LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NOMOR : KEP- 75 /DJ-PPK / IX /2010 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
Home page: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NOMOR : KEP.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI

KEPMEN NO. KEP.68/MEN/IV/2004

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Peringatan Hari AIDS Sedunia 2013: Cegah HIV dan AIDS. Lindungi Pekerja, Keluarga dan Bangsa

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Perilaku seksual..., Yusi Mutia A., FKMUI, 2008

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

MEMUTUSKAN: Menetapkan :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

Revisi Pedoman Pelaporan dan Pencatatan. Pemutakhiran pedoman pencatatan Monev

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

PENANGGULANGAN HIV / AIDS

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 4-A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4-A TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENUTUP. 1. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota. Semarang adalah mengkoordinasikan segala kegiatan yang

KULONPROGO BANGKIT TANGGULANGI AIDS

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP. 372 /MEN/XI/2009 T E N T A N G

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTERI NO. 06 TH 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Kata Pengantar. Jakarta, 30 Januari Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja. ttd. Arief Supono NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tabel 1. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Indonesia Yang Dilaporkan Menurut Tahun Sampai Dengan Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV & AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA

komisi penanggulangan aids nasional

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS

GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2014

Penguatan Fasilitator Gender. Mendorong perencaan dan penganggaran yang responsif gender

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang

BAB II LETAK GEOGRAFIS. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru terletak di Jl. Melur No. 103, Adapun Visi KPA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/IX/2009 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PRODUKTIVITAS

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.344, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Strategi Adaptasi. Perubahan Iklim. Kesehatan.

GUBERNUR JAWA TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH SELAKU KETUA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.17/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MIKRO

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1018/MENKES/PER/V/2011 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NOMOR : KEP- 75 /DJ-PPK / IX /2010 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV dan AIDS DI TEMPAT KERJA A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV dan AIDS merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah besar di Dunia maupun di Indonesia mengingat HIV dan AIDS merupakan penyakit mematikan yang belum ditemukan obatnya dan jumlah pengidapnya terus meningkat secara signifikan. Sementara itu HIV dan AIDS tidak hanya berdampak pada masalah kesehatan saja, tetapi berdampak luas pada masalah ekonomi, bisnis dan sosial. Indonesia merupakan negara dengan peningkatan kasus HIV dan AIDS tercepat di kawasan Asia. Data pengidap HIV dan AIDS di Indonesia akhir-akhir ini sudah pada kondisi yang mengkhawatirkan. Jumlah kasus HIV dan AIDS meningkat dari tahun ke tahun dan sebagian besar (> 85 %) ada pada usia produktif. Cara penularan HIV terbanyak adalah melalui hubungan seks berisiko dan penggunaan NARKOBA suntik. Melihat kondisi tersebut di atas maka dunia kerja merupakan salah satu sektor yang akan mengalami dampak negatif cukup berbahaya dari masalah HIV dan AIDS mengingat usia produktif adalah tulang punggung kegiatan pada dunia usaha. Apabila HIV dan AIDS makin meluas pada masyarakat pekerja, maka akan mengakibatkan berbagai dampak negatif seperti berkurang atau melemahkan sumber daya manusia pekerja, peningkatan biaya pengobatan dan perawatan, kehilangan hari kerja, situasi kerja yang tidak kondusif, yang kesemuanya itu akan mengarah pada penurunan produktifitas dan mengancam kelangsungan dunia usaha. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka Pemerintah bersama dunia usaha harus mengambil peran dalam program Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS (P2-HIV dan AIDS) di Tempat Kerja. Program ini merupakan bagian dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang bertujuan untuk melindungi pekerja dari kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja maupun gangguan kesehatan lainnya dalam rangka mencapai tujuan produktivitas dan kesejahteraan kerja serta kelangsungsn dunia usaha. Dengan program P2-HIV dan AIDS di tempat kerja akan memberikan konstribusi dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja. Tempat kerja merupakan tempat yang strategis dalam upaya pencegahan dan peanggulangan HIV dan AIDS melalui kegiatan-kegiatan sosialisasi, edukasi, perawatan, dukungan dan pengobatan serta kampanye anti stigma dan diskriminasi terhadap pekerja dengan HIV dan AIDS. Oleh karena itu, pengusaha/sektor swasta berkewajiban untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja dalam rangka melindungi kesehatan dan kapabilitas tenaga kerja serta menjamin kelangsungan usaha. 1

Sebagian perusahaan telah mengambil peran dalam program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja, namun masih banyak perusahaan yang belum melaksanakan program ini. Perusahaan-perusahaan yang telah melaksanakan programpun masih banyak yang belum berjalan secara intensif dan berkelanjutan. Dengan kondisi seperti ini maka banyak pekerja yang berada pada situasi yang berpotensi tertular HIV. Untuk itu maka Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerjasama dengan mitra terkait seperti Asosiasi Pengusaha (APINDO) Serikat Pekerja/Buruh (SP/SB), Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dan lembaga khusus yang mengembangkan program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja yaitu suatu perkumpulan beberapa pengusaha di Indonesia yang berkomitmen untuk melakukan aksi nyata dalam penerapan prinsip-prinsip Kepmenakertrans No. 68 Tahun 2004 atau Kaidah ILO tentang HIV dan AIDS di Dunia Kerja yang dikenal dengan Indonesia Bussiness Coalition on AIDS (IBCA) serta pihak terkait lainnya, secara terus menerus melakukan upaya untuk mendorong perusahaan agar melaksanakan program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja. Salah satu bentuk upaya Pemerintah dalam hal ini adalah pemberian penghargaan program (P2-HIV dan AIDS) di Tempat Kerja (AIDS Award) untuk memberikan penghargaan/apreasiasi yang setinggi-tingginya kepada pimpinan perusahaan, kepala daerah dan pihak terkait lain/pemerduli yang telah berhasil atau memberikan konstribusi yang penting dalam pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja. Pedoman penghargaan ini dikembangkan dengan mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP. 68/MEN/IV/2004 dan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. KEP. 20/DJPPK/VI/2005 serta standar/pedoman terkait lainnya. B. Ruang Lingkup Keputusan Direktur Jenderal ini mengatur : 1. Penghargaan a. Jenis penghargaan b. Bentuk penghargaan c. Pemberian penghargaan 2. Tata cara untuk memperoleh penghargaan a. Pengajuan dan penilaian penghargaan b. Proses administrasi pengajuan penghargaan c. Penilaian d. Tim penilai 3. Indikator dan kriteria penilaian penghargaan 4. Penyelenggaraan penyerahan penghargaan 5. Pembiayaan C. Pengertian 1. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia yang kemudian menimbulkan AIDS; 2. AIDS adalah suatu kondisi medis berupa kumpulan tanda dan gejala yang diakibatkan oleh menurunnya atau hilangnya kekebalan tubuh karena terinfeksi HIV, sering berwujud infeksi yang bersifat ikutan (oportunistik) dan belum ditemukan vaksin serta obat penyembuhannya; 3. Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Di Tempat Kerja yang selanjutnya disingkat dengan P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja adalah salah satu bentuk program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam rangka melindungi 2

pekerja dan menjamin kelangsungan usaha dari permasalahan HIV dan AIDS di tempat kerja; 4. Penghargaan Perusahaan dengan Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja adalah tanda penghargaan yang diberikan Pemerintah kepada Perusahaan yang telah berhasil dalam melaksanakan program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja; 5. Penghargaan Pembina Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja adalah tanda penghargaan yang diberikan Pemerintah kepada Gubernur, Bupati/Walikota yang telah berhasil melakukan pembinaan Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja kepada perusahaan di wilayahnya. 6. Penghargaan Pemerduli Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja adalah tanda penghargaan yang diberikan Pemerintah kepada lembaga berbadan hukum atau perseorangan yang telah terbukti memberikan konstribusi secara intensif dan terus menerus dalam Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja. BAB II PENGHARGAAN A. Jenis Penghargaan 1. Penghargaan Perusahaan dengan Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja; 2. Penghargaan Pemerduli Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja; 3. Penghargaan Pembina Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja. B. Bentuk Penghargaan Penghargaan dapat diberikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I dalam bentuk antara lain : 1. Piagam; 2. Plakat; 3. Lencana dan; 4. Pin Model Dasar Piagam, Plakat, Lencana dan Pin sebagaimana Lampiran II A, B, C dan D pedoman ini. C. Pemberian Penghargaan 1. Penghargaan Perusahaan dengan Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja dapat diberikan kepada Perusahaan yang telah berhasil dalam melaksanakan program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja, diberikan dalam bentuk Piagam dan atau Plakat; 2. Penghargaan Pemerduli Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja dapat diberikan kepada pihak terkait lain dalam bentuk badan hukum atau perseorangan yang telah memberikan kontribusi secara intensif dan terus menerus dalam Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja. Penerima penghargaan ini antara lain meliputi : Pengawas Ketenagakerjaan, manager perusahaan, ahli K3, dokter perusahaan, konselor VCT di perusahaan, personil atau lembaga lain yang aktif dalam program P2-HIV dan AIDS di tempat kerja, diberikan dalam bentuk Piagam dan atau Pin; 3. Penghargaan Pembina Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja dapat diberikan kepada Gubernur, Bupati/Walikota yang telah berhasil melakukan pembinaan kepada perusahaan di wilayahnya, diberikan dalam bentuk Piagam dan atau Lencana. 3

BAB III TATA CARA MEMPEROLEH PENGHARGAAN A. Proses administrasi pengajuan penghargaan 1. Pengajuan usulan Pengajuan usulan pemberian penghargaan dilakukan secara berjenjang dengan urutan sebagai berikut : a. Perusahaan dan pihak terkait/pemerduli mengajukan permohonan untuk mendapatkan penghargaan kepada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah Kabupaten/Kota; b. Instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan dan penilaian serta bagi yang memenuhi syarat diusulkan kepada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan Pemerintah Provinsi; c. Instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah Provinsi melakukan penilaian dan uji petik serta bagi yang memenuhi syarat diusulkan kepada Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan; d. Instansi/pihak terkait skala nasional dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan penghargaan kepada Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan. 2. Kelengkapan dokumen pengajuan usulan sebagaimana dimaksud pada angka 1 meliputi : a. Surat permohonan pemberian penghargaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III A pedoman ini; b. Data pendukung sesuai format sebagaimana tercantum dalam lampiran III B, C dan D pedoman ini (dalam bentuk hard copy atau soft copy); c. Hasil penilaian lapangan atau uji petik bila ada 3. Mekanisme pengajuan usulan dan kelengkapan dokumen sebagaimana tersebut pada angka 1 dan 2 dapat digunakan untuk pengajuan usulan bagi pembina Program P2 HIV dan AIDS di Tempat Kerja B. Penilaian Penilaian terhadap usulan pemberian penghargaan dilakukan secara berjenjang dengan urutan sebagai berikut : 1. Penilaian permohonan penghargaan di tingkat kabupaten/kota : a. Dilakukan oleh tim penilai Kabupaten/Kota; b. Tim penilai melakukan pemeriksaan dan penilaian secara langsung terhadap seluruh permohonan; c. Hasil penilaian dituangkan dalam berita acara pemeriksaan yang sekurangkurangnya memuat: i. Hari, tanggal dan tahun penilaian ii. Nama dan alamat perusahaan dan personil atau lembaga pemerduli yang memenuhi kriteria untuk mendapatkan penghargaan; iii. Tingkat pencapaian peringkat penilaian (Silver, Gold atau Platinum) dari perusahaan yang memenuhi kriteria untuk mendapatkan penghargaan; iv. Tanda tangan anggota tim penilai dan pejabat yang bertanggung jawab dalam bidang pengawasan ketenagakerjaan pada Pemerintah Kabupaten/Kota. 4

d. Berita acara pemeriksaan dilengkapi dengan data pendukung yang sekurangkurangnya meliputi : i. Dokumen kebijakan, ii. Rencana kegiatan/program dan iii. Hasil kegiatan yang telah dicapai; e. Hasil penilaian khususnya tingkat pencapaian Gold dan Platinum, beserta data pendukungnya sebagaimana dimaksud huruf c dan d disampaikan kepada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah Provinsi. 2. Penilaian permohonan penghargaan di tingkat Provinsi : a. Dilakukan oleh tim penilai Provinsi; b. Tim penilai melakukan penilaian dan uji petik secara langsung pada beberapa calon penerima penghargaan yang diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota c. Hasil penilaian dituangkan dalam berita acara pemeriksaan yang sekurangkurangnya memuat : i. Hari, tanggal, tahun penilaian ii. Nama dan alamat perusahaan, bupati/walikota dan personil atau lembaga pemerduli yang memenuhi kriteria untuk mendapatkan penghargaan; iii. Tingkat pencapaian peringkat penilaian dari perusahaan yang memenuhi kriteria untuk mendapatkan penghargaan; iv. Tanda tangan anggota tim penilai dan pejabat terkait yang bertanggung jawab di bidang pengawasan ketenagakerjaan pada Pemerintah Provinsi. d. Berita acara pemeriksaan dilengkapi dengan data pendukung yang sekurangkurangnya meliputi : i. Dokumen kebijakan, ii. Rencana kegiatan/program dan iii. Hasil kegiatan yang telah dicapai; e. Hasil penilaian khususnya tingkat pencapaian Platinum beserta data pendukungnya sebagaimana dimaksud huruf c dan d disampaikan kepada Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan. 3. Penilaian permohonan penghargaan di tingkat pusat : a. Dilakukan oleh tim penilai Pusat b. Tim penilai melakukan penilaian dan uji petik secara langsung pada beberapa calon penerima penghargaan yang diusulkan oleh Pemerintah Provinsi c. Hasil penilaian dituangkan dalam berita acara pemeriksaan yang sekurangkurangnya memuat: i. Hari, tanggal, tahun penilaian; ii. Nama dan alamat perusahaan, gubernur dan personil atau lembaga pemerduli yang memenuhi kriteria untuk mendapatkan penghargaan; iii. Tingkat pencapaian peringkat penilaian dari perusahaan yang memenuhi kriteria untuk mendapatkan penghargaan; iv. Tanda tangan anggota tim penilai pusat dan Pejabat eselon II yang bertanggung jawab di bidang pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tingkat pusat. d. Berita acara pemeriksaan dilengkapi dengan data pendukung yang sekurangkurangnya meliputi : i. Dokumen kebijakan, ii. Rencana kegiatan/program dan 5

iii. Hasil kegiatan yang telah dicapai; e. Hasil penilaian yang dilengkapi dengan data pendukung sebagaimana huruf c dan d disampaikan kepada Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan selanjutnya dilaporkan kepada Menteri. C. Tim Penilai 1. Penunjukan Tim Penilai a. Tim penilai tingkat Kabupaten/Kota ditunjuk oleh Bupati/Walikota atau Pejabat yang ditunjuk; b. Tim penilai tingkat Propinsi ditunjuk oleh Gubernur atau Pejabat yang ditunjuk; c. Tim penilai Pusat ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan. 2. Keanggotaan Tim Penilai Keanggotaan tim penilai sebagaimana dimaksud pada angka 1 terdiri dari : a. Unsur Tripartit setempat (pejabat struktural pada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan, perwakilan dari Serikat Pekerja/Buruh atau SP/SB dan perwakilan dari asosiasi pengusaha); b. Perwakilan dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) setempat; c. Personil dan instansi/lembaga terkait program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. 3. Tugas Tim penilai : a. Tim penilai Kabupaten/Kota i. Melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran dokumen dan data usulan pemberian penghargaan yang diajukan oleh perusahaan dan pihak terkait/pemerduli; ii. Melakukan penilaian lapangan. b. Tim penilai Provinsi : i. Melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran dokumen dan data usulan pemberian penghargaan yang diajukan oleh instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah Kabupaten/Kota; ii. Melakukan penilaian lapangan atau uji petik apabila diperlukan; c. Tim penilai Pusat : i. Melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran dokumen dan data usulan pemberian penghargaan yang diajukan oleh instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah Provinsi; ii. Melakukan penilaian lapangan atau uji petik apabila diperlukan. BAB IV INDIKATOR DAN KRITERIA PENILAIAN PENGHARGAAN A. Penghargaan Perusahaan dengan Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja 1. Penghargaan perusahaan dengan program P2-HIV DAN AIDS di tempat kerja diberikan kepada perusahaan yang telah memiliki komitmen dan kebijakan serta implementasi program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja dengan indikator dan kriteria penilaian sebagaimana tabel berikut : 6

Tabel 1. Indikator dan Kriteria Penilaian Penghargaan Perusahaan dengan Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja No. Indikator Penilaian Bobot Kriteria Penilaian 1. Memiliki dokumen tertulis kebijakan Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja. 2. Melakukan program pendidikan dan pelatihan : a) Melakukan program sosialisasi atau diklat b) Mempunyai petugas/ personil yang dilatih sebagai penyuluh/ peer educator/ trainer/ petugas K3 HIV dan AIDS, dll. c) Membentuk sub komite khusus HIV dan AIDS dalam kepengurusan P2K3 3. Melakukan upaya untuk menghindari sikap dan tindakan stigma dan diskriminasi yang dibuktikan dengan : a) Tidak melakukan test HIV secara wajib b) Memiliki sistem atau prosedur baku untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality) status HIV pekerja c) Pekerja dg HIV dan AIDS diperlakukan sama d) Pekerja dg HIV dan AIDS diberi dukungan & difasilitasi untuk mendapatkan pengobatan/perawatan 4. Memiliki program dukungan dan perawatan (support and care) untuk karyawan dengan HIV dan AIDS, seperti dukungan sosial, konseling atau VCT, pengobatan, sistem rujukan, dll. 15 % a) Kebijakan dicantumkan dalam PP/PKB b) Kebijakan belum dicantumkan dalam PP/PKB 15 % a) Perusahaan telah melakukan poin 2.a s.d 2.c b) perusahaan telah melakukan poin 2.a dan 2.b atau poin 2.a dan 2.c c) perusahaan telah melakukan poin 2.a a) Perusahaan dengan 15 % ODHA telah melakukan poin 3.a s.d. 3.d atau perusahaan tanpa ODHA telah melakukan poin 3.a dan 3.b b) Perusahaan dengan ODHA telah melakukan tindakan poin 3.a s.d. 3.c atau perusahaan tanpa ODHA telah melakukan poin 3.a saja c) Perusahaan dengan ODHA telah melakukan poin 3.a dan 3.c 15 % a) Memiliki fasilitas VCT lengkap atau memiliki fasilitas VCT terbatas dan sistem rujukan b) VCT dilakukan dengan rujukan Nilai/ Skor 30 30 7

5. Telah mengalokasikan anggaran untuk program P2-HIV AIDS dan AIDS di tempat kerja 6. Mensosialisasikan isi kebijakan program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja kepada seluruh karyawan 7. Jumlah karyawan yang pernah diberi penyuluhan/mengikuti diskusi tentang HIV dan AIDS di tempat kerja dalam 1 tahun terakhir 8. Melakukan evaluasi secara regular terhadap kebijakan dan efektifitas pelaksanaan program melalui kuesioner perilaku berisiko terkait HIV dan AIDS terhadap karyawan di perusahaan 9. Memiliki prosedur K3 khusus dalam pencegahan penularan HIV di tempat kerja 10. Pelaporan kegiatan kepada instansi yang membidangi ketenagakerjaan setempat. 11. Memiliki program/kegiatan P2-HIV dan AIDS terhadap masyarakat di luar perusahaan (sekolah, tempat ibadah, posyandu, lokalisasi) 10 % a) Sudah ada secara khusus b) Sudah ada tetapi belum secara khusus 5 % Ada 5 % a) > 75 % b) 50 75 % c) < 50 % 30 5 % a) Dilakukan 1(satu) tahun sekali b) Dilakukan 2(dua) tahun sekali c) Dilakukan lebih dari 2 (dua) tahun sekali 30 5% Ada 5% Ada 5 % a) > 2 kali/tahun b) 1-2 kali/tahun c) Pernah dalam 3 tahun terakhir 30 2. Cara perhitungan hasil penilaian : a. Setiap skor yang diperoleh dikalikan dengan prosentase bobot masing-masing kriteria penilaian sebagaimana tabel di atas, b. Contoh : o Perusahaan yang telah memiliki dokumen tertulis kebijakan Program P2- HIV dan AIDS di Tempat Kerja yang telah dicantumkan dalam PP/PKB, nilanya = (skor) X 15% (bobot) = 15 o perusahaan yang telah mengalokasikan anggaran untuk program P2-HIV dan AIDS di tempat kerja secara khusus, nilainya = (skor) X 10 % (bobot) = 10 o perusahaan memiliki kegiatan P2-HIV dan AIDS bagi masyarakat sebanyak 2 kali/tahun, nilainya = (skore) X 5 % (bobot) = 3 c. Nilai Total = Jumlah seluruh nilai hasil perhitungan sebagaimana poin 2 dari 11 indikator sebagaimana Tabel 1, 3. Perusahaan yang mendapatkan penghargaan Program P2-HIV dan AIDS (AIDS Award) Di Tempat Kerja adalah perusahaan yang telah melaksanakan Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja dengan kriteria pencapaian sesuai tabel di bawah (Tabel 2). 8

Tabel 2 Kriteria Pencapian Penghargaan Perusahaan dengan Program P2-HIV dan AIDS (AIDS Award) Di Tempat Kerja No. Nilai Total Peringkat Pencapaian Keterangan 1 > 85 Platinum 2 66 85 Gold 3 56-65 Silver Tingkat pelaksanaan tinggi Tingkat pelaksanaan cukup tinggi Tingkat pelaksanaan sedang Catatan : bagi perusahaan yang nilai totalnya masih < 56, maka perlu dibina lebih intensif oleh pengawas ketenagakerjaan setempat bersama pihak terkait lain. B. Penghargaan Pembina Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja Penghargaan Pembina Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja diberikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Memiliki kebijakan yang terkait/mendukung Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja berupa Visi dan Misi atau Peraturan Daerah atau Renstra Daerah; 2. Memiliki Pokja HIV dan AIDS Di Tempat Kerja (Pokja Workplace) dalam struktur kepengurusan KPA Provinsi/Kabupaten/Walikota; 3. Melaksanakan Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja; 4. Mengalokasikan anggaran untuk Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja; 5. Jumlah perusahaan yang berhasil memperoleh penghargaan Program P2-HIV dan AIDS (AIDS Award) Di Tempat Kerja sekurang-kurangnya telah mencapai 10% dari jumlah perusahaan besar di wilayahnya. C. Penghargaan pihak terkait/pemerduli Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja Penghargaan pihak terkait/pemerduli Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja diberikan kepada lembaga/instansi atau perseorangan yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Melakukan upaya secara terus menerus dan konsisten sekurang-kurangnya dalam waktu 3 tahun terakhir untuk mendorong atau bekerjasama dengan perusahaan dan atau instansi Pemerintah dalam melaksanakan program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja; 2. Mempunyai jasa prestasi dalam program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja seperti kegiatan advokasi, kampanye, penyuluhan, seminar, membuat tulisan yang diterbitkan pada media resmi, lokakarya dan pelatihan; 3. Melaporkan hasil kegiatannya kepada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan. 9

BAB V PENYELENGGARAAN PENYERAHAN PENGHARGAAN Penyerahan penghargaan Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja dilakukan dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS) atau Peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional atau Internasional. A. Penghargaan Tingkat Nasional 1. Penyelenggaraan penyerahan penghargaan tingkat Nasional dilaksanakan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerja sama dengan lembaga yang secara khusus mengembangkan program P2HIV dan AIDS di tempat kerja dan atau pihak terkait lainnya. 2. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyerahkan penghargaan kepada : a. Perusahaan yang telah mencapai peringkat Platinum; b. Gubernur yang telah memenuhi kriteria sebagai penerima penghargaan; c. Pemerduli program dengan peringkat terbaik di tingkat nasional. 3. Dalam hal-hal tertentu Menteri dapat memberikan penghargaan kepada perusahaan yang telah mencapai peringkat silver dan gold serta Bupati/Walikota pembina program. B. Penghargaan Tingkat Provinsi 1. Penyelenggaraan penyerahan penghargaan tingkat Provinsi dilaksanakan oleh Pemerintahan Provinsi bekerja sama dengan lembaga yang secara khusus mengembangkan program P2HIV dan AIDS di tempat kerja dan atau pihak terkait lainnya. 2. Gubernur memberikan penghargaan kepada : a. Perusahaan yang telah mencapai peringkat Gold; b. Bupati/walikota yang telah memenuhi kriteria sebagai penerima penghargaan; c. Pemerduli program dengan peringkat terbaik di tingkat Provinsi. C. Penghargaan Tingkat Kabupaten/Kota 1. Penyelenggaraan penyerahan penghargaan tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Pemerintahan Kabupaten/Kota bekerja sama dengan lembaga yang secara khusus mengembangkan program P2HIV dan AIDS di tempat kerja dan atau pihak terkait lainnya; 2. Bupati/Walikota memberikan penghargaan kepada : a. Perusahaan yang telah mencapai peringkat Silver; b. Pemerduli program dengan peringkat terbaik di tingkat kabupaten/kota. BAB VI PEMBIAYAAN PENGHARGAAN Biaya yang timbul sebagai akibat pemberian penghargaan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau sumber-sumber dana lain yang syah dan tidak mengikat. 10

BAB VII PENUTUP 1. Pedoman ini dipergunakan sebagai acuan untuk melakukan pengajuan, penilaian dan pemberian penghargaan Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja terhadap Pengusaha, Gubernur/Bupati/Walikota dan pihak terkait lain/pemerduli program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja. 2. Hal-hal yang belum diatur dalam Pedoman ini ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 24 September 2010 11