BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
kepemilikan lahan. Status lahan tidak jelas yang ditunjukkan oleh tidak adanya dokumen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KERANGKA PROGRAM. Lokasi : Kab. Kuningan, Kab. Indramayu, Kab. Ciamis. Periode Waktu :

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor 3 Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penyelenggaraan. Sistem Informasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN PENYERAPAN DAN/ATAU PENYIMPANAN KARBON PADA HUTAN PRODUKSI

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Unit Manajemen Hutan Rakyat Lestari KOPERASI WANA MANUNGGAL LESTARI Lokasi Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta Luas areal 815,18 ha

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan selalu diawali oleh terjadinya suatu masalah yang perlu untuk segera dicari solusinya agar masalah

HUTAN RAKYAT MENUJU SERTIFIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

TPAM SLIDE 9 MASTER PLAN SISTEM PENYEDIAAN. Prepared by Yuniati, PhD AIR BERSIH KOTA

FORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN ALAM

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN VERIFIKASI PERMOHONAN HAK PENGELOLAAN HUTAN DESA

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. peradaban umat manusia di berbagai belahan dunia (Maryudi, 2015). Luas hutan

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI SISTEM SILVIKULTUR TPTII DALAM KERANGKA

PEDOMAN LEI 77 SISTEM SERTIFIKASI BERTAHAP PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

Avoided Deforestation & Resource Based Community Development Program

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 474 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DESA PATEMON NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR DESA PATEMON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON

BUPATI LOMBOK TENGAH RANCANGAN PERATURAN BUPATI LOMBOK TENGAH NOMOR... TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. dalam lingkup daerah, nasional maupun internasional. Hutan Indonesia

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

West Kalimantan Community Carbon Pools

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

RENCANA STRATEGIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUP (Petak Ukur Permanen) sebagai Perangkat Pengelolaan Hutan Produksi di Indonesia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 ekonomi biaya tinggi sebagaimana hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu pengaturan kembali mengenai Inventarisasi Hutan Menyelu

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.33/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Studi Kelayakan Hutan Rakyat Dalam Skema Perdagangan Karbon dilaksanakan di Hutan Rakyat Kampung Calobak Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian berlangsung selama dua bulan, yaitu bulan April-Mei 2010. 3.2. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta kawasan, kamera digital, perekam suara. Bahan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah vegetasi hutan rakyat, Pemerintah Daerah, Kelompok Tani Hutan dan LSM yang memiliki program sertifikasi serta perdagangan karbon. 3.3. Jenis Data Yang Dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi : 3.3.1. Kondisi Pengelolaan Hutan rakyat Pengambilan data mengenai kondisi pengelolaan hutan rakyat menggunakan parameter skema sertifikasi Hutan Rakyat Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI), yaitu Sistem Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML-LEI) dengan skema sertifikasi terhadap Sumberdaya Hutan yang memerlukan proses penilaian lapang oleh pihak ketiga (Certification Under Third Party Assessment) untuk mendapatkan sertifikat Sustainable Forest Management (SFM), antara lain : Tujuan pengelolaan, potensi sumberdaya hutan (curah hujan, ketinggian, dan lain-lain), potensi hasil hutan (hasil hutan kayu dan bukan kayu) dan potensi usaha (pengolahan, pemanfaatan dan pemasaran hasil hutan), serta tatacara dan inovasi pengelolaan hutan (sistem pengelolaan hutan) yang selama ini telah dilakukan. Pernyataan kelompok pengelola hutan ini kemudian ditandatangani

21 oleh semua anggota kelompok sebagai bagian dari bentuk pengesahan bersama. Data unit manajemen, antara lain dokumen atau informasi yang menjelaskan status lahan (kepemilikan lahan), peta-peta lahan, dan data lain yang terkait dengan kondisi sumberdaya hutan, sumberdaya lahan dan sumber daya manusia dalam pengelolaan. Dokumen perencanaan dan/atau bentuk perencanaan apapun yang menjadi landasan penting bagi pengelolaan unit manajemen. Kesepakatan-kesepakatan menyangkut model produksi bersama dapat digolongkan ke dalam poin ini Dokumen laporan: segala jenis laporan pengelolaan yang sesuai, dan/atau bentuk pelaporan yang diadatkan (sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar hutan). 3.3.2. Pemenuhan Kriteria dan Indikator skema PHBML-LEI Skema PHBML-LEI yang digunakan untuk menilai Hutan Rakyat Kampung Calobak adalah Kriteria dan Indikator yang terdapat dalam Skema sertifikasi terhadap Sumberdaya Hutan yang memerlukan proses penilaian lapang oleh pihak ketiga (Certification Under Third Party Assessment) Jalur C dengan Skema II. Adapun kriteria dan indikatornya antara lain: A. Aspek Kelestarian Fungsi Produksi 1. Kriteria kelestarian sumberdaya 1.1. Status dan batas lahan jelas 1.2. Perubahan luas lahan yang ditumbuhi tanaman 1.3. Manajemen pemeliharaan hutan 1.4. Sistem silvikultur sesuai daya dukung lahan 2. Kriteria kelestarian hasil 2.1. Penataan areal pengelolaan hutan 2.2. Kepastian adanya potensi produksi untuk dipanen lestari 2.3. Pengaturan hasil 2.4. Efisiensi pemanfaatan hutan 2.5. Keabsyahan Sistem Lacak Balak dalam hutan

22 2.6. Prasarana hutan 2.7. Pengaturan manfaat hasil 3. Kriteria kelestarian usaha 3.1. Kesehatan Usaha 3.2. Kemampuan akses pasar 3.3. Sistem Informasi Manajemen (SIM) 3.4. Tersedia tenaga terampil 3.5. Investasi dan reinvestasi untuk pengelolaan hutan 3.6. Kontribusi terhadap peningkatan kondisi sosial dan ekonomi setempat B. Aspek Kelestarian Fungsi Ekologi 1. Stabilitas ekosistem hutan dapat dipelihara dan gangguaan terhadap stabilitas ekosistem dapat diminimumkan dan dikelola 1.1. Tersedianya aturan kelola produksi yang meminimasi gangguan terhadap integritas lingkungan 1.2. Ketersediaan informasi dan dokumentasi dampak kegiatan kelola produksi terhadap lingkungan. 1.3. Adanya kegiatan kelola lingkungan yang efektif C. Aspek Kelestarian Fungsi Sosial 1. Kejelasan tentang hak penguasaan dan pengelolaan lahan atau areal hutan yang dipergunakan 1.1. Pengelola hutan/lahan adalah warga komunitas 1.2. Pengelola hutan/lahan adalah pemilik lahan 1.3. Status lahan tidak dalam sengketa dengan warga anggota komunitasnya yang lain maupun dengan pihak lain di luar komunitasnya 1.4. Kejelasan batas-batas areal tanah/hutan yang dipergunakan 1.5. Digunakan tata cata atau mekanisme penyelesaian sengketa yang berkeadilan terhadap sengketa klaim yang terjadi 2. Terjaminnya ketahanan dan pengembangan ekonomi komunitas 2.1. Sumber-sumber ekonomi komunitas terjaga dan mampu mendukung kelangsungan hidup komunitas dalam lintas generasi

23 2.2. Penerapan teknologi produksi dan sistem pengelolaan dapat mempertahankan tingkat penyerapan tenaga kerja, laki-laki maupun perempuan 3. Terbangun pola hubungan sosial yang setara dalam proses produksi 3.1. Pola hubungan sosial yang terbangun antara berbagai pihak dalam pengelolaan hutan merupakan hubungan sosial relatif sejajar 3.2. Pembagian kewenangan jelas dan demokratis dalam organisasi penyelenggaraan PHBM 4. Keadilan manfaat menurut kepentingan komunitas 4.1. Ada kompensasi atas kerugian yang diderita komunitas secara keseluruhan akibat pengelolaan hutan oleh kelompok dan disepakati seluruh warga komunitas 3.3.3. Pemenuhan Kriteria Atau Standar Perdagangan Karbon Standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Plan Vivo Standard yang juga diusulkan oleh Komunitas Masyarakat Pengguna Lahan Berbasis berkelanjutan di negara-negara berkembang. Plan Vivo Standard adalah suatu sistem yang berkelanjutan untuk proyek-proyek yang menggunakan lahan untuk tujuan meningkatkan mata pencaharian masyarakat miskin pedesaan di negara berkembang dengan menghubungkan mereka kepada perdagangan karbon (Plan Vivo Foundation 2008). Data yang diambil meliputi segala aspek yang dimiliki hutan rakyat untuk memenuhi standar tersebut. Standar atau kriteria Plan Vivo antara lain: 1. Tema Pengelolaan Proyek yang efektif dan Transparan Standar Plan Vivo dalam tema ini antara lain: a. Proyek sudah memiliki sebuah struktur pengelolaan yang efektif, aturan dan batas pertanggung jawaban yang jelas serta koordinator proyek memiliki beberapa kemampuan dasar sebagai berikut: - Administratif - Syarat teknis - Sosial

24 b. Sebuah proyek harus memiliki dasar tahunan yang sesuai dengan jadwal laporan yang telah disepakati oleh Plan Vivo Foundation Jenis data yang diambil pada tema ini adalah: - PDD (Project Design Document/dokumen rancangan proyek) dengan semua anggaran dasar, artikel dan status persetujuan dan pertanggung jawaban perorangan serta organisasi yang diakui, yang sama dengan proses yang didokumentasikan untuk aktivitas proyek - Bukti-bukti yang terkait dengan pengalaman yang relevan baik secara individu maupun organisasi - Bukti-bukti pertemuan kelompok (seperti waktu, daftar peserta, dll) - Bukti-bukti dari komunikasi yang efektif antara koordinator proyek dan produsen (seperti rekaman training, rapat, email, dll) - Kependudukan, managemen database yang efektif, staf dapat menjelaskan dan menggambarkan fungsi database - Laporan tahunan yang diakui 2. Tema Manfaat Karbon Standar Plan Vivo dalam tema ini antara lain: a. Manfaat karbon dapat dihitung menggunakan metode perhitungan pendugaan karbon dan pendugaan manual dari pengambilan atau penyimpanan karbon yang dihitung dengan resiko kebocoran tertentu. b. Manfaat karbon dihitung berlawanan dengan carbon baseline yang jelas dan terpercaya. c. Manfaat karbon, sebagai tambahan, kegiatan yang didukung oleh proyek tidak dapat dilaksanakan jika tidak tersedianya pembiayaan karbon. Jenis data atau indikator yang berhubungan dengan poin a, b dan c adalah: - Aktivitas berhubungan dengan satu atau lebih spesifikasi teknis yang diakui juga digunakan oleh teknisi lokal - Analisis baseline - Analisis tambahan - Bukti pengurangan dan catatan resiko penyangga dari database

25 - Bukti-bukti aturan manajemen yang dijalankan untuk meminimalisir resiko d. Penjualan karbon dapat didetesi dan tercatat dalam database. Jenis data atau indikator yang berhubungan dengan poin d adalah: - Database yang menggambarkan manajemen data yang efektif - Staff mampu menjelaskan kegunaan data base dan data yang terkandung di dalamnya e. Proyek memiliki proses yang efektif dalam mengawasi keberlanjutan ekosistem Jenis data atau indikator yang berhubungan dengan poin e adalah: - Produsen yang tercatat konsisten dan sesuai dengan spesifikasi teknis - Laporan pengawasan - Catatan lapangan - Bukti bahwa jika ada keselahan akan diikuti dengan langkah korektif berdasarkan catatan lapangan atau database - Bukti training tim f. Produsen yang menjalankan proyek Plan Vivo sebagai bagian dari relawan atau partisipan harus memenuhi persyaratan berikut : - Jelas, tepat dan konsisten dengan spesifikasi teknis yang sudah diakui dalam proyek - Tidak akan menyebabkan produsen lain menjadi tidak menguntungkan dan tidak berlanjut Jenis data atau indikator yang berhubungan dengan poin f adalah: - Contoh Plan Vivo - Diskusi dengan produsen dan penduduk lokal - Staf mampu menjelaskan proses dan kriteria evaluasi Plan Vivo - Bukti-bukti sistem pencatatan 3. Tema Manfaat Ekosistem Standar Plan Vivo dalam tema ini antara lain:

26 a. Aktivitas penanaman tidak diperbolehkan untuk jenis tanamn asing dan tanaman liar, kecuali tanaman tersebut dapat memberikan keuntungan serta : - Produsen memiliki keingingan yang jelas untuk memiliki jenis tanaman tersebut - Area yang digunakan tidak mendekati area konservasi atau tidak menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap biodiversitas - Aktivitas produsen di lahan tersebut dilakukan tanpa memerlukan intervensi maupun dukungan dari proyek - Aktivitas yang dilakukan tidak akan berbahaya bagi kondisi air Jenis data atau indikator yang berhubungan dengan poin a adalah: - Spesifikasi teknis dan contoh Plan Vivo yang sudah diakui - Staff memiliki kepedulian terhadap aspek dan prioritas konservasi b. Dampak ekologi yang luas telah diidentifikasi dan dipertimbangkan, meliputi dampak pada kawasan biodiversitas lokal dan regional serta dampak pada daerah aliran sungai. 4. Tema Keuntungan Mata Pencaharian Standar Plan Vivo dalam tema ini antara lain: a. Proyek yang melibatkan produsen/komunitas ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendefenisikan aktivitas penggunaan lahan yang berkelanjutan yang dapat melayani kebutuhan dan prioritas kelompok. b. Mekanismenya adalah dengan mengadakan training secara berkelanjutan untuk para produsen dan partisipan Jenis data atau indikator yang berhubungan dengan poin a dan b adalah: - Catatan tiap pertemuan dan daftar hadir peserta - Materi training dan catatan tim c. Proyek memiliki prosedur dalam memasuki persetujuan penjualan dengan produsen berdasarkan jumlah karbon yang dapat dijual dari Plan Vivo, yaitu :

27 - Produsen sudah mengenali kepemilikan karbonnya melalui hak guna kepemilikan lahan - Spesifikasi persetujuan dalam hal jumlah, pembeli, kondisi pembayaran, resiko penyangga, dan pengawasan peringatan, - Sebuah sistem yang layak untuk menentukan bagian dari total harga yang dialokasikan bagi produsen - Produsen mengikuti persetujuan jual beli dengan sukarela Jenis data atau indikator yang berhubungan dengan poin c adalah: - PDD yang diakui - Catatan dari persetujuan jual beli atau format catatan yang meliputi jenis kepemilikan lahan - Catatan konsultasi/training maupun rapat dengan produsen - Bukti secara verbal dari produsen d. Proyek memiliki proses yang efektif dan transparan untuk administrasi yang berkala dan catatan pembayaran produsen dimana : - Pembayaran diberikan secara penuh ketika pengawasan telah berhasil dilakukan dan dapat melampaui target dalam persetujuan jual beli - Pembayaran dicatat dalam database proyek untuk meyakinkan bahwa setiap transaksi dapat dideteksi Jenis data atau indikator yang berhubungan dengan poin c adalah: - Database dengan bukti-bukti data manajemen dan back up system - Staf mampu menjelaskan seluruh proses untuk persetujuan jual beli dan pembayaran produsen - Bukti-bukti pembayaran lainnya (seperti laporan audit keuangan, bukti verbal dari produsen Data sekunder diambil dari hasil studi literatur yang ada. Data sekunder meliputi : 1. Kondisi fisik yang mencakup letak, luas, topografi, iklim, geologi dan lainlain 2. Kondisi demografi wilayah kondisi masyarakat lokal

28 3. Kondisi masyarakat yang dikumpulkan adalah kondisi mata pencaharian dan pendidikan masyarakat. 3.4. Metode Pengumpulan Data Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan Metode Analisis Isi (Content Analysis) yang bertujuan untuk mengkaji dokumen-dokumen yang dimiliki oleh pengelola hutan rakyat dan kesesuiannya dengan kriteria atau prasyarat skema perdagangan karbon dengan Plan Vivo Standard dan Sistem Sertifikasi PHBML-LEI. Analisis isi juga dilakukan terhadap berbagai sumber informasi termasuk bahan cetak (buku, artikel, majalah, dan sebagainya) yang releven dengan eligibilitas Hutan Rakyat dalam skema perdagangan karbon. Pengumpulan data akan dilakukan melalui penelusuran dokumen dan sumber informasi cetak lainnya serta wawancara mendalam sebagai bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan responden, juga digunakan untuk mendapatkan data primer. Adapun pemilihan responden adalah sebagai berikut: Ketua Kelompok Tani Hutan Rakyat Wawancara dilakukan kepada Ketua Kelompok Tani Hutan Rakyat di Desa Tamansari untuk mengetahui sistem pengelolaan hutan rakyat. Pemerintah Daerah Responden dari kalangan Pemerintah Daerah adalah Kepala Badan Penyuluh Pertanian, Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia) Lembaga yang mengembangkan sistem dan skema sertifikasi hutan di Indonesia 3.5. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan mengakaji semua dokumen dan data yang ada, lalu mengutip dokumen dan data yang paling sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan (include-exclude data). Setelah itu, dokumen dan data yang ada dikategorikan sesuai dengan kriteria sertifikasi dan skema yang ada. Berikutnya mulai mengidentifikasi kecocokan hasil kategorisasi data dengan kriteria atau standar PHBML-LEI dan Plan Vivo Standard. Setelah teridentifikasi,

29 dilakukan analisis, menginterpretasikan dan melakukan triangulasi terus menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data sampai tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasi kepada responden. Analisis data, interpretasi dan triangulasi dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan terakhir atas analisis yang dilakukan.