BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil FPTK UPI, banyak yang menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Restu Pangasih, 2013

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PAI MELALUI PEMBINAAN KEAAGAMAAN BERBASIS TUTORIAL

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I Pendahuluan. Menengan Atas (SMA) saat beralih ke perguruan tinggi. Pada jenjang SMA untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Juati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan metode

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan guru mencakup tiga kategori yang dikenal dengan Tiga. Kompetensi yaitu kemampuan profesional, personal, sosial (Arikunto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. satunya dipengaruhi oleh faktor kualitas pendidikan negara tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

2014 PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG METODA PENELITIAN PENDIDIKAN TATA BOGA SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Adam Iqbal Makasuci, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah

BAB I PENDAHULUAN. wadah pembinaan sumber daya manusia, oleh karena itu perlu mendapatkan. karena menjadi landasan bagi pendidikan selanjutnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI. Lulusan JPTM FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan suatu keharusan dalam produktivitas, efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peningkatan mutu sumberdaya manusia. Sebagaimana dalam undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang sengaja dirancang untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

2 Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Degeng (Uno, 2010: 3) Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dapat dipahami

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu faktor yang berperan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMINATAN SISWA KURIKULUM NURHAYATI, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. negara karena maju tidaknya suatu negara itu tergantung dari kualitas sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses pembelajaran yang terjadi pada tiap individu dalam mengembangkan berbagai dimensi pribadinya. Baik itu berupa dimensi akal/pikiran, jasmani, ataupun yang termasuk dimensi potensi yang dimilikinya. Perkembangan berbagai dimensi ini tidak lain untuk mengantarkan individu pada perwujudan diri yang utuh atau mengantarkan diri pada perkembangan yang optimal, karena saat proses pendidikan individu diperkenalkan pada berbagai aspek perkembangan dirinya, bagaimana memahami keadaan dirinya, lingkungan sekitar dan paling utama adalah bagaimana individu mempergunakan berbagai informasi yang diterimanya untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 1, pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Apabila diteliti lebih lanjut maka pada intinya tujuan pendidikan mengarahkan potensi yang dimiliki oleh individu ke arah penguasaan kekuatannya, kekuatan individu dalam menghadapi berbagai aspek terutama kekuatan diri dan pengendalian terhadap sesuatu yang dianggap sebagai suatu kelemahan diri. Semakin tinggi fase pendidikan yang ditempuh semakin besar pula potensi yang harus dikembangkan serta penguasaan terhadap semua aspek diri yang dimiliki tiap individu. Tidak terkecuali ketika berada pada proses pendidikan di perguruan tinggi, seorang peserta didik atau lebih dikenal sebagai mahasiswa akan dihadapkan pada situasisituasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan masa-masa pendidikan sebelumnya.

2 Masa remaja akhir atau dewasa dini dihadapkan pada proses perubahanperubahan fisik dan psikologis yang cukup panjang, bersamaan dengan munculnya masalah-masalah penyesuaian diri (Hurlock, 2003: 246). Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Dewasa dini juga memasuki fase pendidikan tinggi. Tuntutan sebagai seorang mahasiswa akan menyebabkan perubahan yang signifikan pada aspek kehidupan tiap individunya, salah satunya menghadapi pola-pola interaksi sosial yang lebih luas dan beragam. Mahasiswa menurut Yusuf (2006: 1) merupakan individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan, kedewasaan atau kemandirian yang terkait dengan pemaknaan dirinya sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospritual. Untuk mencapai kematangan, mahasiswa masih banyak memerlukan bantuan karena kurang memiliki pemahaman akan diri dan lingkungannya dan juga pengalaman dalam menentukan arah dalam kehidupannya. Hal pertama yang dirasakan oleh seorang mahasiswa adalah keluar dari konteks sosial lingkungan keluarga, dimulai dengan berpisah dari orang tua. Tidak sedikit mahasiswa yang merantau dari daerahnya masing-masing demi menempuh pendidikan di universitas yang diinginkannya. dan harus beradaptasi dengan konteks sosial yang baru seperti relasi teman sebaya yang baru, berbagai aktivitas perkuliahan yang jadwalnya tidak berurutan seperti ketika di SMA dan teknis pembelajarannya cenderung lebih belajar mandiri dibandingkan belajar di kelas bersama dosen sehingga seorang mahasiswa. Piaget (Santrock, 2004; 178) menjelaskan bahwa hubungan orang tua dan anak berbeda sekali dengan hubungan anak tersebut dengan teman sebayanya. Pertemuan yang intensif dengan teman sebaya di kampus menambah kesenjangan hubungan dengan orang tua, menyebabkan individu tersebut cenderung lebih terbuka dan lebih bersedia menerima saran dari teman sebayanya. yang memiliki kesamaan dengan dirinya dalam usia, minat dan latar belakang. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika menjadi seorang mahasiswa kedekatan hubungan denga teman sebaya meningkat secara drastis, dan pada saat yang bersamaam kedekatan dengan orang tua menurun drastis. Beberapa penelitian juga

3 menunjukkan bahwa perasaan positif terhadap teman sebaya lebih besar dari pada kedua orangnya. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh J.S. Volpe, di rentang usia 10-24 tahun menunjukkan seseorang lebih respek terhadap teman sebayanya (Sarwono, 2006: 35). Usaha yang dilakukan seorang individu untuk dapat melakukan adaptasi atas perubahan yang ada pada diri dan lingkungannya akan menentukan arah penyesuaian diri pada individu tersebut; dan upaya yang dilakukan remaja untuk melakukan penyesuaian diri sebagian besar dipengaruhi teman sebaya. Pemilihan teman sebaya perlu mendapatkan perhatian, karena pada saat individu bergabung dengan teman sebaya yang menyimpang maka individu tersebut akan mengalami resiko yang lebih besar. Oleh karena itu, diperlukan sosok teman sebaya yang dapat memfasilitasi remaja lain untuk melakukan penyesuaian diri yang mengarah pada arah yang positif. Program Tutorial merupakan salah satu contoh penerapan peer helper di Universitas Pendidikan Indonesia. Program tutorial merupakan bagian dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang dikontrak oleh semua mahasiswa baru/mahasiswa tingkat awal yang beragama Islam. Pokok pikiran pembentukan program tutorial adalah mempersiapkan dan membentuk pribadi muslim di Universitas Pendidikan Indonesia untuk lebih ilmiah, edukatif, dan religius. Hal tersebut lebih dipertegas dengan tujuan dari program tutorial ini yakni mengembangkan sumber daya manusia yang mempunyai jiwa kepeloporan dan kemampuan yang unggul dalam pengembangan Universitas Pendidikan Indonesia. Pengembangan sumber daya manusia ditujukan untuk seorang mahasiswa yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan pribadi muslim, karena sebagian besar mahasiswa UPI beragama Islam. Proses pembentukan seseorang menjadi seorang pribadi yang unggul sudah menjadi salah satu paket pembentukan pribadi muslim. Sehingga pada akhirnya adanya program tutorial di UPI berkontribusi dalam memfasilitasi mahasiswa mengembangkan kepribadiannya melalui pendekatan keagamaan khususnya agama islam. Kegiatan tutorial sebagian besar dilakukan secara berkelompok, tiap kelompok memiliki seorang tutor untuk membantu kelompok tersebut. Istilah peer

4 helper pada program tutorial disebut tutor dan peserta tutorial pada program tutorial disebut tutee. Ada beberapa tahap yang harus dilalui seseorang untuk menjadi seorang tutor, ada serangkaian tes yang harus dilaksanakan oleh calon tutor baik itu secara keilmuan (Agama Islam) maupun kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang tutor. Setelah lulus seleksi menjadi seorang tutor, ada beberapa pelatihan yang harus diikuti oleh seorang tutor sebagai bekal awal untuk menjadi seorang tutor yang diharapkan mampu membantu atau memfasilitasi peserta tutorial itu sendiri. Program tutorial dilaksanakan pada akhir pekan tiap minggunya selama satu semester atau kurang lebih enam bulan. Teknis pelaksanaan program tutorial dibagi menjadi dua kegiatan yakni kuliah dhuha dan kegiatan mentoring. Kuliah dhuha merupakan pengantar materi yang akan disampaikan saat kegiatan mentoring, pemateri kuliah dhuha biasanya dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) ataupun tokoh-tokoh Islam Indonesia. Kegiatan mentoring merupakan proses program tutorial yang utama karena selain estimasi waktu yang lebih banyak untuk kegiatan ini juga merupakan pusat kegiatan yang dilakukan secara berkelompok. Mahasiswa baru peserta program tutorial dibagi menjadi kelompokkelompok kecil yang anggotanya merupakan teman sebaya yang berjumlah sekitar 10 orang hingga 12 orang dan dipandu oleh seorang tutor. Seperti proses pembelajaran pada umumnya, kegiatan mentoring pun ada sesi penyampaian materi dan mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan materi. Disana terjadi proses pertukaran inforamasi antara tutor dan tutee, saling melengkapi dalam hal keilmuan khususnya ilmu agama Islam. Namun sesi selanjutnya merupakan proses yang tidak ada dalam pembelajaran seperti di kelas yakni sharing. Disana tutor dan tutee berbagi dalam berbagai hal, saling bertukar pikiran, sampai saling membantu dalam menyelesaikan permasalaha yang sedang dihadapi. Sesi tersebut melibatkan semua anggota kelompok yang dapat saling berbagi dan membantu satu sama lainnya. Hal tersebut berlangsung selama satu semester dengan intensitas pertemuan satu kali tiap pekannya. Sehingga menumbuhkan kelekatan diantara semua anggota kelompok, selain itu tidak sedikit kelompok tersebut

5 melakukan kegiatan lain di luar jadwal tutorial per-pekannya misalnya seperti hiking bersama, makan bersama ataupun hanya sekedar berkumpul membicarakan berbagai hal. Hasil studi awal berdasarkan hasil evaluasi selama kegiatan mentoring yang dilakukan oleh program tutorial mengenai tutor yang dirasakan oleh tutee menyatakan bahwa sebanyak 53,3 % memiliki peran yang signifikan terhadap tutee. Peran tersebut ditunjukkan tutor dengan sikap tanggung jawab terhadap kelompoknya, kerelaan tutor dalam membantu tuteenya, serta membantu tutee dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di kampus. Program tutorial memiliki berbagai aspek yang sejalan dengan bagaimana tutor dilaksanakan di tingkat universitas. Natawidjaja (Yusuf, 2006: 29) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan agar individu itu dapat memahami dirinya. Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu posisi sentral di setiap tingkatan pendidikan, termasuk jenjang perguruan tinggi. Saat ini sedikit mahasiswa yang mengenal adanya bimbingan dan konseling di tingkat perguruan tinggi. Sehingga bimbingan dan konseling perlu hadir dengan beragam layanan, salah satunya mengenalkan tutor dikalangan mahasiswa dengan bekerja sama dengan program tutorial. Tujuannya untuk mengembangkan serta membangun terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang melibatkan tutor dalam pencapaian tujuan layanan bimbingan dan konseling. Seorang tutor membantu konselor profesional untuk meningkatkan pelayanan, bukan untuk mengganti keberadaan konselor profesional. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Carter (2005) bahwa konseling teman sebaya berpusat pada kelonggaran untuk berdiri sendiri tergantung pada siapa yang memenuhi syarat sebagai teman sebaya dan pada batas-batas fungsi konseling. Upaya untuk meningkatkan peranan tutor agar selaras dengan kebutuhan tutee saat ini atau agar sesuai dengan kondisi terkini, maka diperlukan perumusan kompetensi pribadi tutor yang diharapkan, agar dapat menumbuhkan kepercayaan tutee terhadap tutor tersebut. Program konseling teman sebaya yang efektif

6 tergantung pada sosok tutor yang telah mengalami proses pemilihan dan pelatihan tutor. Oleh karena itu diperlukan perumusan profil kompetensi pribadi tutor sebagai data awal mengenai bagaimana sosok tutor yang diharapkan oleh tutee, dan merupakan awal dari pengembangan layanan bimbingan dan konseling yang melibatkan teman sebaya sebagai mitra yang dapat memfasilitasi mahasiswa lainnya untuk berkembang secara well adjustment. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Keberhasilan suatu program layanan bimbingan dan konseling yang melibatkan tutor terletak pada adanya pelatihan bagi tutor itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan adanya profil mengenai kompetensi pribadi tutor yang dapat dijadikan landasan sebagai pengembangan pelatihan bagi tutor yang sesuai dan dapat meningkatkan keefektifan tutor sebagai mitra konselor professional. Pada kenyataannya di UPI khususnya pada program tutorial, yang dijadikan peer helper sebagai sosok pembimbing sebaya adalah seorang tutor. Oleh karena itu diperlukan gambaran bagaimana sosok pribadi tutor yang akan dijadikan seorang tutor. Rumusan pertanyaan untuk penelitian ini adalah Bagaimana kompetensi pribadi tutor yang diharapkan tutee dan tutor program tutorial PAI UPI? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kompetensi pribadi tutor yang diharapkan tutee dan tutor sebagai acuan pengembangan perorganisasian program pemilihan tutor. D. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif bersifat memperjelas setiap langkah penelitian dengan terperinci. Penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan utama, menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Yakni mengambarkan

7 kompetensi pribadi tutor yang diharapkan oleh peserta dan tutor program tutorial UPI. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah yang berisi kaidahkaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sitematis. Sehingga memungkinkan untuk melakukan pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan statistik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penggunaan data secara langsung dengan menggunakan inventori artinya akan diperoleh dari responden penelitian tanpa melalui orang keduan atau ketiga. Inventori yang digunakan berbentuk Semantic Differential Technique, yaitu dengan menggunakan serangkaian skala yang memiliki bobot dan dicerminkan melalui rangkaian kata sifat yang menunjukan kepada karakteristik stimulus yang disajikan kepada responden untuk mengungkap data mengenai kompetensi pribadi tutor yang diharapkan oleh tutee program tutorial PAI UPI. Data yang diperoleh berupa data nominal yaitu respon mengaharapkan atau tidak mengharapkan terhadap setiap karakteristik. Data ini dianalisis dengan menggunakan teknik presentase. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi Program Tutorial MKDU PAI UPI, Unit Pengembangan Teknis Layanan Bimbingan dan Konseling yang berada di Universitas Pendidikan Indonesia, dan mahasiswa Psikologi Pendidikan dan Bimbingan pada khususnya. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengembangkan layanan bimbingan konseling yang memanfaatkan metode

8 teman sebaya. Serta sebagai bahan acuan dalam mengembangkan model pelatihan untuk tutor program tutorial PAI UPI. F. Sistematika Penulisan Berikut sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Konsep Kompetensi Pribadi Tutor, terdiri dari Program Tutorial PAI UPI, konsep dan kerangka pemikiran peer helper, peer helper dalam layanan bimbingan dan konseling, kompetensi pribadi tutor, dan pentingnya kompetensi pribadi tutor dalam interaksi sosial kelompok teman sebaya. Bab III Metode Penelitian, meliputi desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, pengembangan instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur pelaksanaan penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, mencakup kesimpulan dan rekomendasi.