[CERITA DARI FASCHEL-SECANGKIR RINDU] August 27, Secangkir Rindu

dokumen-dokumen yang mirip
Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.


PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

dia tak pernah melepas cadar yang menutupi wajah cantiknya.

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

2. Gadis yang Dijodohkan

dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Kisahhorror. Fiksi Horror #1: A Midnight Story. Penerbit Dark Tales Inc.

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

Kisah Dari Negeri Anggrek

Sang Pangeran. Kinanti 1

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Musim Semi Buku harian untuknya Satu Hari bolong

Suara alunan piano terdengar begitu lembut

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

SATU. Plak Srek.. Srek

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

Ah sial aku selingkuh!

My Love Just For You vol1

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di

P A D A M U E M B U N

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

Sepasang Sayap Malaikat

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Sore yang indah bergerak memasuki malam. Langit yang bertabur warna keemasan mulai menghitam dengan taburan bintang-bintang. Aku masih duduk di kursi

Peter Swanborn, The Netherlands, Lima Portret Five Portraits

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

SHAINA BARENO. 9 Butterflies. (9 Kupu-kupu) Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

No Oedipus Complex Keterangan Dialog dalam novel Halaman Ya Tidak. Kemudian ayah itu, selalu tidak sabar, akan lompat dari kedua orang tua yang tidak

Kaki Langit. Bulan dan Matahari

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

semoga hujan turun tepat waktu

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang?

A. Rita. Penerbit. Karya Cinta

Jadi aku harus minta izin Ayah supaya bisa masuk ke sana? tanya Putri Ahanni pada gurunya.

SUNFLOWERS. Saya lebih suka menghadap ke matahari.

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

TERPERANGKAP. merakitkata.blogspot.com

UJIAN TENGAH SEMESTER PERANCANGAN FILM KARTUN

Oleh: Yasser A. Amiruddin

Mengapa hidupku jadi seperti ini Tuhan? Aku takkan bisa menikmati kebebasanku seperti dulu lagi.

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

Pengendalian Emosi. Rerata Empirik (RE) : 124,95. Rerata Hipotetik (RH) : 107,5. Tergolong Tinggi

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Kanuna Facebook on September 07, 2011 Prolog

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

MEMBINGKAI ASA. Tarie Kertodikromo

AKU AKAN MATI HARI INI

I PERNYATAAN. Menjebak Hati

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

Yang Mencinta dalam Diam

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Ketika cinta datang dalam sebuah perjanjian yang mengikat. Karena takdir adalah misteri... Sekuat apapun hati ini mengelak, dia tetap hadir mengisi

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

oooooooo "Park Shinhye!!!!!"

Tapi, tapi, tapi ternyata, ia ada di mana-mana, dan sepertinya, semuanya sama saja, sama berbelit-belitnya, sama membingungkannya, sama

Primer Amor. One could fall in love many times during the course of lifetime, but the first rush of love always holds a special place in our hearts

Semahkota mawar yang mulai layu itu memberitahuku bagaimana pertama kali aku menyebut

Musim Semi Merah. Dyaz Afryanto

Dongeng Jepang Cerita berasal dari Kojiki (Legenda Jepang)

Heart 119. Dan aku harap, kita tidak akan pernah bertemu. lagi.

SHIN HAIDO THE FINNEGANS SHADOWS #1. Penerbit FD Company IVAN DE FINNEGAN

Pasang Surut Ombak Segare Sopianus Sauri XII IPA

Angin senja terasa kencang berembus di antara

CATATAN KECIL MASA SEKOLAH. dan cerita-cerita lainnya

Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

Tidak, sayang. Nanti kau sakit, tegas Maya sambil mengusap rambut Amanda yang panjang terurai.

REVIEW. Mulut heart-shaped-nya menjadi lebih pucat dari sebelumnya. Ia meringis ketika rasa sakit menghantam perut bawahnya: kram.

László Hankó: Kebahagiaan Marina

Tentang Mencintaimu. Lelah kita terjerat pada noktah di malam buta. Di mana aku hanya menemukan siluet aromamu

MUARA HATI. Sedikit rasa curiga yang sempat terlihat dari matanya, kini hilang tak bersisa. Terlebih saat

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO

Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian

Tuhan dalam Cerita. Pada paru-paru yang terhujam dangkal ke sukma. Dikala nafas mulai menepi pada gulita tanpa suara

MORIENDO. Terlihat uluran tangan yang melepaskan butiran-butiran yang begitu cemerlang bagaikan kristal ke angkasa

Aku termasuk yang mencintai senja. Mungkin kamu juga. Karena senja, kita bertemu. Sempat berpelukan, sebelum akhirnya kembali kesepian.

Flower 1. Enam Tahun yang Lalu

Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

Belajar Memahami Drama

Mencintai, adalah satu kata bermakna kompleks yang dapat mengubah seluruh hidup manusia. Mencintai adalah aku dan kamu. Dia dan orang lain.

Transkripsi:

Secangkir Rindu Kalena sudah tahu kalau Fandro akan mencarinya. Bukan hanya karena dulu mereka sangat dekat, tapi karena Fandro sudah berjanji untuk menemui Kalena bila dia punya kesempatan datang ke Faschel suatu saat nanti. Yang tidak Kalena tahu: Fandro akan datang dengan kondisi seperti apa. Kalena tidak akan kaget bila Fandro datang dengan seorang perempuan cantik, atau bahkan anak-anak karena Kalena sudah tahu Fandro sangat dikagumi. Tidak sulit menyukai orang yang punya perawakan seperti Fandro, wajah yang ramah namun tegas, mata yang tajam. Tidak sulit jatuh cinta pada pemanah yang sangat berbakat seperti Fandro. Tidak sulit... Tidak sulit untuk jatuh cinta pada tabib yang sangat berbakat sepertimu, kata Fandro ketika itu. Kalena sudah tahu kalau Fandro akan mengatakan itu. Ketika itu mereka masih sangat muda. Aku sudah tahu kalau aku tidak akan bertepuk sebelah tangan, jawab Kalena ringan. Kalena ingat saat itu Fandro pun tertawa dan berkata, Aku juga sudah tahu kalau aku tidak akan bertepuk sebelah tangan. Kalena meletakkan surat yang dikirim Fandro melalui seorang pengawalnya di atas meja. Dia juga meletakkan beberapa batang kasitora yang lembut di sampingnya. Kalena memandang ke luar dari jendela rumahnya. Faschel tidak seperti dulu lagi ketika mereka berdua masih remaja dan menganggap bahwa dunia adalah tempat yang selalu damai. Kalena bisa melihat benteng Zhephero Zheph yang setengah hancur karena serangan pasukan Galagath. Dia bisa merasakan kematian dimana-mana. Sepanjang hari ini, Kelena berjalan ke desa di lembah Mistary dan mengobati begitu banyak peri yang terluka di sana. Banyak yang bisa diselamatkan, banyak pula yang mati. Kalena tidak menyukai sensasi dingin di tengkuknya ketika para Maven datang dan berdiri di hadapan atau di sebelahnya untuk mengambil batu nyawa. Dia tahu bahwa melihat kematian itu tidak akan memberikan apapun selain kesedihan. Apalagi melihat sebentuk nyawa yang sedikit demi sedikit memadat dan membatu menjadi Batu Nyawa. Kalena seperti melihat sebuah jiwa yang dibekukan. Dipaksa untuk diam. Dipaksa untuk jadi tidak ada. Sore ini... Page 1 of 7

Begitulah menurut surat itu. Sore ini Fandro akan datang dan menemuinya. Kalena tidak tahu apa yang masih tersisa. Dia merasakan jantungnya melompat-lompat senang. Tapi dia juga merasa ada sisi hatinya yang luka. Apakah dia rindu? Fandro tidak pernah melakukan apapun yang membuat Kalena marah, apalagi sedih. Dia sangat berhati-hati, termasuk pada perasaan Kalena. Fandro selalu berusaha membuat Kalena bahagia. Dan itu menjadi pertanyaan untuk Kalena sekarang; apa itu bahagia? Kalena berjalan ke ruang tengah yang merangkap sebagai ruang kerjanya. Derit lantai kayu yang sudah lapuk terdengar tiap kali Kalena melangkah. Dia berdiri di depan sebuah rak yang dipenuhi susunan botol-botol yang diisi potongan tanaman: daun, bunga, batang, atau akar. Kalena melihat dengan seksama tiap-tiap botol kaca itu. Dia melabeli tiap botol dengan nama dan tanggal bagian tanaman itu mulai disimpan. Kalena tidak pernah lupa untuk meniupkan udara dari paru-parunya ke dalam botol agar apapun yang disimpan di dalamnya tidak menjadi layu sampai beberapa lama. Biasanya hanya bisa sampai hitungan tahun. Kalena melihat-lihat sampai ke bagian terbawah dari rak itu. Dia menemukan botol kaca yang dia cari. Botol itu sudah sangat berdebu. Kalena meniup permukaan botol itu berkali-kali. Dia membawa botol itu ke meja kerjanya. Kalena duduk dan memandangi isi botol itu; sebuah bunga berwarna merah transparan. Bunga shaelayas. Ini bunga pemberian Fandro ketika mereka pergi ke Desa Ulutharine di dekat sungai. Bunga ini banyak tumbuh di tepian sungai di sana. Sebenarnya ini bunga yang cukup langka. Tapi Fandro yang ketika itu tidak sengaja menemukan ini. Dia terpukau pada kelopak bunganya yang sangat indah, memetiknya dan memberikan beberapa batang untuk Kalena. Kalena menerimanya dan membawanya pulang. Bunga berwarna merah yang transparan dan berkilauan di bawah sinar matahari adalah hadiah yang sangat romantis untuk orang yang kamu sayangi. Hanya saja, ceritanya menjadi lain ketika ayah Kalena melihat Kalena membawa bunga itu pulang. Ayahnya menjelaskan sesuatu yang tidak Kalena tahu. Kalena membuka botol itu dan mengeluarkan bunga itu di atas meja. Bunga Shaelayas ini mempunyai banyak kelopak. Kalena mengambil salah satu kelopaknya dengan hati-hati. Kalena tampak puas ketika dia bisa mencabut salah satu kelopaknya tanpa membuat bunganya kehilangan bentuk yang cantik. Kalena mendengar suara langkah kaki di halaman depan. Beberapa saat kemudian, dia juga mendengar derit lantai kayu beranda rumahnya. Fandro sudah di sana. Kalena bangkit dan sedikit merapikan tatanan rambutnya. Dia juga membersihkan debu yang menempel di gaunnya. Ketika Kalena membukakan pintu, dia melihat sosok Fandro seperti yang dulu selalu dia rindukan; tampan dan hangat. Fandro tersenyum ketika melihat Kalena yang terlihat lebih cantik dan matang. Kalena menyadari begitu banyak tahun yang sudah Page 2 of 7

dilewatinya tanpa Fandro. Dengan canggung, Fandro meraih tangan kanan Kalena dan mencium punggung tangan itu. Kalena mencoba untuk tidak tersipu. Kamu sangat cantik, ujar Fandro dengan mata yang masih terpukau. Kalena membalasnya dengan senyum. Kalena mempersilahkan Fandro masuk. Fandro tampak tidak terlalu kaget dengan kondisi rumah Kalena. Faschel sedang berperang. Dan ini perang terlama yang pernah ada. Penduduk Faschel tidak akan sempat untuk membersihkan dan mendekorasi rumah ketika nyawa mereka kapan saja bisa hilang. Kalena mempersilahkan Fandro duduk di bangku kayu yang ada di ruang tamu. Ayahmu? tanya Fandro ketika dia sudah menemukan posisi yang nyaman untuk duduk. Sudah meninggal. Kalena masih berdiri. Dia mengatakan hal itu dengan datar. Setelah begitu banyak kematian yang dia lihat, dia sudah kehilangan cara untuk mengatakan tentang kematian itu dengan perasaan. Dia sudah lupa bagaimana caranya. Aku mau buat minuman dulu, kata Kalena ramah. Apa kamu mau sari bunga thantize? Fandro mengangguk. Kalena pergi ke dapur dan mendidihkan air di atas tungku batu. Dia menyiapkan bunga thantize yang dia ambil dari rak penyimpanan makanan. Ada beberapa batang bunga thantize di sana yang masih segar. Kalena memetik kelopaknya dan memasukkannya ke dalam teko. Lalu air mendidih dimasukkan ke dalam teko itu. Kalena juga memasukkan satu kelopak bunga shaelayas ke dalamnya. Dia memejamkan mata dan mengatur nafasnya. Wajah Fandro selalu mengingatkannya pada kehidupan. Kalena menghapus tetes air yang menyelinap di sudut matanya. Dia tidak boleh menangis. Kalena muncul di ruang tamu dengan nampan perak berisi teko dan dua cangkir kosong. Dia meletakkan nampan itu di meja kecil di depan tempat duduk Fandro. Kalena mengisi kedua cangkir itu dengan minuman yang masih mengepul. Kalena lalu duduk di samping Fandro. Apa kamu pernah merindukanku? tanya Kalena kemudian. Mendapat pertanyaan seperti itu, Fandro terlihat kaget. Tapi dengan cepat dia bisa terlihat tenang kembali. Selalu. Galagath tidak sama dengan Faschel. Di sana tidak ada hutan, lembah, dan gunung yang indah. Tidak ada kamu yang membuat hal itu semakin indah. Aku merindukanmu setiap waktu. Page 3 of 7

Kalena tersenyum. Kalena yakin Fandro merindukannya bukan dari katakatanya saja, tapi mata Fandro mengatakan itu. Kamu sudah jadi tabib yang hebat, puji Fandro. Kalena tersenyum. Tidak terlalu hebat juga. Kakakku, Daphrio lebih cepat menguasai ilmunya dibanding aku. Mungkin selain darah, tabib juga perlu bakat. Kalena merindukan saat-saat ini. Ketika dia bisa bicara dan menatap Fandro langsung ke matanya. Ketika dia bisa mengatakan apa saja dan Fandro tidak akan menertawakannya. Fandro selalu percaya pada mimpi-mimpi Kalena untuk menjadi tabib hebat. Walaupun menurut ayahnya sendiri itu mungkin agak sulit. Kalena tidak sehebat Daphrio. Dia tidak terlalu berbakat. Tapi dalam keadaan seperti sekarang ini, hal itu sudah tidak menjadi ukuran lagi. Yang dibutuhkan adalah seorang tabib, berbakat atau tidak. Begitu banyak yang terluka di Faschel. Fandro mengambil cangkir minuman di meja dan meniupnya pelan-pelan. Kamu masih ingat perjalanan kita ke Ulutharine? tanya Kalena. Fandro minum sedikit dan meletakkan cangkirnya. Dia terlihat antusias menjawab pertanyaan Kalena. Ya, tentu saja. Desa itu sangat indah. Kamu memberiku bunga di sana..., Kalena mengatakan itu dengan malu-malu. Dia tahu seharusnya tidak perlu malu. Kenangan itu milik mereka. Tidak ada yang perlu dirisaukan. Ya, bunga itu sangat cantik. Aku tidak tahu namanya. Itu bunga shaelayas. Aku masih menyimpannya sampai sekarang. Kalena bangkit dan mengambir bunga shaelayas yang tergeletak di meja kerjanya di ruang tengah. Dia membawanya dan kembali duduk di sebelah Fandro. Ini. Kalena menyodorkan bunga itu. Fandro menerimanya. Sesaat jemari mereka bersentuhan. Kalena merasakan jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Dia mencoba menenangkan dirinya. Fandro melihat bunga itu dengan seksama. Masih segar. Ya, aku membuatnya tetap segar. Aku menyimpannya di botol. Fandro memasangkan bunga itu di ikatan samping rambut Kalena. Kalena tidak menolak. Dia membiarkan Fandro melakukan itu. Apa kamu akan lama ada di Faschel? tanya Kalena beberapa saat kemudian. Page 4 of 7

Tidak. Setelah semua tugas selesai, kami akan kembali ke Galagath. Fandro menarik nafas panjang. Sebenarnya, ini bukanlah hal yang aku inginkan, Lena. Aku melakukannya karena hanya itulah hal yang aku bisa lakukan. Aku hanya bisa memanah. Seandainya aku punya darah tabib sepertimu, aku akan menjadi tabib. Kamu jadi Panglima Galagath. Kamu yang memimpin penyerangan ini. Kamu bertanggung jawab atas tiap nyawa yang jadi batu di Faschel ini, ujar Kalena tertahan karena amarah. Namun sesaat kemudian kemarahan itu berubah menjadi perasaan hangat yang selalu menyelubungi hatinya ketika Fandro ada di dekatnya. Ya, aku jadi panglima. Aku datang ke Faschel dan menyerang kalian. Tapi itu semua karena perintah Raja. Aku tidak melakukannya atas kemauanku sendiri. Tapi kamu bisa memilih untuk tidak membunuh penduduk Faschel. Bagaimanapun, ibumu lahir dan besar di sini. Kamu punya darah Faschel juga. Tapi aku memilih untuk mengabdi pada Galagath. Itu bukan pilihan tanpa resiko. Inilah resikonya. Apa kamu tidak takut aku terbunuh? tanya Kalena penasaran. Dia ingin tahu itu. Dia benar-benar ingin tahu. Tidak. Fandro menjawab singkat. Kenapa? desak Kalena. Tabib tidak akan dibunuh. Kamu tahu itu... Mereka pun terdiam. Fandro memandangi Kalena yang tampak sedikit sedih sementara Kalena tidak melepaskan pandangannya dari cangkir minuman di meja. Kamu bisa memilih untuk tidak kembali ke Galagath dan hidup di sini denganku, kata Kalena pelan. Dia mencoba untuk menahan agar tidak menangis, tapi suaranya bergetar juga. Seandainya itu bisa, Fandro mengelus punggung tangan Kalena. Kalena membiarkannya. Mereka kembali terdiam. Kalena merasakan dadanya sesak oleh kesedihan dan kerinduan yang bercampur jadi satu. Fandro yang sekarang duduk di sebelahnya ini adalah Fandro yang dulu. Masih jiwa yang sama. Kalena bisa merasakan itu. Fandro mengambil kembali cangkir dari atas meja dan minum beberapa teguk. Ini enak sekali, puji Fandro. Itu secangkir rindu, jawab Kalena pelan. Dia mencoba tersenyum. Fandro membalas senyum Kalena. Mereka bertatapan beberapa saat. Page 5 of 7

Aku memasukkan satu buah kelopak bunga shaelayas ini ke dalam teko Kalena meraba bunga shaelayas di ikatan rambutnya. Ini bukan bunga biasa. Sesaat Kalena terdiam. Dia menjadi tidak yakin akan apa yang sedang dilakukannya. Kalena menguatkan hatinya. Dia berusaha melanjutkan kata-katanya, Ini bukan bunga biasa. Satu kelopak saja sudah cukup untuk menghentikan detak jantung perlahan-lahan. Ini bunga pembunuh, Fandro. Kamu memberiku bunga ini dan tidak tahu kalau bunga ini bisa membunuh Fandro meletakkan cangkirnya. Dia memegang dadanya. Napasnya mulai terasa berat. Fandro menatap Kalena lekat-lekat. Kalena memegang tangan Fandro. Dia menggunakan tangannya yang satu lagi untuk memeriksa detak jantung Fandro. Kalena tahu, sebentar lagi jantung itu akan berhenti. Aku tidak punya pilihan Fandro. Seperti kamu yang tidak punya pilihan untuk membunuh penduduk Faschel yang bahkan tidak mengerti kenapa harus terjadi perang, aku pun tidak punya pilihan untuk berusaha dengan cara apapun agar perang itu berakhir. Kali ini Kalena tidak bisa menahan air matanya. Air mata itu jatuh dan mengenai gaunnya. Fandro yang tampak semakin pucat menggerakkan tangannya dengan sisa tenaga untuk menghapus air mata Kalena yang belum sempat jatuh. Aku rasa ini cukup adil, kata Kalena berat. Ya, itu adil. Setidaknya untuk Kalena ini semua adil. Ini cukup adil, Lena, ujar Fandro pelan. Suaranya hampir tidak terdengar. Kalena mengambil cangkir yang masih penuh. Fandro melihat itu dengan mata membulat. Dia mencoba mengangkat tangannya, merebut cangkir itu dari Kalena, tapi dia tidak bisa. Tenaganya seperti sudah habis. Kalena melihat bayangan kehitaman seperti asap mulai berkumpul di sekitar dada Fandro. Tidak lama lagi bayangan itu akan memadat dan berubah jadi batu. Fandro akan mati. Dengan cepat Kalena menghabiskan isi cangkir itu. Tapi aku tidak bisa hidup setelah ini, Fandro Kalena merasakan jantungnya mulai memelan. Kepalanya terasa berat dan sakit. Tapi dia masih bisa melihat Fandro tersenyum padanya sebelum akhirnya semua menjadi samar dan gelap. mana Kalena?! * * * Kalena merasakan jantungnya masih berdetak walau pelan. Dia berusaha membuka matanya tapi tidak bisa. Dia merasakan seseorang mengangkat tubuhnya. Aku akan membuat ramuan obatnya. Kalena pasti sudah menyiapkan batang kasitora kalau dia tidak mau mati! Page 6 of 7

Bawa bajingan ini keluar. Perlihatkan pada pasukan Galagath kalau panglimanya sudah kita bunuh! Rencana ini berjalan dengan mulus! Sekarang kita bisa mengalahkan mereka! Terdengar suara riuh-rendah. Tidak terlalu jelas. Kalena merasakan seseorang menyentuh tangannya. Itu Daph. Dia bisa merasakam denyut darah Daph yang berbeda. Sekuat tenaga Kalena berusaha membuka matanya. Samar-samar terlihat Daph yang sedang menghancurkan batang kasitora yang lunak dengan jarinya dan mencampurkannya dengan darahnya sendiri yang berwarna putih kebiruan di dalam sebuah mangkok kecil di lantai. Daph ujar Kalena pelan, nyaris seperti berbisik. Daph yang menyangka Kalena pingsan dengan cepat dan sedikit kaget melihat ke arah adiknya itu. Kamu tidak apa-apa? tanya Daph. Kalena tidak menjawab. Daph tahu bahwa dia sekarat. Daph, jangan Kalena berusaha menarik tangan Daph. Daph menatap Kalena tajam. Dia berusaha untuk mengerti. Tapi tidak bisa. Dia tidak bisa mengerti sama sekali. Daph Kalena memaksakan diri untuk tersenyum. Daph mencium kening Kalena lembut. Dia mencoba membalas senyum Kalena tapi tidak bisa. Kalena menutup matanya. Dia masih bisa mendengar derit suara lantai kayu ketika Daph berjalan menjauhinya. Samar-samar dia juga masih bisa mendengar suara Daph. Kalena sudah mati. Jiwanya sudah mulai membatu. Kita terlambat menolongnya. * * * Page 7 of 7