PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Industri Perbankan di Indonesia sangat penting peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. sistem keuangan yang berfungsi sebagai Financial Intermediary, yaitu suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sistem keuangan yang berfungsi sebagai Financial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah suatu proses yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersentuhan dengan keberadaan lembaga keuangan. Pengertian lembaga. lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian daerah. Dinas Koperasi dan UKM DIY mencatat hingga

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Strategi pemasaran merupakan salah satu awal dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan program pembangunanyang pada akhirnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa kebijakan atau program penanggulangan kemiskinan. itu sendiri sebagai manusia yang memiliki hak-hak dasar.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salahsatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

Produksi Kopi (kg / ha)

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian nasional.

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa. Menurut data RENSTRA KEMENTAN (2015) dalam lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Krisis pangan telah benar-benar terjadi diberbagai belahan dunia. Hal ini

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena usaha berskala kecil dinilai mampu bertahan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB 4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya, krisis ekonomi pernah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara, yakni sebagai lembaga. perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mengingat pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sejak lama telah dikenal sebagai negara agraris. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Indonesia juga sejak lama dikenal sebagai penghasil beragam produk pertanian yang sangat dibutuhkan dan laku di pasar dunia, utamanya yang termasuk kelompok produk-produk perkebunan, rempah-rempah, kayu, dan perikanan. Di samping itu, sumbangan sektor pertanian terhadap serapan tenaga kerja, pendapatan nasional dan devisa juga masih sangat tinggi. Lebih dari itu, pautan kegiatan pertanian terhadap pertumbuhan sektor lain (industri, konstruksi, transportasi, keuangan, dan jasa-jasa lain) sangat tinggi (Mardikanto, 2007). Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 melaporkan bahwa pada tahun 2012 ada sekitar 114,02 juta penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas yang menyatakan bekerja selama seminggu yang lalu. Kurang lebih 39,95 juta dari total penduduk yang bekerja tersebut (35%) menyatakan bahwa mereka bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan. Sekitar 24,8 juta orang (22%) bekerja di sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi. Dan 14,8 juta orang (13%) bekerja di sektor industri. Data ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Dari penjelasan tersebut dapat menjadi bukti bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pembangunan perekonomian nasional. Walaupun sektor pertanian sangat penting dalam pembangunan nasional, namun sektor ini sering dihadapkan pada banyak masalah terutama masalah permodalan. Modal di sektor pertanian merupakan unsur esensial (harus ada) dalam upaya peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat petani. Apabila ketersediaan modal ini terbatas, maka akan dapat membatasi ruang gerak 1

2 sektor ini. Sebagai contoh, perkembangan di sektor pertanian mulai dari ragam pilihan jenis komoditas, pola tanam, teknologi budidaya, penanganan pasca panen, dan pengelolaan hasil membuat kebutuhan akan modal yang diperlukan juga akan mengalami peningkatan. Penerapan teknologi pertanian menuntut para petani untuk mengerahkan modal yang intensif baik alat-alat pertanian hingga sarana produksi, mengakibatkan sebagian besar petani tidak sanggup mendanai usahatani yang padat modal dengan dana sendiri. Sumber dana yang berasal dari rumah tangga petani sering dipandang tidak cukup untuk membiayai peningkatan usahataninya. Karena pada umumnya rumah tangga petani di Indonesia adalah petani kecil dan bermodal lemah. Penyuluhan kredit pertanian telah lama mendapat perhatian dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan petani. Namun ketersediaan maupun akses petani kepada sumber modal tersebut masih merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam upaya memacu pengembangan usaha. Ketidakmampuan petani untuk mengakses modal dari lembaga keuangan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : 1) keterbatasan keberadaan lembaga keuangan, 2) prosedur dan persyaratan yang diperlukan oleh lembaga keuangan sukar dipenuhi oleh petani, dan 3) petani tidak mampu mengakses kredit karena peraturan atau pola pelayanan tersebut lebih cocok untuk usaha perdagangan (Ministry of Agriculture, 2006). Pembiayaan di sektor pertanian dapat dilaksanakan dengan dua alternatif pembiayaan, yaitu pembiayaan syariah dan pembiayaan konvensional. Pada pembiayaan syariah setiap kegiatan yang dijalankan berlandaskan prinsip syariah Islam. Pembiayaan syariah menggunakan prinsip bagi hasil dimana pengembalian pinjaman berdasarkan kesepakatan antara lembaga keuangan tersebut dengan pihak peminjam. Misalnya kerjasama pemilik modal dengan pengusaha (Mudhorabah), yang disepakati adalah jika untung, maka dilakukan pembagian keuntungan dengan proporsi yang ditetapkan atau disepakati. Dan bentuk-bentuk transaksi lain yang disediakan oleh lembaga keuangan syariah tersebut. Sedangkan pada pembiayaan konvensional menerapkan sistem pinjam-meminjam dengan menggunakan sistem bunga yang merupakan

3 tambahan atas pinjaman. Baik dalam keadaan untung maupun rugi, peminjam tetap harus membayar bunga sesuai dengan yang ditetapkan oleh lembaga keuangan tersebut. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan Lembaga Keuangan Konvensional dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagianya (Antonio, 2001). Oleh sebab itu baik sistem pembiayaan syariah dan sistem pembiayaan konvensional dapat secara bersama-sama bersinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional khususnya sektor pertanian. Hal mendasar yang membedakan antara Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan Lembaga Keuangan Konvensional adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Sehingga terdapat istilah bunga dan bagi hasil. Selain itu perbedaan antara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) beroperasi menggunakan prinsip bagi hasil untuk menghindari riba sedangkan pada Lembaga Keuangan Konvensional menggunakan bunga dalam operasi dan berprinsip meraih untung yang sebesar-besarnya. Dewasa ini, perkembangan jumlah Lembaga Keuangan, baik Syariah maupun Konvensional sama-sama semakin meningkat. Namun ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan jumlah Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan Lembaga Keuangan Konvensional. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada kinerja keuangan Bank Syariah dengan Bank Konvensional yang ditunjukkan dalam tabel berikut :

4 Tabel 1. Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Kinerja Keuangan Bank Konvensional Tahun 2009-2013 dalam Bentuk Rasio (%) Rasio (%) Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 Aset (ROA) 1.48 1.59 1.59 1.94 1.43 2.60 2.86 3.03 3.11 3.08 Pendanaan (CAR) Pembiayaan (BOPO) 10.77 16.76 16.63 14.14 12.23 17.42 17.18 16.05 17.43 18.13 84.39 82.38 81.65 76.35 83.98 86.63 86.14 85.42 74.10 74.08 FDR 89.70 87.60 91.41 120.65 121.46 72.88 75.21 78.77 83.58 89.70 NPL 4.01 3.02 2.52 2.26 2.96 3.31 2.56 2.17 2.33 2.12 Sumber : www.bi.go.id Dari analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa Bank Umum Syariah dalam Liquiditasnya atau FDR-nya lebih unggul dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional dan lebih memenuhi standar BI. Pada dasarnya Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional memiliki persamaan terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan dan lain sebagainya. Akan tetapi terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya yaitu dalam Bank Syariah akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Kemudian yang menjadikan Bank Syariah memiliki kompetitif unggul dibandingkan dengan Bank Konvensional apalagi dari segi Liquiditas yaitu pada Bank Syariah melarang penerapan riba dan melarang transaksi yang didasarkan pada motif spekulasi, serta Bank Syariah diidentikkan sebagai lembaga pembiayaan yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor riil. Lembaga keuangan merupakan salah satu struktur kelembagaan yang cukup penting dalam upaya pemberdayaan petani dan pemasaran komoditas yang dihasilkan di wilayahnya, sekaligus menjadi kelembagaan pertanian yang dapat memberikan jaminan kepastian harga produk pertanian, sehingga harga yang diterima dapat menguntungkan petani. Termasuk bagi para petani di Kabupaten Sukoharjo, yang memiliki potensi di bidang pertanian khusunya komoditas padi. Hampir sebagian besar lahan pertanian di Kabupaten Sukoharjo banyak ditanami padi, sehingga daerah ini menjadi salah satu

5 produsen padi terbesar di Jawa tengah. Dan salah satu kecamatan yang memproduksi padi terbesar di Kabupaten Sukoharjo adalah Kecamatan Sukoharjo. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2012, produksi padi di Kecamatan Sukoharjo sebesar 42.483 Ton, Kecamatan Nguter 42.461 Ton, Kecamatan Mojolaban 36.538 Ton, Kecamatan Polokarto 37.999 Ton, Kecamatan Tawangsari 32.227 Ton, Kecamatan Weru 29.180 Ton, Kecamatan Bendosari 22.649 Ton, Kecamatan Gatak 22.405 Ton, Kecamatan Baki 18.654 Ton, Kecamatan Bulu 18.201 Ton, Kecamatan Grogol 14.638 Ton, Kecamatan Kartasura 8.573 Ton. Keberadaan jumlah lembaga keuangan di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo sendiri banyak. Menurut Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Sukoharjo (2014), ada kurang lebih 137 koperasi di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo dengan rincian sebagai berikut : 15 Koperasi Kelompok Tani (KKT), 27 Koperasi Pegawai Republik Indoensia (KPRI), 27 Koperasi Serba Usaha (KSU), 8 Baitul Maal wat Tamwil (BMT), 25 Koperasi Simpan Pinjam (KSP), 15 Koperasi Karyawan (Kopkar), 2 Koperasi Wanita (Kop. Wan), 18 Koperasi lain-lain. Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis komparatif Penggunaan Jasa Lembaga Keuangan Syariah terhadap Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. B. Perumusan Masalah Persoalan modal bagi petani merupakan suatu permasalahan umum yang klasik namun tidak pernah selesai, terutama terjadi pada usaha pertanian yang dilaksanakan dengan skala kecil. Hal ini mengakibatkan adanya faktor pembatas untuk melakukan optimasi pertanian yang dilakukan petani. Modal yang sebagian besar digunakan di dalam usaha pertanian masih mengandalkan modal sendiri baik berasal dari asset petani dan atau pendapatan petani. Padahal, kadangkala pendapatan dan asset petani harus digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan keluarganya. Mulai dari konsumsi pangan, pakaian, sekolah anak, kesehatan, dan biaya sosial. Tidak heran jika urusan

6 modal petani dikaitkan dengan tengkulak atau rentenir dengan tingkat bunga yang tinggi karena pendapatan dan asset yang dimiliki petani relatif berjumlah sedikit. Keberadaan Lembaga Keuangan sangat penting untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat termasuk juga sektor pertanian. Pada perkembangannya di Indonesia sekarang, ada beberapa pihak yang menyambungkan permasalahan ekonomi saat ini dengan prinsip syariah. Baik Lembaga Keuangan yang berprinsip syariah dan Lembaga Keuangan yang berprinsip konvensional, masing-masing memiliki keunggulan. Namun sektor pertanian memiliki karakteristik yang berbeda dari sektor yang lainnya. Sektor pertanian memiliki karakter yaitu : produk musiman, produk mudah rusak, produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada saat itu, dll. Pada dasarnya produk-produk pertanian tidak bisa memberikan kepastian. Maka perlu suatu jasa dari Lembaga Keuangan yang cocok/sesuai dengan karakteristik produk pertanian. Sehingga pada akhirnya akan saling menguntungkan antara pihak petani dengan pihak Lembaga Keuangan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Usahatani padi manakah yang memberikan pendapatan yang lebih tinggi? 2. Usahatani padi manakah yang memberikan efisiensi yang lebih tinggi? 3. Usahatani padi manakah yang memberikan kemanfaatan yang lebih tinggi? C. Tujuan Penelitian Dari permasalahan diatas maka tujuan penelitian akan menjawab berbagai persoalan tersebut, yaitu : 1. Mengkaji dan membandingkan pendapatan usahatani padi yang menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan usahatani padi yang menggunakan jasa Lembaga Keuangan Konvensional di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. 2. Mengkaji dan membandingkan efisiensi dari usahatani padi yang menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan usahatani

7 padi yang menggunakan jasa Lembaga Keuangan Konvensional di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. 3. Mengkaji kemanfaatan dari usahatani padi yang menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dibanding dengan usahatani padi petani yang menggunakan jasa Lembaga Keuangan Konvensional di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan sebagian dari persyaratan untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. 2. Bagi pemerintah dan pihak-pihak pengambil keputusan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan terkait dengan peningkatan pendapatan petani. 3. Bagi pihak lembaga keuangan di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pelaksanaan pembiayaan di sektor pertanian. 4. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian yang sejenis maupun penelitian selanjutnya.