dilandasi dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode, media, alat, serta evaluasi. Dalam pencapaian tujuan, peranan media pembelajaran merupakan bagian terpenting pembelajaran yang dapat membantu siswa lebih mudah untuk memahami materi. Dalam proses belajar mengajar media benda asli atau nyata dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.berdasarkan hal tersebut, dalam pembelajaran bahasa Indonesia media benda asli atau benda kongkret sebenarnya sangat membantu mengatasi kesulitan dalam memahami materi dalam proses belajar mengajar. 2.4. Alat Peraga Kartu Huruf Alat adalah sarana yang sangat di perlukan dalam menunjang keberhasilan proses belajar-mengajar. Alat Peraga menurut Depdiknas (2003) adalah benda /alat yang digunakan untuk memperagakan fakta,konsep,prinsip /prosedur tertentu agar tampak lebih nyata /kongkret.jadi Alat Peraga adalah sarana yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar di dalam kelas agar pembelajaran tampak lebih nyata /kongkret sehingga siswa lebih mengerti.

12 Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia,guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan menggunakan kartu-kartu huruf, Kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata.siswa diajak menyusun hurufhuruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan benda-benda kongkret yang ditemukannya.titik berat latihan menyusun huruf ini adalah pada keterampilan mengeja suatu kata. Dalam pembelajaran membaca teknis menurut Mackey (Rofiudin,2003:44) guru dapat menggunakan strategi permainan membaca misalnya mencocokkan kartu, ucapkan kata itu, temukan kata itu, kontes ucapan, temukan kalimat itu dan baca. 2.5. Penerapan Media Benda Kongkret dan Alat Peraga Kartu Huruf di Kelas Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar, kartu huruf, kartu kata, maupun kartu kalimat. Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Siswa diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah ketrampilan mengeja suatu kata (Rose and Roe, 1990 dalamhttp: //mbahbrata-edu.blogspot.com). Langkah langkah menggunakan media benda kongkret dan alat peraga kartu huruf dalam pembelajaran membaca siswa di kelas 1 adalah sebagai berikut : 1 Memanfaatkan benda kongkret yang ada di sekitar siswa untuk dijadikan sumber belajar siswa dalam membaca. 2 Menghubungkan antara materi membaca dengan benda-benda kongkret yang ada di lingkungan sekitar siswa.

13 3 Siswa menyusun kartu huruf berdasarkan nama-nama benda-benda kongkret yang ditemukannya sehingga membentuk kata dan kalimat. 4 Siswa membaca/mengeja kata-kata atau kalimat yang telah ditemukannya. 2.6. Penelitian yang Relevan Sumanarahati, Indah ( 2009 ) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Ketrampilan Membaca Melalui Alat Peraga Kartu Huruf di Kelas I SDN Sumberpucung 06 Kabupaten Malang menunjukkan bahwa pada siklus I nilai hasil evaluasi menunjukkan tingkat penguasaan rata-rata mencapai 76. Diketahui siswa yang tuntas dalam belajar meningkat dari pretes sebelumnya berjumlah 9 siswa (45 %) menjadi 14 siswa atau menjadi 70 % pada siklus I. Selanjutnya dari tindakan siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan penguasaan rata-rata dari 76 pada siklus I menjadi 82.3. Diketahui pula siswa yang tuntas dalam belajar meningkat dari siklus I berjumlah 14 siswa.menjadi 19 siswa atau 95 % pada siklus II. ( http://karya.ilmiah.um.ac.id/index.php/ksdp/article/view/4479). Chasanah, Uswatun ( 2009 ) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Media kongkret pada pembelajaran Membaca pada SD Tengguli V Jepara menunjukkan bahwa hasil penelitian ini didapatkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran Media kongkret dikatakan sangat baik Hasil penelitian menunjukkan persentase ketuntasan belajar membaca dengan alat peraga kongkret siswa sebelum tindakan sebesar 32,25%, siklus 1 61, 29%, dan siklus 2 sebesar 83.87%. Siswa juga lebih antusias dan aktif saat pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran membaca dengan menggunakan alat peraga kongkret siswa kelas III SDN Tengguli V Jepara tahun pelajaran 2008/2009 hasil belajarnya meningkat.. (http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-nuraini053-15999&phpsessid=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985). Berdasarkan dari beberapa penelitian diatas, dengan menggunakan media kongkret dan alat peraga kartu huruf dalam membaca membuktikan

14 bahwa aktivitas siswa, pemahaman materi dan hasil belajar siswa meningkat. Oleh karena itu, media kongkret dan alat peraga kartu huruf sangat tepat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu untuk meningkatkan ketrampilan membaca pada kelas I SDN Kebolampang. 2.7. Kerangka Berpikir Kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Kebolampang masih rendah, hal ini disebabkan proses pembelajaran yang dilakukan guru belum menggunakan media yang menarik perhatian siswa sehingga ssiwa pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SD Negeri Kebolampang adalah melalui penerapan media kongkret dan kartu huruf, karena media tersebut memiliki beberapa keuntungan yaitu berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Dengan penggunaan media kongkret dan kartu huruf dalam pembelajaran bahasa Indonesia (membaca permulaan) kemampuan membaca permulaan siswa SD Negeri Kebolampang dapat meningkat. 2.8. Hipotesis Tindakan Dengan menggunakan media benda kongkret dan alat peraga kartu huruf maka keterampilan membaca siswa kelas 1 SDN Kebolampang Kecamatan Winong Kabupaten Pati akan meningkat.