PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

PROFIL KELUARGA SADAR GIZI DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI DI KECAMATAN BONTOMARANNU

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI RW 2 WILAYAH PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDAPATAN KELUARGA IBU NIFAS DAN STATUS GIZI BAYI DI WILAYAH SUDIANG RAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN WASTING PADA ANAK BALITA DI KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

GAMBARAN STATUS IMUNISASI, PENYAKIT INFEKSI, ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA SALENRANG

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

BAB 1 PENDAHULUAN. utama, pertama asupan makanan dan utilisasi biologik zat gizi (Savitri, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) PROVINSI SUMATERAUTARA TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

POLA ASUH MAKAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Maria Kareri Hara. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

KORELASI PERILAKU KADARZI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS SIMPANG TIMBANGAN INDRALAYA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

1 Universitas Indonesia

Mona Sylvia J. Manullang¹, Albiner Siagian², Arifin Siregar²

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BATITA UMUR 1-3 TAHUN DI DESA MOPUSI KECAMATAN BOLAANG MONGONDOW INDUK SULAWESI UTARA 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Anisia Mikaela Maubere ( ); Pembimbing Utama: Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes ABSTRAK

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. mikro disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral essensial

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

Kartu Menuju Sehat (KMS)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

Transkripsi:

Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA -4 BULAN Asmarudin Pakhri ), Lydia Fanny ), St. Faridah ) ) Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar ) Dinas Kesehatan Kabupaten Bone ABSTRACT Background: Increasing undernutrition among children can caused by community participation in integrated post (Posyandu) was low. Objective: To dtermaine relationship of children and food intake with nutrition status of chidren aged -4 months in Barebbo sub district, Bone District. Methods: This study was Crossectiona study, conducting in Apala Village, Barebbo sub district, Bone District, the total sample were 89 children. Results: The prevalence if wasting.%, stunting 4.%, severe stunting 5.% and underweight 5.7%. Energy and protein intake was low,.7% and 4.8% respectively. Conclusions: There was no association between energy and protein intake with nutrition status among children. Keywords:, food intake, nutrition status PENDAHULUAN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJM) Bidang Kesehatan 5-9 di Indonesia adalah bahwa pada tahun 9 jumlah penderita gizi buruk setinggitingginya 5 % dan gizi kurang setinggi-tingginya %. Sedangkan tema yang diangkat dalam tujuan pembangunan global Millenium Develompment Goals (MDG) 5 terkait gizi dan kesehatan adalah jumlah angka kematian ibu dan kemiskinan turun separuhnya dari jumlah tahun (Depkes, 5). Kekurangan gizi akan berdampak menurunkan kualitas sumber daya manusia antara lain meningkatkan resiko penyakit, kematian dan kurang kecerdasan anak, risiko kematian anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk meningkat,5 dan 8 kali dari anak yang normal (Soekirman, ) Namun realisasi status gizi nasional masih belum memuaskan. Menurut Riskesdas, 7, secara nasional status gizi anak menurut indeks BB/TB adalah sangat kurus, % dan kurus 7,4 %. Sedangkan jumlah anak balita yang pendek (TB/U) adalah 8, % dan sangat pendek 8,8 % (Depkes, 8). Pada survey status gizi tahun 5 di Kabupaten Bone terhadap.48 balita di kecamatan menemukan kasus gizi kurang dan gizi buruk 9,8 % dan,9 %. Timbulnya gizi kurang pada anak dipengaruhi banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung dipengaruhi oleh asupan gizi yang tidak memadai dan penyakit infeksi dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh kurangnya persediaan pangan, pola asuh, sanitasi dan pelayanan kesehatan. Ketiga faktor tidak langsung tersebut bersumber pada akar masalah yaitu pendidikan, ekonomi keluarga dan keterampilan memanfaatkan sumber daya keluarga (Soekirman, ). Tingginya kurang gizi antara lain berkaitan dengan kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan di posyandu. Menurut Riskesdas, 7, pencapaian

Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni pemantauan pertumbuhan anak yang teratur minimal 4 kali ditimbang dalam bulan terakhir hanya sebanyak 49,4 % (Depkes, 8). METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat survey dengan pendekatan Crosssectional study. Penelitian ini dilakukan di salah satu desa miskin di Kabupaten Bone yaitu desa Apala Kecamatan Barebbo, pada bulan Januari sampai Juni 9. Populasi adalah semua anak balita di Desa Apala, sedangkan sampel adalah usia balita -4 bulan sebanyak 89 orang. Pengambilan sampel dengan cara purposive. Cara pengumpulan data pendidikan ibu dengan mewawancarai ibu, sedangkan data HASIL PENELITIAN Desa Apala pada tahun 8 terdiri 55 kepala keluarga, dengan keluarga miskin sebanyak 777 orang. Mata pencaharian penduduk 7 % petani dan % pedagang. Di Desa Apala terdapat sebuah Puskesmas Pembantu, seorang Bidan dan buah posyandu. Adapun karakteristik sampel adalah pendidikan ibu Balita 4, % tamat SD dan 4,5 % tidak tamat SD. Sedangkan pendidikan ayah 4,7 % tamat SD dan 4,5 % tidak tamat SD. Berdasarkan informasi tersebut kami tertarik untuk mengetahui hubungan pendidikan dan keteraturan penimbangan dengan asupan dan status gizi anak usia -4 bulan (baduta). keteraturan menimbang diambil laporan F Gizi di Posyandu. Data asupan gizi dengan wawancara recall konsumsi x4 jam kemudian dianalisis dengan program computer Wfood selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi sehari. Sedangkan data status gizi dikumpulkan dengan cara mengukur berat badan dan panjang badan menggunakan timbangan dacin dan papan piksasi selanjutnya diolah menggunakan program WHO Antro 5. Distribusi Status Gizi Anak dan Konsumsi Zat Gizi Hasil penelitian tentang status gizi memakai tiga indeks yaitu BB/PB, PB/U, dan BB/U, masih ditemukan anak yang kurang gizi -5 % meskipun sebagian besar normal. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. Distribusi Sampel menurut Status Gizi Anak (BB-PB, PB/U dan BB/U) Indikator Kategori n % Kurus 9 BB/PB Normal 78 87, Gemuk, Jumlah 89 Sangat pendek 5 5, PB/U Pendek 4, Normal 7 79,8 Jumlah 89 Sangat, BB/U 4 5,7 7 8, Jumlah 89 Ket : normal bila nilai z scor antara >- SD s/d + SD Status gizi menurut indeks BB/PB pada umumnya normal sebanyak 87, % namun masih ada yang kurus %. Status gizi menurut indeks PB/U pada umumnya juga normal, yaitu sebanyak 79,8 %, sedangkan yang pendek 4, % dan sangat pendek 5, %. Status gizi menurut indeks BB/U pada umumnya juga baik, yaitu 8, %, sedangkan yang kurang 5,7 % dan sangat kurang, %. 7

Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni Asupan zat gizi anak umumnya baik yaitu asupan energi % baik dan hanya % asupan energy kurang. Asupan protein 5, % Asupan zat gizi Asupan Energi Asupan protein baik dan masih % kurang. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. Distribusi Status Gizi menurut Asupan Energi dan Protein Anak Status Gizi Anak (BB/PB) Total Kurus Normal Gemuk n % n % n % n % 75 84,, 7 5, 57, 58 5, Jumlah 9 78 87,, 89 p=,4; p=,899 Pada uji kaikuadrat hubungan asupan Distribusi Pendidikan Ibu, Status Gizi (BB/PB) energy dan protein dengan status gizi dan Asupan Zat Gizi didapatkan nilai P =,4 untuk energi dan nilai P =,899 untuk protein, berarti hanya asupan Pada table terlihat bahwa pendidikan ibu sebagian masih kurang yaitu 49,4 % (tamat energy yang hubungannya bermakna dengan SD dan tidak sekolah), sedangkan yang status gizi, sedangkan asupan protein tidak bermakna. pendidikannya cukup 5, % (tamat SMP ke atas). Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi dan asupan zat gizi dapat dilihat di bawah ini. Tabel. Distribusi Status Gizi dan Asupan Zat Gizi menurut Pendidikan Ibu Komponen Status gizi BB/PB Kurus Normal Gemuk Asupan Energi Asupan Protein Pendidikan Ibu Total n % n % n % 4 9 4 4,5 4,8, 47, 5 9 4 4 5, 4,8 4,5 4, 9 78 87,, 9,,5 5 8, 7, 58 5, Jumlah 44 49,4 45 5, 89 Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi pada uji kaikuadrat menghasilkan nilai P =,95 yang berarti tidak bermakna. Jadi status gizi anak tidak ada kaitannya dengan pendidikan ibu. Pada uji kaikuadrat hubungan pendidikan ibu dengan asupan energi dan protein anak terlihat tidak mempunyai hubungan bermakna (nilai P =,44 dan,). Distribusi Keteraturan Menimbang, Status gizi dan Asupan Zat Gizi Distribusi status gizi dan asupan zat gizi menurut keteraturan menimbang anak dapat dilihat pada table 4. Terlihat pada tabel masih ada 8, % anak balita yang kurang teratur menimbang, sedangkan yang teratur menimbang hanya,8 %. 8

Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni Komponen Status gizi BB/PB Kurus Normal Gemuk Asupan Energi Asupan Protein Tabel 4. Distribusi Status gizi dan Asupan Zat Gizi menurut Keteraturan Menimbang Keteraturan Menimbang Anak Total n % n % n % 4,, 8, 7 4 49 7,9 5,7, 55, 9 78 87,,,5 9, 4,7 4,4 58 5, Jumlah 4 8, 55,8 89 Pada table 4 terlihat distribusi status gizi, asupan energy dan protein menurut keteraturan menimbang anak. Pada uji kaikuadrat hubungan keteraturan menimbang dengan status gizi anak menghasilkan nilai P =,9, berarti tidak bermakna. Hubungan PEMBAHASAN Status gizi anak menurut indeks BB/PB pada umumnya normal sebanyak 87, % namun masih ada yang kurus %. Status gizi menurut indeks PB/U pada umumnya juga normal, yaitu sebanyak 79,8 %, sedangkan yang pendek 4, % dan sangat pendek 5, %. Status gizi menurut indeks BB/U pada umumnya juga baik, yaitu 8, %, sedangkan yang kurang 5,7 % dan sangat kurang, %. Keadaan gizi di lokasi penelitian tersebut tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 7, dimana status gizi menurut indeks BB/TB di Propinsi Sulawesi Selatan, yaitu anak sangat kurus 5,7 % dan kurus 8, %. Demikian juga status gizi menurut indeks PB/U sedikit lebih baik dibandingkan keadaan di Sulawesi Selatan yaitu sangat pendek,9 % dan pendek 5, %. Asupan zat gizi anak umumnya baik yaitu asupan energi % baik dan hanya % asupan energy kurang. Asupan protein 5, % baik dan masih % kurang. Jika dibandingkan penelitian Keadaan tersebut sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan temuan Damayanti (7) di Kabupaten Gowa yang menyakan ada sebagian asupan zat gizi anak balita kurang, yaitu energy 4, % dan protein 4,7 %. Data Riskesdas 7 juga keteraturan menimbang dengan asupan energi dan protein anak didapatkan nilai P =,4 dan,94. Berarti keteraturan menimbang mempunyai hubungan bermakna dengan asupan energy, namun tidak mempunyai hubungan bermakna dengan asupan protein. menemukan 4,7 % dan 8,4 % anak usia -5 tahun mengonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal (Depkes, 8). Pada uji kaikuadrat hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi didapatkan nilai P =,4 untuk energy dan nilai P =,899 untuk protein, berarti hanya asupan energy yang hubungannya bermakna dengan status gizi, sedangkan asupan protein tidak bermakna. Hal ini karena besarnya asupan energy langsung akan mempengaruhi berat badan sekarang, sedangkan asupan protein belum tentu. Menurut Soekirman () status gizi secara langsung dipengaruhi oleh asupan zat gizi dan penyakit infeksi. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi, asupan energy dan asupan protein pada uji kaikuadrat menghasilkan nilai P =,95,,44 dan, yang berarti tidak bermakna. Jadi status gizi dan asupan zat gizi anak tidak ada kaitannya dengan pendidikan ibu. Hal ini berarti ada faktor lain di luar pendidikan yang mempengaruhi status gizi sesuai kerangka penyebab gizi kurang dari UNICEF (Soekiramn, ). Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan apa yang 9

Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni diharapkan oleh pelaku pendidikan. Perilaku yang diharapkan adalah perilaku yang positif (Notoatmodjo, ). Faktor lain yang mungkin berpengaruh antara lain pendapatan dan penyakit infeksi yang tidak kami teliti. Dari hasil penelitian terlihat masih ada 8, % anak balita yang kurang teratur menimbang. Keadaan ini sesusi dengan data Riskesdas 7 nasional yang menemukan,8 % ditimbang tidak teratur dan,8 % tak pernah ditimbang di posyandu Pada uji kaikuadrat hubungan keteraturan menimbang dengan status gizi anak menghasilkan nilai P =,9, berarti tidak bermakna. Hubungan keteraturan menimbang dengan asupan energi dan protein anak KESIMPULAN. Status gizi anak di lokasi penelitian tidak beda jauh dengan hasil Riskesda 7. Menurut indeks BB/PB masih ada anak yang kurus %. Menurut indeks PB/U, anak yang pendek 4, % dan sangat pendek 5, %. Menurut indeks BB/U, anak yang berat badannya kurang 5,7 % dan sangat kurang, %. Asupan zat gizi anak juga masih ada yang kurang % asupan energy dan % asupan protein.. SARAN. Puskesmas masih perlu meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan gizi di posyandu mengingat partisipasi masyarakat ke posyandu masih kurang serta kegiatan di posyandu belum mampu meningkatkan status gizi anak balita yang signifikan DAFTAR PUSTAKA Damayanti, 7. Hubungan Kebiasaan Makan Keluarga dengan Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Anak Balita pada Daerah Program Tenaga Gizi Pendamping di Desa Mata Allo Kab. Gowa. KTI Jurusan Gizi Poltekkes Depkes Makassar. Depkes, 5.Rencana Aksi Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 5-9. Dit. Bina Gizi Masy Depkes RI, Jakarta didapatkan nilai P =,4 dan,94. Berarti keteraturan menimbang mempunyai hubungan bermakna dengan asupan energy, namun tidak mempunyai hubungan bermakna dengan asupan protein. Ini berarti keteraturan menimbang hanya berpengaruh pada kuantitas konsumsi tetapi tidak berpengaruh pada kualitas. Menurut Soekirman () pelayanan dasar berupa pemantauan pertumbuhan berat badan anak secara teratur bertujuan agar pertumbuhan berat badan dan tinggi badan berlangsung normal. Dengan penimbangan secara teratur akan diketahui secara dini apabila pertumbuhannya kurang dan segera diadakan upaya tindakan baik konseling maupun bantuanbantuan lain.. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi dan asupan energy dan protein anak tidak bermakna. Hubungan keteraturan menimbang dengan asupan energi bermakna, sedangkan status gizi dan asupan protein anak tidak berhubungan dengan keteraturan menimbang. Perlu kerja sama yang lebih baik dengan tokoh masyarakat serta lintas sector di tingkat kecamatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di posyandu serta pembinaan kader posyandu Depkes, 8. Laporan RISKESDAS, 7. Badan Litbangkes Depkes RI Jakarta Notoatmodjo,. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta Soekirman,. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas RI, Jakarta