BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Azis, 2010). Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak-anak untuk mempraktekkan keterampilan mereka, mengekspresikan apa yangmereka pikirkan dan rasakan, membuat mereka menjadi kreatif dan mempersiapkan diriuntuk berperan dan berperilaku dewasa (Azis, 2010). Bermain di rumah sakit banyak manfaatnya, antara lain dapat memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi sehingga menghilangkan ketakutan dan ketegangan, membantu anak merasa lebih aman dilingkungan asing atau baru baginya, membantu mengurangi stres akibatperpisahan dan perasaan rindu rumah, mengurangi stres akibat tindakan keperawatan yang dilakukan dan sebagai alat ekspresi ide-ide dan minat (Wong, 2009). Anak usia 4-5 tahun atau usia masa kanak-kanak awal yang termasuk dalam usia prasekolah disebut sebagai anak usia tahap mainan, karena dalam periode ini hampir semua permainan menggunakan mainan. Pada usia ini juga penyakit dan dirawat di rumah sakit seringkali menjadi krisis yang harus dihadapi anak. Anak usia ini saat mengalami sakit dan dirawat dirumah sakit merasa stres akibat perubahan dari keadaan sehat menjadi sakit dan rutinitas lingkungannya serta anak memiliki mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan stres). Anak saat dirawat juga akan merasa tidak aman dan nyaman, tidak mengerti mengapa harus dirawat terpisah dengan orang-orang terdekat, sehingga perlu aktivitas pengalihan dalam bermain, baik bermain bersama orangtua atau dengan perawat untuk mengurangi kecemasan (Wong, 2009). 1
2 Terdapat bebarapa macam jenis permainan untuk anak usia prasekolah menurut Adriana (2011) yaitu permainan fungsi (loncat-loncat, naik dan turun tangga), permainan fiksi (menjadikan kursi seperti kuda, perang-perangan, masak-masakan, robot-robotan, dokter-dokteran), permainan reseptif atau apresiatif (mendengarkan cerita atau dongeng, melihat gambar, membaca buku cerita), permainan membentuk (membuat kue dari tanah liat, membuat kapal-kapalan, puzzle), permainan prestasi (sepak bola, bola voly, bola basket). Macam-macam permainan ini dapat dilakukan oleh anak-anak usia prasekolah, namun perlu diperhatikan jika anak dalam keadaan sakit (Adriana, 2011). Menurut Hurlock (2009) perkembangan emosi anak prasekolah sangat kuat seperti ledakan amarah, ketakutan yang hebat, iri hati yang tidak masuk akal karena ingin memiliki barang orang laindan biasanya terjadi dalam lingkungan keluarga yang besar. Demikian juga rasa cemburu muncul karena kurangnya perhatian yang diterima dengan yang lainnya dan terjadi dalam keluarga yang kecil. Hurlock juga mengatakan bahwa masa usia prasekolah adalah masa emas (the golden age). Di usia ini anak mengalami perubahan baik fisik dan mental dengan berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu yang tinggi, imajinasi yang tinggi, belajar menimbang rasa, dan mengatur lingkungannya namun anak juga dapat berperilaku buruk dengan berbohong, mencuri, bermain curang, gagap, tidak mau pergi kesekolah dan takut akan monster atau hantu. Hal inilah yang membuat anak sulit berpisah dengan orangtua sehingga saat anak dirawat di rumah sakit ia akan merasa cemas akan prosedur rumah sakit yang tidak dipahaminya. Kejadian yang menimbulkan stres pada anak yang dirawat di rumah sakit yaitu cedera tubuh dan nyeri akibat tindakan pengobatan yang dilakukan, kehilangan kendali yang disebabkan oleh perubahan rutinitas dan ketergantungan yang harus dipenuhi dan kecemasan akibat perpisahan dengan orangtua (Wong, 2009). Cemas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, 2009).
3 Menurut Supartini (2010), terapi bermain merupakan terapi pada anak yang menjalani hospitalisasi. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryanti Marasaoly (2009) tentang Pengaruh terapi bermain puzzle terhadap dampak hospitalisasi pada anak usia prasekolah di ruang Anggrek 1 Rumah Sakit Popus Rumah Sakit Sukanto mendapatkan hasil penelitian yaitu ada pengaruh yang bermakna antara intervensi terapi bermain puzzle terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah di ruang Angrek 1 Rumah Sakit Popus Rumah Sakit Sukanto. Berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh Alfiyanti (2009) tentang pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan keperawatan di ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang menunjukan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan keperawatan sebelumdan sesudah dilakukan terapi bermain. Menurut penelitain Dilfera Hermiati dan Zadam Marita (2013) tentang pengaruh terapi bermain terhadap penurunan kecemasan pada anak usia 3-5 tahun yang dirawat diruang edelwis RSUD Dr. M YUNUS Bengkulu tahun 2013. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa dari 32 anak usia 3-5 tahun yang dirawat sebelum diberikan terapi bermain (15.6%) tidak mengalami kecemasan, dan yang mengalami kecemasan ringan (84.4%) setelah diberikan terapi bermain keseluruhan anak usia 3-5 tahun yang dirawat tidak mengalami kecemasan (100%). Hasil uji statistik dengan continuity correction di dapatkan nilai p = 000< α 5% sehingga secara statistik Ha diterima, artinya ada pengaruh terapi bermain terhadap penurunan kecemasan pada anak usia 3-5 tahun yang dirawat diruang edelwis RSUD Dr. M Yunus bengkulu.
4 Menurut hasil penelitian dari Rahmawati Dewi (2010) tentang pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah (3 5 tahun) di rumah sakit panti rapih Yogyakarta, hasil penelitian secara keseluruhan dapat diketahui melalui nilai terhitung -17,224, menunjukan bahwa sebelum pemberian terapi bermain lebih kecil dari setelah pemberian terapi bermain. Sedangkan pembacaan singkat berdasarkan harga signifikasi (p), dimana nilai p = 0,000, dimana nilai tersebut (p<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada beda rata-rata antara nilai sebelum pemberian terapi bermain dengan setelah pemberian terapi bermain. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 3 April 2014, peneliti melihat kondisi yang baik pada ruangan dan pelayanan perawatan yang diberikan pada anak. Di ruang Vincensius Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar terdapat 3 kamar ruang perawatan anak dengan 9 kapasitas tempat tidur dan data kunjungan pasien anak dirawat di ruang Vincensius Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar bulan April tahun 2013 sampai bulan April 2014 sekitar 570 orang pasien, diantaranya anak pra sekolah usia 4-5 tahun sebanyak 350 orang. Hasil studi pendahuluan terhadap anggota keluarga dari anak yang dirawat mengungkapkan bahwa waktu kunjungan terbatas dan jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu juga terbatas, kecemasan anak bertambah karena harus berpisah dari orang-orang terdekatnya. Selain itu, hasil wawancara dengan orangtua anak yang baru bebarapa hari dirawat di ruang rawat anak mengungkapkan bahwa dari sejak pertama kali dirawat anak sering menangis, terlihat gelisah dan takut jika didekati perawat dan jika diberikan suatu tindakan perawatan. Sedangkan pendapat orangtua tentang anaknya yang telah dirawat selama 4 hari mengungkapkan bahwa awal dirawat anak juga sering menangis jika didekati oleh perawat tetapi sekarang sudah tidak takut lagi kecuali jika dilakukan tindakan tertentu seperti dipasang infus.
5 Berdasarkan latar belakang diatas membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan pada anak prasekolah usia 4-5 tahun selama tindakan perawatan di ruang Vincensius Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: adakah pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan pada anak pra sekolah usia 4-5 tahunyang dirawat di ruang Vincensius Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar tahun 2014? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan anak usia 4-5 tahun selama perawatan diruang Vincensius Rumah sakit Harapan Pematangsiantar tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan anak pra sekolah usia 4-5 tahun sebelum diberikan terapi bermain. b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan anak pra sekolah usia 4-5 tahun sesudah diberikan terapi bermain. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perawat di Ruang Anak Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan alternatif terapi untuk menurunkan tingkat kecemasan anak pra sekolah usia 4-5 tahun selama tindakan keperawatan di ruang anak dan memberikan pengetahuan bahwa terapi bermain perlu dilaksanakan untuk mendukung proses penyembuhan.
6 2. Bagi Masyarakat dan Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang ada atau tidak adanya pengaruh terapi bermain di rumah sakit terhadap kecemasan anak, sehingga orang tua dapat meminimalkan hal-hal yang dapat mempengaruhi kecemasan anak saat sakit dan dirawat. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan bagi peneliti berikutnya, dan menambah literatur tentang terapi bermain terhadap tingkat kecemasan pada anak pra sekolah usia 4-5 tahun selama tindakan keperawatan di ruang anak.