2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi,

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan pada bab ini meliputi pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Fanovita Mulyani, 2015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

A. Latar Belakang Masalah Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa.

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW QUESTION READ REFLECT RECITE REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA MEMINDAI SISWA SEKOLAH DASAR

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAHASA INDONESIA. Membaca untuk Menulis. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Angkasa, 1989), hlm.22. Universitas Indonesia. Analisis kesalahan..., Elyan Nadian Zahara, FIB UI, 2009

BAB II KAJIAN TEORI. pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PARAGRAF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCANNING DI KELAS V SDN CIKANDANG 1 KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

PENTINGNYA PEMBINAAN KEGIATAN MEMBACA SEBAGAI IMPLIKASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UCI SUGIARTI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. sekali bagi kita semua untuk mempelajarinya. Setiap orang sering berbahasa, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun

ANALISIS PEMAHAMAN MEMBACA MELALUI TEKNIK MEMBACA CEPAT (Studi Pada Mahasiswa Semester I Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 PENGARUH TEKNIK SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK DAN MEMPARAFRASE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCANNING DI KELAS VI SDN SUKAGALIH 5 TAROGONG KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. mengandung pengertian bahwa dengan membaca akan diperoleh pengetahuan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah. biasanya mencakup empat segi, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di dunia serta diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

I. PENDAHULUAN. komunikasi, baik komunikasi secara lisan, maupun komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

K BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia berperan sebagai alat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dandi Oktaviana Maulid, 2014

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya) November 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Jika dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada dasarnya membaca merupakan suatu proses. Berikut akan dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan berbekal kemampuan membaca, siswa dapat mempelajari ilmu, mengkomunikasikan gagasan, dan mengekspresikan dirinya melalui lisan dan tulisan. Oleh karena itu, kegagalan dalam penguasaan keterampilan ini akan mengakibatkan masalah yang fatal, baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan. Hodgson dalam Tarigan (2008, hlm.7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan penulis melalui media katakata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Sedangkan menurut Anderson dalam Tarigan (2008, hlm.7) menyatakan bahwa dari segi linguistik membaca adalah proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/ cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Lerner dalam Abdurrahman (2003, hlm.200) menjelaskan tentang perananan kemampuan membaca dalam meningkatkan pengetahuan di sekolah, bahwa:

2 Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam memahami berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus membaca agar ia dapat membaca untuk belajar. Keterampilan membaca bagi siswa sekolah dasar merupakan bekal kemampuan yang mutlak harus dimiliki. Dengan memiliki kemampuan membaca siswa akan belajar lebih luas melalui buku, internet, koran, dan media lainnya. Setiap proses pembelajaran di kelas siswa dituntut untuk banyak membaca karena materi pelajaran yang disampaikan guru bersumber dari buku-buku sumber. Tugas-tugas yang diberikan guru juga menuntut siswa untuk dapat membaca dan memahami perintah dalam mengerjakannya. Membaca merupakan keterampilan yang kompleks yang melibatkan berbagai keterampilan decoding, tata bahasa dan makna kata untuk mencapai tujuan membaca. Tujuan membaca yang utama adalah memahami isi bacaan. Menurut Tarigan (2008, hlm.12) bahwa keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) dianggap berada pada urutan lebih tinggi dari mechanical skill yang mencakup aspek seperti: memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), memahami signifikasi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca), evaluasi atau penilaian (isi, bentuk), kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Menurut Pressley dalam Westwood (2008, hlm.23) membaca pemahaman dapat didefinisikan sebagai suatu proses berpikir aktif dimana pembaca sengaja membangun makna untuk membentuk pemahaman konsep lebih dalam dan informasi yang disajikan dalam teks. Untuk dapat memahami sebuah teks, pembaca harus menggunakan informasi yang sudah mereka miliki untuk menyaring, menafsirkan, mengatur dan mencerminkan informasi pada halaman. Interpretasi teks yang efisien melibatkan suatu kombinasi dari keterampilan pengenalan kata, menghubungkan informasi baru kepada pengetahuan, dan penerapan strategi yang tepat seperti menemukan gagasan

3 utama, membuat koneksi, mempertanyakan, menyimpulkan dan memprediksi. Oleh karena itu membaca pemahaman melibatkan koordinasi halus proses kognitif yang lebih tinggi (untuk berpikir, penalaran, menganalisis, menghubungkan, merefleksikan) dan proses lebih rendah (kesadaran kata, decoding). Stetter (2011) melaporkan di Amerika Serikat, 90% dari populasi anak usia sekolah dengan kesulitan belajar mengalami kesulitan membaca secara mandiri termasuk masalah pemahaman. Banyak siswa dengan kesulitan belajar memiliki sedikit konsep atau tidak memiliki konsep struktur teks, yang akan berdampak pada pemahaman mereka. Siswa-siswa tersebut dituntut harus belajar dan menerapkan keterampilan membaca pemahaman, namun mereka tidak dapat memproses informasi baru. Seringkali siswa dengan kesulitan belajar telah mengalami kegagalan pada sekolah sebelumnya, hal ini disebabkan karena guru tidak mengerti masalah mereka. Kebanyakan siswa kesulitan belajar tidak mampu untuk menguasai tujuan pembelajaran sehingga mereka harus mengulang kelas. Pengalaman ini yang sering menyebabkan siswa tidak termotivasi, tidak mau belajar dan tidak mempraktekkan konsepkonsep baru, hal inilah yang dapat menyebabkan siswa putus sekolah. Siswa kesulitan membaca pemahaman atau pembaca pemahaman yang buruk pada umumnya menunjukkan kelemahan dalam memahami apa yang mereka baca. Membaca pemahaman berkaitan dengan memori verbal. Seperti yang diungkapkan Pimperton (2012) membaca pemahaman menunjukkan kelemahan pada tugas-tugas memori kerja verbal tetapi tidak nonverbal, sesuai dengan akun bahasa. Defisit bahasa lisan pada siswa yang mengalami kesulitan membaca pemahaman memainkan peran penting. Penelitian ini telah mengungkapkan bahwa pembaca pemahaman yang buruk menunjukkan defisit dalam bahasa lisan sebelum mereka belajar membaca. Oleh karena itu, pelatihan bahasa lisan dan kosa kata memberikan keuntungan dalam pemahaman bacaan. Kesulitan membaca pemahaman mengakibatkan ketidakmampuan menangkap pesan-pesan tulisan. Padahal hampir semua mata pelajaran

4 pesannya disampaikan dalam bentuk tulisan. Keterampilan membaca pemahaman dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal seperti yang diungkapkan oleh Trepanier (2005) menjelaskan pendekatan ekologi pendidikan khusus menekankan pentingnya memahami kondisi di sekitarnya (termasuk orang-orang dan interaksi mereka dengan anak dalam lingkungan belajar. Selain itu menurut sebuah studi oleh East China Normal University, 82,6% guru merasa kurang menerima siswa dengan kebutuhan khusus, dan 81,8% memiliki kesadaran siswa tentang siswa berkebutuhan khusus tetapi merasa tidak mampu untuk mengajar mereka (Woodcock, 2012). Strategi pembelajaran yang digunakan guru dikelas juga berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Landmark dalam Klingner (2007, hlm. 2) dalam sebuah studi membaca landmark, Durkin (1978-1979) dengan melakukan penelitian dengan pengamatan instruksi dalam membaca pemahaman. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman instruksi yang khas dapat meningkatkan pemahaman membaca. Namun keprihatinan terjadi dalam kualitas pengajaran pemahaman yakni adanya kelangkaan instruksi membaca. Berdasarkan lebih dari 4.000 menit instruksi membaca diamati dalam kelas empat, hanya 20 menit dari instruksi pemahaman yang tercatat. Faktor internal yang mempengaruhi membaca pemahaman seperti motivasi, minat, perbendaharaan kata, pengetahuan umum, pengetahuan tentang subjek tertentu, keterampilan identifikasi kata, kemampuan penalaran, penggunaan strategi yang efektif untuk mengidentifikasi ide utama dan detail pendukung, dan pengetahuan struktur teks (Westwood, 2008, hlm.23). Temuan Johnson dan Medinus (dalam Ratnengsih, 2012, hlm.130) menyatakan kemampuan membaca pemahaman dipengaruhi secara signifikan oleh semantik dan sintaksis. Besaran komponen semantik (21,9%) dan sintaksis (29,8%). Temuan tersebut dapat diartikan bahwa siswa yang dapat membedakan urutan kata atau kalimat akan meningkatkan kemampuan memahami isi dari sebuah bacaan. Pengaruh secara bersama-sama komponen

5 semantik dan sintaksis terhadap kemampuan reading comprehension besarnya mencapai 51,70 %. Sedangkan sisanya (100 %-51,7 %) = 48,3 % dipengaruhi faktor-faktor lain. Faktor lain yang berpengaruh misalnya fasilitas belajar, isi materi, teknik mengajar, kompetensi guru, kurikulum, cara penilaian, motivasi belajar, kondisi sosial ekonomi keluarga dan lain sebagainya. Selain itu, hasil penelitian Tong et al. (2011) juga menunjukkan bahwa siswa kelas 5 dengan kesulitan membaca pemahaman memiliki kesadaran sintaksis yang rendah dari rata-rata pembaca pemahaman bila diuji dengan bentuk koreksi urutan kata tugas. Siswa dengan kesulitan membaca pemahaman kurang mampu untuk memperbaiki kalimat secara lisan maupun dalam kemampuan membaca kata. Kesulitan terbesar ketika kalimat memiliki sintaksis tinggi. Siswa kesulitan membaca pemahaman memiliki kesadaran fonologi yang utuh dan kesadaran sintaksis tata bahasa kesadaran yang lemah. Sejalan dengan temuan tersebut, hasil penelitian Rahmawati (2010) menambahkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan membaca dipengaruhi komponen semantik sebesar (4,9%), hal ini menunjukkan bahwa komponen semantik berpengaruh besar dalam kemampuan membaca pemahaman siswa. Permasalahan yang sering terjadi di lapangan yakni, siswa di kelas tinggi pada umumnya mengalami kesulitan dalam keterampilan membaca pemahaman. Siswa di kelas tinggi umumnya dapat membaca dengan lancar, namun mereka tidak mengerti atau tidak paham apa yang mereka baca. Kesulitan tersebut terjadi karena siswa kelas tinggi sudah berada pada tahapan membaca yang harus mengutamakan makna dari sebuah bacaan. Ini bukan berarti siswa di kelas rendah dalam keterampilan membacanya tidak terkait makna. Siswa di kelas rendah masih berada pada proses yang lebih rendah yakni keteraturan bentuk huruf dan bunyi-bunyi yang bermakna. Seperti yang diungkapkan Dardjowidjojo (2005, hlm.303) bahwa proses membaca tahap lanjut menekankan pemahaman makna dari bahan yang dibaca meskipun ini tidak berarti bahwa pada tahap pemula tidak ada makna yang terkait. Perbedaan yang mencolok antara kedua tahap ini adalah bahwa pembaca pada tahap lanjut tidak lagi harus memperhatikan keteraturan bentuk huruf lagi.

6 Untuk dapat menangkap dan memahami sebuah bacaan, siswa kelas tinggi dituntut harus memiliki kemampuan dalam tata bahasa (sintaksis). Kemampuan dalam tata bahasa (sintaksis) tersebut yang akan menentukan makna kata (semantik) dari sebuah kalimat bahkan sebuah bacaan. Oleh karena itu, kegagalan dalam penguasaan kompetensi linguistik yang meliputi sintaksis dan semantik akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan membaca pemahaman. Kesulitan membaca pemahaman akan berpengaruh pada keberhasilan akademik siswa. Siswa akan tertinggal untuk memperoleh informasi maupun dalam mengikuti pembelajaran disekolah, karena semua mata pelajaran di sekolah menuntut siswa banyak membaca dan memahami isinya. Berdasarkan permasalahan di atas menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman dipengaruhi secara signifikan oleh semantik dan sintaksis, maka penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman terkait masalah kompetensi linguistik yaitu sintaksis dan semantik. Dengan demikian, penelitian ini dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di lapangan, yang menjadi faktor penghambat atau penyebab siswa mengalami kesulitan membaca pemahaman. Dengan cara menemukan dan mengetahui faktor-faktor prediktor yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman pada siswa yang mengalami kesulitan membaca pemahaman pada aspek kompetensi linguistik, karena penguasaan kompetensi linguistik (sintaksis dan semantik) berperan penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam memahami makna sebuah bacaan. Dengan ditemukannya faktor-faktor yang esensial yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman pada siswa yang mengalami kesulitan membaca pemahaman pada kompetensi linguistik, diharapkan akan dapat menjadi pedoman bagi guru untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswa kesulitan membaca pemahaman. B. Batasan Masalah Penelitian

7 Melihat luasnya masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman, maka penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek membaca pemahaman sebagai berikut: 1. Kompetensi linguistik yang dikaji mencakup dua komponen yaitu: a) sintaksis yang meliputi unsur kalimat, jeda, intonasi, partikel atau kata tugas dan b) semantik yang meliputi makna kata, kata imbuhan, kata umum, kata khusus, sinonim, antonim, kata ulang. 2. Kemampuan membaca pemahaman yang dikaji mencakup dua komponen yaitu a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal), b) memahami signifikasi atau makna (a.l maksud dan tujuan pengarang) (Tarigan, 2008, hlm.12). C. Rumusan Masalah Permasalahan pokok penelitian ini adalah Faktor-faktor prediktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman pada siswa yang mengalami kesulitan membaca pemahaman? D. Kerangka Berpikir Mengingat luasnya masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman yang terjadi pada siswa, maka penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek membaca pemahaman yang berkaitan dengan kompetensi linguistik. Hal ini didasarkan pada hasil temuan dan fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa kompetensi linguistik khususnya sintaksis dan semantik secara signifikan berpengaruh pada kemampuan membaca pemahaman. Selanjutnya dari faktor-faktor tersebut akan dicari faktor yang esensial yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen yaitu membaca pemahaman. Sedangkan variabel independenya yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman pada aspek kompetensi linguistik yang terdiri dari sintaksis dan semantik. Kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Membaca Pemahaman Sintaksis Semantik Membaca Pemahaman (Y) (X) Bagan 1.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan bagan kerangka berpikir di atas menunjukkan bahwa lingkaran (X) menggambarkan begitu banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman, sedangkan sintaksis dan semantik hanya bagian dari faktor-faktor yang jumlahnya sangat banyak tersebut. Sedangkan lingkaran (Y) merupakan kemampuan membaca pemahaman yang dipengaruhi oleh unsur-unsur dari komponen sintaksis dan semantik. E. Tujuan Penelitian

9 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor prediktor yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman pada siswa yang mengalami kesulitan membaca pemahaman. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu pendidikan terutama dalam pendidikan kebutuhan khusus terkait dengan masalah asesmen membaca pemahaman. 2. Manfaat Praktis Dalam tataran praktis, hasil penelitian tentang faktor-faktor prediktor yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman pada siswa yang mengalami kesulitan membaca pemahaman ini dapat digunakan guru untuk merancang strategi pembelajaran yang tepat. 3. Manfaat bagi Lembaga Diperoleh data atau informasi lengkap tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman pada siswa yang mengalami kesulitan membaca pemahaman. G. Definisi Operasional Variabel Sebelum memberikan definisi secara operasional, dalam penjelasan ini, terlebih dahulu dikemukakan definisi secara konseptual. Pemberian definisi secara konseptual ini dimaksudkan agar definisi operasional yang dibangun tidak menyimpang secara konseptual. Membaca Pemahaman adalah serangkaian proses yang harus dilakukan pembaca untuk dapat menemukan informasi dan memahami informasi yang terkandung dalam sebuah teks bacaan. Menurut Swan (dalam Somadayo, 2011, hlm.28) ada beberapa penyebab kesulitan memahami bacaan. Faktor-faktor intrinsik antara lain meliputi kepemilikan kompetensi bahasa (kompetensi linguistik) si pembaca, minat, motivasi, dan kemampuan

10 membacanya. Maka untuk dapat memahami infomasi yang terdapat dalam sebuah bacaan, salah satunya pembaca harus menguasai kompetensi linguistik. Kompetensi linguistik yang harus dikuasai dalam kemampuan membaca pemahaman yang berhubungan dengan makna yakni sintaksis dan semantik. Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa berusaha menjelaskan unsur-unsur suatu satuan serta hubungan antar unsur-unsur itu dalam suatu satuan, baik hubungan fungsional maupun maknawi (Ramlan, 1986, hlm.21). Sintaksis adalah kompetensi linguistik yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan pembaca dalam proses tata bahasa. Sedangkan, menurut Pateda (2010, hlm.2) semantik adalah studi tentang makna (arti, Inggris: meaning). Semantik diasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. Semantik adalah kompetensi linguistik yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan pembaca dalam pemahaman makna kata (semantik). Secara operasional penelitian ini ingin menjawab pertanyaan faktorfaktor prediktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman pada siswa yang mengalami kesulitan membaca pemahaman dilihat dari kompetensi linguistik. Yang dimaksud faktor-faktor prediktor yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman pada siswa kesulitan membaca pemahaman dalam penelitian ini, yaitu meliputi: (1) Sintaksis adalah kemampuan siswa dalam membaca pemahaman yang berkaitan dengan tata bahasa, yang meliputi: unsur kalimat, jeda, intonasi, partikel atau kata tugas. (2) Semantik adalah kemampuan siswa dalam memahami makna atau arti dari sebuah kata yang dibaca oleh siswa yang meliputi: makna kata, kata imbuhan, kata umum, kata khusus, sinonim, antonim, kata ulang.