BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DATA DAN ANALISA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Langkah Langkah Perancangan. Langkah langkah yang akan dilakasanakan dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tata Langkah Penelitian. Tata langkah yang akan dilakasanakan dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini : Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Permasalahan utama yang dihadapi dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan (function hall / banquet hall). Ruang pertemuan yang luas dan tidak

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR RUKO 2 ½ LANTAI JL. H. SANUSI PALEMBANG

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan. Skematik struktur

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB III METODELOGI PENELITIAN

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Denah Lantai Dua Existing Arsitektur II-3. Tegangan dan Gaya pada Balok dengan Tulangan Tarik

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

T I N J A U A N P U S T A K A

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jl. Banyumas Wonosobo

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Dasar-dasar Perancangan

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI BENTUK PENAMPANG KOLOM TERHADAP PERILAKU ELEMEN STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFISIENSI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL TAHAN GEMPA WILAYAH 4 DENGAN EFISIENSI BALOK

BAB I. penting. efek yang. tekan beton. lebih besar. Diilustrasikan I-1.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

LEMBAR PENILAIAN DOKUMEN TEKNIS ke 05

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir

PERHITUNGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG ASRAMA KEBIDANAN LEBO WONOAYU DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Fasilitas rumah atau asrama yang dikhususkan untuk tempat tinggal

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

DESAIN ULANG STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG PLAZA HOTEL ROCKY PADANG PROYEK AKHIR. Oleh : HAZMAL HERMAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas

APLIKASI KOMPUTER DALAM KONSTRUKSI

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA (0404210189)

BAB III METODE PENELITIAN Topik dari penelitian ini adalah Perbandingan antara sistem bekisting baja dan sistem bekisting cara tradisional pada pembangunan rumah tinggal sederhana. Dimana Spek teknis dari objek yang akan di kaji adalah rumah tinggal permanen sederhana satu dan dua lantai dengan ukuran tiap-tiap lantai 6 x 7,5 m 2 menggunakan beton bertulang sebagai perkuatan, dengan rangka atap terbuat dari baja ringan, dan dinding terbuat dari pasangan batu-bata. Metode yang dipakai untuk melakukan penelitian ini adalah : 1. Melakukan pengumpulan data-data yang diperlukan dalam pelaksanaan analisa penelitian yaitu dengan cara menganalisa data yang diperoleh mengenai perencanaan dan perancangan bekisting termasuk perhitungan struktur rumah tinggal, perhitungan dasar bekisting dan perhitungan analisa biaya pekerjaan bekisting dengan bantuan SAP2000 dan Microsoft Excel. 2. Melakukan suatu analisa perhitungan struktur rumah tinggal, analisa statika bekisting dan analisa biaya pekerjaan bekisting. 3. Melakukan evaluasi atau dengan cara menarik kesimpulan dari hasil perbandingan dan menentukan bekisting apa yang paling tepat digunakan dalam pelaksanaan proyek rumak tinggal. 45

III.1 DIAGRAM ALIR ANALISA Dalam analisa perbandingan yang akan dilakukan, terdapat proses-proses analisa yang harus diselesaikan secara terurut dan sistematis. Hal ini dimaksud agar parameter parameter yang diperlukan pada suatu analisa serta lingkup data yang dibutuhkan dapat terlebih dahulu disiapkan. Untuk mempermudah proses perhitungan dan analisa tersebut, maka dibuatlah suatu diagram proses (process chart) yang menggambarkan urutan kerja perhitungan, data-data yang diperlukan serta parameter-parameter yang dihasilkan.. Diagram proses (process chart) dari analisa perbandingan dapat dilihat pada Gambar Rumah Tinggal Sederhana Analisa Struktur Statika Bekisting Analisa Biaya Struktur Atap Struktur Bangunan Model dan Dimensi Bekisting Balok/ Sloof/ Ring Balok Kolom Pondasi Biaya Material Biaya Upah Tinjauan Perbandingan Struktur : - Rasio Kuat lentur (pada balok) - Rasio Kuat lentur + Normal (pada kolom) - Rasio Kuat Geser (pada kolom dan balok) - Rasio Lendutan (pada kolom dan balok) Tinjauan Perbandingan Biaya : - Biaya pekerjaan bekisting tanpa upah - Biaya pekerjaan bekisting (material + upah) Penentuan Metode yang Lebih Effektif Gambar 3.1 : Diagram Proses Perbandingan Rumah Tinggal dengan Bekisting Baja dan Rumah Tinggal dengan Bekisting cara tradisional 46

III.1.1 Analisa Struktur Struktur rumah tinggal yang akan ditinjau adalah struktur rumah tinggal dengan bekisting baja dan struktur rumah tinggal dengan bekisting cara tradisional bangunan 1 lantai dan bangunan 2 lantai. Perbedaan dari kedua tipe rumah tinggal tersebut berada pada dimensi penampang masing-masing elemennya. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan analisa perhitungan struktur atap, untuk mendapatkan nilai distribusi beban atap pada bangunan. Perhitungan struktur atap rumah tinggal dipisahkan dari perhitungan struktur bangunannya untuk lebih mempermudah permodelan struktur. Beban yang ditinjau adalah beban mati, beban hidup dan beban angin. Kemudian sesuai dengan spek teknis bangunan, dilakukan analisa perhitungan bangunan baik bangunan 1 lantai maupun bangunan 2 lantai. Beban beban yang bekerja pada bangunan antara lain : 1. Beban mati: Beban mati atap, beban plafond dan penggantungnya, beban dinding pasangan batu bata dan beban plat lantai (plat beton, penutup lantai juga plafond besarta penggantungnya). 2. Beban hidup: Beban hidup atap dan beban hidup untuk bangunan rumah tinggal. 3. Beban angin: Beban angin atap dan beban angin pada bangunan baik beban angin kiri maupun beban angin kanan. 4. Beban gempa: Beban gempa statik ekuivalen. Dalam penelitian ini beban gempa didistribusikan menjadi beban gempa statik ekuivalen. Untuk mengetahui letak distribusi beban gempa tersebut, perlu dilakukan penentuan kondisi diafragma. Dengan mendistribusikan beban 47

gempa pada tiap ujung kolom bangunan sesuai dengan perbandingan gaya axial (akibat gaya grafitasi beban mati termasuk berat sendiri) yang terjadi, didapatkan nilai lendutan pada tengah bentang dan lendutan/ simpangan pada kolom tepi bangunan. Pada lantai dimana lendutan maksimum pada bentang tengah lebih besar dari rata-rata lendutan pada kedua tepi bangunan, maka diagfrahma yang ada pada struktur dikategorikan diagfragma fleksibel ( δ 2δ ) M >, dimana beban gempa didistribusikan pada ujung tiap-tiap ujung kolom. Sedangkan pada lantai dimana lendutan maksimum pada bentang tengah lebih kecil dari ratarata lendutan pada kedua tepi bangunan, maka dikategorikan diagfragma rigid/kaku ( δ 2δ ) M A,dimana beban gempa didistribusikan pada titik tangkap bekerjanya beban gempa rencana. Hal ini diilustrasikan pada gambar 3.2. A δ M δ A Dinding diafragma δ M > 2 δ Fleksibel A Beban gempa Gambar 3.2 : Kriteria diafragma fleksibel 18 Setelah diketahui rigid atau tidaknya difragma struktur, kemudian dilakukan distribusi beban gempa pada bangunan. Bila diafragma fleksibel maka beban gempa didistribusikan kesetiap ujung kolom sesuai dengan persentase gaya aksial yang terjadi. Bila diafragma rigid maka beban gempa 18 Williams, A., Seismic Design of Building and Bridges, Engineering Press, Inc, 1995. 48

didistribusikan pada titik tangkap pusat massa setelah memperhitungkan gaya tambahan akibat torsi. Seteleh mendistribusikan beban gempa pada bangunan, kemudian dilakukan perhitungan struktur dengan kombinasi beban sesuai peraturan yang berlaku. Pada perhitungan kondisi daya layan, digunakan kombinasi beban tidak berfaktor. Sedangkan pada perhitungan kondisi ultimate digunakan kombinasi beban berfaktor. Kombinasi beban yang digunakan: 1 Lantai 2 Lantai Daya Layan DL DL + LL Ultimate 0,9DL ± Ex ± 0,3Ey 0,9DL ± 0,3Ex ± Ey 1,2DL ± 0,5LL ± Ex ± 0,3Ey 1,2DL ± 0,5LL ± 0,3Ex ± Ey Tabel 3.1 : Kombinasi beban struktur Dari hasil perhitungan analisa, didapat nilai reaksi perletakkan yang dapat dijadikan beban pada perhitungan pondasi dan gaya-gaya dalam serta lendutan yang terjadi. Kemudian dari hasil desain struktur dapat kita tentukan jumlah dan dimensi tulangan. Dengan menggunakan data-data dimensi elemen dan hasil desain dapat dihitung gaya-gaya nominal dari tiap-tiap elemen. Kemudian didapat ratio perbandingan nilai ultimate dan nilai nominal elemen, berupa ratio kuat lentur dan normal (pada kolom), ratio kuat lentur (pada balok), ratio kuat geser (pada kolom dan balok). Dari perhitungan struktur juga didapat nilai rasio lendutan terhadap lendutan izin. Pada kolom tidak boleh melebihi 0,03 kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau diambil 30 R 49

mm 19, bergantung yang mana yang nilainya lebih kecil. Pada balok lendutan L izin tidak boleh melebihi 20. 240 Kolom Balok Rasio Kuat Lentur Rasio Kuat Lentur + Normal Pu Mu Mu + + 1 ΦPn ΦMn ΦMn - X Y X Y Rasio Kuat Geser VuX ΦVn 1 Vu X Y ΦVn 1 Y Rasio Lendutan Lateral δ X 1 δ X δy 1 δ VuX Pu 1 ΦPn - 1 ΦVn - X Tabel 3.2 : Tinjauan perbandingan struktur Y Rasio Lendutan Vertikal - δ 1 δ Perbandingan struktur dilakukan terhadap keempat type rumah dengan mengambil 2 contoh pada elemen balok, sloof, ring balok dan kolom. Pada elemen balok, sloof dan ring balok III.1.2 Statika Bekisting Setelah kita mengetahui dimensi struktur dari bangunan rumah tinggal yang akan kita kaji, maka kita dapat menentukan komposisi material dan alat bekisting. Data-data input yang diperlukan dalam melakukan perencanaan ini adalah : a) Dimensi struktur Dimensi atau ukuran dari struktur yang akan direncanakan bekistingnya sangat menentukan komposisi material dan alat yang akan digunakan dengan pertimbangan kekuatan daripada material dan alat tersebut dalam menahan beban struktur yang akan ditanggungnya. 19 Panitia Teknik Standardisasi. (2002). SNI 03 1726 2002 : Peraturan Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, Bandung 20 Panitia Teknik Standardisasi. (2002). SNI 03 2847 2002 : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Bandung 50

b) Jenis material dan alat bantu Langkah selanjutnya yang perlu dipikirkan adalah mengenai jenis-jenis material yang akan dipakai pada metode cara tradisional maupun metode baja. Oleh karena itu dirancanglah rencana material dan alat bantu yang akan digunakan dari tiap jenis struktur yang akan dianalisa. Dalam penentuan rencana material dan alat bantu bekisting tentunya memperhatikan ukuran dan dimensi struktur yang ada. Terutama dalam penggunaan alat bantu yang memiliki ukuran dan kegunaan sesuai dengan spesifikasinya masing-masing. Hakikat dari analisa perhitungan yang dilakukan dalam perencanaan komposisi material dan alat ini adalah untuk mengecek kekuatan dan stabilitas material dan alat terhadap beban struktur yang akan ditanggungnya. Ada 3 parameter yang ditinjau atau dicek dalam penentuan kuat atau tidaknya material dan alat dalam menanggung beban atau gaya yang ada yaitu : a. Pengecekan terhadap tegangan lentur Tegangan lentur yang terjadi harus lebih kecil dari pada tegangan ijin material atau alat.yang digunakan. b. Pengecekan terhadap lenturan yang terjadi Lenturan yang terjadi akibat beban harus lebih kecil daripada lenturan ijin. c. Pengecekan terhadap tegangan geser pada komponen bekisting yang mengalami gaya geser. d. Tegangan geser yang terjadi harus lebih kecil daripada tegangan geser ijin material atau alat yang digunakan. 51

Hasil output dari perhitungan ini adalah jenis dan dimensi (ukuran) material dan alat serta jarak-jarak pemasangan yang sudah memenuhi persyaratan 3 parameter di atas. Dari hasil output perencanaan komposisi material dan alat bekisting dapat dirancang gambar kerja yang menggambarkan secara detail mengenai sistem bekisting yang direncanakan baik dengan metode cara tradisional dan juga metode baja. Software yang digunakan dalam penggambaran sistem bekisting ini adalah AUTOCAD 2004 yang merupakan produk keluaran AUTODESK Corporation yang sudah sangat umum dipakai dalam desain dan grafis di bidang teknik sipil dan arsitektur. Selain mempermudah dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, gambar desain bekisting ini nantinya akan digunakan dalam perhitungan volume mateial dan alat yang diperlukan dalam pekerjaan bekisting tersebut. III.1.3 Analisa Biaya Berdasarkan pada gambar kerja yang telah dibuat sebelumnya, dapat kita cari kebutuhan material dan alat yang kita butuhkan. Dalam analisa perhitungan ini, perhitungan material dilakukan secara teoritis yaitu dengan menghitung secara tepat kebutuhan material yang diperlukan tanpa memperhatikan sisa buangan material tersebut. Pembatasan ini diperlukan karena pada kenyataannya material tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk penggunaan selanjutnya atau digunakan pada jenis bekisting yang lainnya. 52

Pekerjaan bekisting yang akan ditinjau adalah : 1. Bekisting cara tradisional, dimana pekerjaan pasangan batu bata dilakukan sebelum pekerjaan struktur 2. Bekisting baja, dimana pekerjaan struktur dilakukan sebelum pekerjaan pasangan batu bata. 3. Bekisting kayu, dimana permodelan bekisting dan metode pekerjaan menyerupai bekisting baja, yaitu pekerjaan struktur dilakukan sebelum pekerjaan pasangan batu bata. Analisa biaya yang akan ditinjau pada penelitian ini meliputi biaya material dan biaya upah pekerjaan bekisting. Jenis dan volume material serta alat bantu yang digunakan diperoleh dari perhitungan statika bekisting. Untuk upah pekerja menggunakan koefisien berdasarkan SNI 03-02. Setelah kita mengetahui jumlah material dan alat yang akan digunakan, maka kita perlu menentukan analisa harga material dan alat tersebut. Selain itu kita juga perlu menetapkan upah harian pekerja yang akan kita libatkan dalam pembangunan ini. Dalam melakukan perbandingan analisa biaya perlu diperhatikan parameter pendukung berupa variable n kali pakai. N kali pakai ini ditentukan dari jumlah siklus pemakaian bekisting dari setiap jenis struktur yang ada. Sebagai contoh, apabila modul bekisting balok memiliki siklus sebanyak 4 kali pindah maka nilai n kali pakai adalah 4. Namun perlu diperhatikan pula batas maksimal pemakaian material karena apabila penggunaan material telah melebihi batas tersebut, maka material sudah rusak atau tidak layak pakai lagi. 53

Setelah memperoleh semua data input yang diperlukan, maka dapat dilakukan analisa biaya pekerjaan bekisting. Input-input data yang diperlukan dalam analisa biaya pekerjaan bekisting adalah sebagai berikut : a. Biaya material dan alat b. Biaya upah pekerja c. Nilai n kali pakai Setelah melakukan analisa terhadap harga satuan pekerjaan, maka diperoleh rekapitulasi dari nilai-nilai harga satuan dan biaya pekerjaan tersebut. Nilai-nilai tersebut kemudian dibandingkan dalam bentuk grafik dan tabel sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dari gambar dan tabel tersebut mengenai hasil analisa yang telah dilakukan. Dari sini juga dapat diambil kesimpulan mengenai metode yang paling efisien dilihat dari struktur rumah tinggal dan biaya pekerjaan 54