HUBUNGAN PENINGKATAN KEBISINGAN, PENURUNAN KECEPATAN DAN DIMENSI TINGGI SPEED BUMP DI PERMUKIMAN SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENINGKATAN KEBISINGAN, PENURUNAN KECEPATAN DAN DIMENSI LEBAR SPEED BUMPS DI PERMUKIMAN (Studi Kasus beberapa Speed Bumps di Surakarta)

HUBUNGAN PENINGKATAN KEBISINGAN, PENURUNAN KECEPATAN DAN DIMENSI TINGGI SPEED BUMP DI PERMUKIMAN (Studi Kasus Beberapa Speed Bumps di Surakarta)

PENGARUH ALAT PENGENDALI KECEPATAN VERTIKAL, LEBAR JALAN DAN JARAK PEMASANGAN TERHADAP KECEPATAN (DI LINGKUNGAN PERMUKIMAN)

PENGARUH PENGGUNAAN SPEED HUMPS TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN

ROAD MAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOGOR (KAJIAN SEKSI II UNTUK KASUS DI DEPAN RSUD CIAWI BOGOR)

HUBUNGAN PENINGKATAN KEBISINGAN, PENURUNAN KECEPATAN DAN DIMENSI LEBAR SPEED BUMPS DI PERMUKIMAN (Studi Kasus beberapa Speed Bumps di Surakarta)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendulan melintang jalan (road humps) merupakan bagian dari alat

ANALISIS KEPADATAN LALU LINTAS TERHADAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS SDN BOJONG RANGKAS 4 BOGOR)

PEMODELAN KEBISINGAN LALULINTAS DI JALAN TERUSAN KOPO BANDUNG ABSTRAK

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung

PENGARUH ALAT PEMBATAS KECEPATAN DAN PITA PENGGADUH TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

PREDIKSI KEBISINGANDI JALAN KOLEKTOR PREDICTION OF NOISE ON COLLECTOR ROAD SKRIPSI

PREDIKSI KEBISINGAN DI JALAN ARTERI SEKUNDER

MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA RUMAH SAKIT (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) (260T)

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

PEMODELAN KEBISINGAN LALULINTAS DI JALAN TERUSAN KOPO BANDUNG

Pengaruh Kendaraan Berat Terhadap Polusi Suara dan Getaran di Pita Getar

KAJIAN FASILITAS PEMBATAS KECEPATAN PADA KOMPLEK PERUMAHAN DI KOTA PONTIANAK

EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Medan juga sebagai kota yang memiliki keberagaman suku dan budaya serta

PENGUJIAN MODEL HUBUNGAN PENGGUNAAN RUANG PARKIR SEPEDA DENGAN PENGGUNAAN WAKTU MAHASISWA DI KAMPUS UNS

HUBUNGAN KECEPATAN KENDARAAN DENGAN KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN

A Ikhsan Karim ABSTRAK

Model Hubungan Parameter Lalu Lintas Menggunakan Model Greenshields dan Greenberg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

Pengaruh Penerapan Zona Selamat Sekolah Terhadap Tingkat Kebisingan Lalu Lintas di Kawasan Sekolah Kota Padang

PEMODELAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA RUMAH MAKAN (RESTAURANT) DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS MODEL BANGKITAN PARKIR UNTUK TATA GUNA LAHAN BANK KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS DISTRICT) SRAGEN KOTA

Rhaptyalyani Fakultas Teknik Univeristas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JUMLAH LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI JALAN ASPAL KELAS III A DI KABUPATEN LAMONGAN

ANALISA TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA DITINJAU DARI BAKU TINGKAT YANG DIIJINKAN

Evaluasi Kinerja Kapasitas dan Kebutuhan Ruang Parkir di Kantor Dinas Perhubungan kota Surabaya

TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI LINGKUNGAN PERUMAHAN DALUNG PERMAI KABUPATEN BADUNG

STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG

ANALISIS POLUSI SUARA YANG DITIMBULKAN KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMODELAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA GEDUNG PERBANKAN DI KOTA MEDAN

STUDI ANALISIS HUBUNGAN, KECEPATAN, VOLUME, DAN KEPADATAN DI JALAN MERDEKA KABUPATEN GARUT DENGAN METODE GREENSHIELDS

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN

PEMODELAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA RUMAH SAKIT UMUM TIPE B DI KOTA JAKARTA TIMUR

BAB III LANDASAN TEORI

PEMERIKSAAN KESESUAIAN KRITERIA FUNGSI JALAN DAN KONDISI GEOMETRIK SIMPANG AKIBAT PERUBAHAN DIMENSI KENDARAAN RENCANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membuat pengemudi kendaraan bermotor mengurangi kecepatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA

STUDI TINGKAT KEKUATAN BUNYI KENDARAAN ANGKUTAN UMUM MIKROLET DI KOTA MAKASSAR.

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

III. METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI PENGARUH VOLUME LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN BUNG TOMO SAMARINDA SEBERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENENTUAN TINGKAT REDUKSI KEBISINGAN OLEH PAGAR BUATAN DI SEKITAR BANGUNAN RUMAH PENDUDUK DI KOTA PEKANBARU

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya.

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN MENGGUNAKAN METODE BELL (STUDI KASUS JALAN PAJAJARAN, SUKASARI-BARANANG SIANG)

Rhaptyalyani FakultasTeknik UniveristasSriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan. Abstract

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

PENGARUH PROPORSI ANGKUTAN UMUM TERHADAP KINERJA RUAS JALAN DI KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin

ANALISIS KEBISINGAN AKIBAT ARUS LALULINTAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

KAJIAN PEMODELAN TARIKAN PERGERAKAN KE GEDUNG PERKANTORAN ( Studi Kasus Kota Surakarta )

PENGARUH VOLUME LALU LINTAS TERHADAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR

PERENCANAAN FASILITAS PARKIR DI LUAR BADAN JALAN (OFF STREET PARKING) PASAR TANJUNG KABUPATEN JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

Perhitungan Kebisingan pada Rumah Sakit dan Sekolah Akibat Arus Lalu Lintas di Jalan L.L. R.E. Martadinata Kota Bandung

EVALUASI PELAYANAN LAHAN PARKIR KENDARAAN RODA EMPAT DI TERMINAL 1 BANDAR UDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG BANTEN*

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

PENGATURAN POLISI TIDUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN UMUM

ANALISIS MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA RUMAH SAKIT (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

EFEKTIFITAS PITA PENGGADUH UNTUK MEREDUKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

PERMODELAN BANGKITAN TARIKAN PADA TATA GUNA LAHAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI PALEMBANG

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. oleh penulis, yakni pada jalan Ring Road Utara Sleman, Jalan Kalisahak daerah

ANALISIS KEBISINGAN LALU LINTAS PADA RUAS JALAN DENGAN KELANDAIAN MEMANJANG (Studi kasus: Ruas Jalan Mahendradata)

Jalan Ir. Sutami No. 36A Surakarta Telp

ANALISA KEBISINGAN ARUS LALU LINTAS TERHADAP RUMAH SAKIT PROF.DR. TABRANI RAB PEKANBARU

STUDI KONDISI KECEPATAN OPERASI PADA RUAS JALAN DI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS TADULAKO

Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Sulistiono. MT

ANALISA GELOMBANG KEJUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI JALAN SARAPUNG MANADO

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 511

ANALISIS KINERJA PARKIR SEPANJANG JALAN WALIKOTA MUSTAJAB SURABAYA

HUBUNGAN PENGGUNAAN RUANG PARKIR SEPEDA MOTOR DENGAN PENGGUNAN WAKTU MAHASISWA DI KAMPUS (Studi Kasus : Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS)

Analisis Volume, Kecepatan, dan Kepadatan Lalu Lintas dengan Metode Greenshields dan Greenberg

STUDI EVALUASI PENGARUH PEMASANGAN SPEED BUMP TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN DI JALAN CANDI MENDUT JALAN TERUSAN CANDI MENDUT KOTA MALANG TUGAS AKHIR

ANALISA KAPASITAS RUANG PARKIR PASAR MODERN KOTA PASIR PENGARAIAN. Khairul Fahmi

ANALISIS KAPASITAS DAN KARAKTERISTIK PARKIR KENDARAAN DI PUSAT PERBELANJAAN (Studi Kasus Solo Grand mall Surakarta)

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALYSIS OF TRAFFIC NOISE IN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA HOSPITAL ANALISIS KEBISINGAN AKIBAT ARUS LALU LINTAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transkripsi:

HUBUNGAN PENINGKATAN KEBISINGAN, PENURUNAN KECEPATAN DAN DIMENSI TINGGI SPEED BUMP DI PERMUKIMAN SURAKARTA Dewi Handayani 1), Faisal Kus Hermawan 2), Amirotul Mahmudah 3) 1) 3) Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret 2) Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Surakarta 57126. Telp: (0271) 647069. Email : faisalkh37@gmail.com Abstract Installation of vertical speed controller device in the settlement area impacts of noise and discomfort for people that living nearby. Vertical speed controller device can control speed of vehicles that passing through. Noise influenced by speed of vehicle which pass through speed bump and height of speed bump. This research using linear regression analysis with analysis program SPSS 17 and 85 percentile data analysis methods. Data collected in this research based on the location of 5 roads in Surakarta include noise (dba), speed (km/h) and height of speed bump (cm) and the observed object are motorcycles and cars. Results of the analysis of variables explained that speed/x 1 (cm) have little effect against of noise/x 2 (dba), so that variable (speed) has been eliminated in the stepwise analysis methods (SPSS 17). Obtained model mathematics which best of test statistics, for motorcycles is Y =-0.891 + 0, 487X 2 with R 2 = 0.730 and for car Y = 0.707 + 0, 253X 2 with R 2 = 0.644, where Y is noise of motorcycles and cars (dba) and X 2 is height of speed bump (cm). This model applies on condition af road roughness of asphalt in the settlement areas with road width of 3.00 m 3.32 m contained vertical speed controller device such as a speed bump with a single installation made of concrete with a high variety of sizes and widths between 57 cm - 63 cm. Keywords : noise, speed, height of speed bump, speed bump Abstrak Pemasangan alat pengendali kecepatan vertikal di area permukiman menimbulkan dampak kebisingan dan ketidaknyamanan bagi penduduk yang tinggal disekitarnya. Alat pengendali kecepatan vertikal dapat membatasi kecepatan kendaraan yang melewatinya. Peningkatan kebisingan dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan yang melewati speed bump dan dimensi tinggi speed bumps beragam. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier dibantu analisis program SPSS 17 dan metode analisis data 85 persentil. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan 5 lokasi jalan di Surakarta meliputi peningkatan kebisingan (dba), penurunan kecepatan (km/jam) dan dimensi tinggi speed bump (cm) dengan objek yang diamati sepeda motor dan mobil. Hasil analisis menjelaskan bahwa variabel bebas penurunan kecepatan/x 1 (cm) memiliki pengaruh yang kecil terhadap variabel terikat peningkatan kebisingan/x 2 (dba), sehingga variabel bebas penurunan kecepatan dihilangkan dalam analisis metode stepwise (SPSS 17). Diperoleh model yang paling memenuhi uji statistik untuk sepeda motor adalah Y = -0,891 + 0,487X 2 dengan R 2 = 0,730 dan untuk mobil Y = 0,707 + 0,253X 2 dengan R 2 = 0,644, dimana Y adalah peningkatan kebisingan pada sepeda motor dan mobil (dba) dan X 2 merupakan dimensi tinggi speed bump (cm). Model ini berlaku pada kondisi jalan perkerasan aspal di area permukiman dengan lebar jalan 3,00 m 3,32 m yang terdapat alat pengendali kecepatan vertikal berupa speed bump dengan pemasangan secara tunggal yang terbuat dari bahan beton dengan ukuran tinggi beragam dan lebar antara 57 cm 63 cm. Kata kunci : kebisingan, kecepatan, dimensi tinggi speed bump, speed bump. PENDAHULUAN Pertumbuhan kawasan permukiman semakin tahun semakin mengalami peningkatan sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Hal ini juga berhubungan dengan meningkatnya pengguna kendaraan bermotor, terutama di Indonesia. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya volume kendaraan di area permukiman, yang secara tidak langsung menimbulkan dampak kebisingan bagi penghuni di sekitar pemukiman tersebut (kenyamanan). Bahkan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang selalu meningkat tidak sebanding dengan prasarana yang ada, dan lalulintas semakin padat pada jalan yang sempit. Pengendara yang melewati jalan di sekitar permukiman juga tidak menghiraukan kecepatan kendaraan yang mereka gunakan, sehingga kondisi ini menyebabkan rawan kecelakaan dan menimbulkan gangguan kenyamanan serta kesehatan manusia yang ditimbulkan oleh kebisingan suara kendaraan bermotor. Karena seringnya pengendara tidak mengikuti kecepatan yang telah disarankan, sehingga warga yang bermukim di sekitar permukiman tersebut membuat alat pengendali kecepatan vertikal yang sering kita sebut dengan istilah polisi tidur. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang alat pengendali dan pengaman pemakai jalan, alat pembatas kecepatan ditempatkan pada : Jalan di lingkungan permukiman. Jalan lokal yang mempunyai kelas jalan III C. Pada jalan-jalan yang sedang dilakukan pekerjaan konstruksi. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Maret 2016/106

Penempatan alat pengendali kecepatan vertikal dilakukan pada posisi melintang tegak lurus dengan jalur lalu lintas. Alat pengendali kecepatan vertical mempunyai ukuran dengan sudut kemiringan maksimum 15% dan tinggi maksimum 15 cm (Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994). Menurut Utami (2014) bahwa faktor tinggi dan lebar alat pengendali kecepatan vertikal mempengaruhi kecepatan kendaraan saat melintasinya, semakin tinggi alat pengendali kecepatan maka kecepatannya semakin berkurang dan semakin lebar alat pengendali kecepatan vertikal maka kecepatannya semakin bertambah. Sehingga peneliti hanya menggunakan dimensi tinggi yang heterogen saja (dimensi lebarnya relatif secara homogen) dalam penelitian ini, untuk mengetahui hubungan dengan penurunan kecepatan kendaraan dan peningkatan kebisingan yang ditimbulkannya. LANDASAN TEORI Argya Jaganaputra dan Tri Basuki Joewono (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan speed humps terhadap tingkat kebisingan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor setelah melewati speed humps lebih tinggi daripada sebelum kendaraan bermotor melewati speed humps. Eny Mirawati (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh pemasangan speed bump terhadap kecepatan kendaraan di lingkungan sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pemasangan Speed Bump terhadap kecepatan sepeda motor dan mobil. Besarnya penurunan kecepatan rata-rata sepeda motor adalah 9,96 km/jam dari 22,07 km/jam menjadi 12,11 km/jam dan penurunan kecepatan rata-rata mobil adalah 8,135 km/jam dari 18,53 km/jam menjadi 10,395 km/jam. Tingkat Kebisingan Akibat Kendaraan Bermotor pada Ruas Jalan juga diteliti oleh J. Dwijoko Ansusanto dan L. Indah Murwani Yulianti (2006). Penelitian ini dilakukan di Jalan Adisucipto, sekitar Hotel Ambarukmo, Yogyakarta dan moda kendaraan yang diteliti merupakan kendaraan bermotor. Hasil penelitian ini adalah dari perhitungan kebisingan arah ke Timur dan ke Barat diperoleh hasil bahwa arah ke Barat mempunyai tingkat kebisingan yang lebih tinggi yaitu 74,66 dba dibanding arah ke Timur sebesar 73,23 dba. Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Kebisingan dibagi menjadi tiga macam berdasarkan asal sumbernya (Wardhana, 2001) yaitu kebisingan impulsif, kebisingan kontinyu, dan kebisingan semi kontinyu. Kadiyali (2009) menyatakan efek merugikan dari kebisingan lalu lintas dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu efek subjektif, efek perilaku, dan efek psikologis. Untuk mengukur kebisingan digunakan alat audiometer, noisemeter, sound level meter dan satuannya dinyatakan dalam ukuran decibel A- weighted (dba). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (1996) memaparkan bahwa untuk kawasan permukiman tingkat kebisingan maksimum yang diperbolehkan berkisar 55 dba. Alat Pengendali Kecepatan Vertikal Alat pengendali kecepatan vertikal adalah traffic calming yang lazim dipakai di Indonesia khususnya pada jalan di lingkungan permukiman. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No 3 Tahun 1994 alat pembatas kecepatan dapat didefinisikan sebagai kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk membuat pengemudi kendaraan bermotor mengurangi kecepatan kendaraannya. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2001 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman definisi Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, dan utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dari kawasan perkotaan atau kawasan pedesaan. Speed Bump Speed bump berupa gundukan yang dipasang melintang terhadap sumbu jalan yang mempunyai ukuran tinggi 7,5 cm sampai 15 cm dan lebar 30-90 cm. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Maret 2016/107

Gambar 1. Bentuk dan Ukuran Speed Bump (Federal Highway Administration, USA) METODE PENELITIAN Menentukan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan batas bawah dan batas atas dari lebar jalan serta lebar speed bump yang homogen sehingga didapatkan lebar ruas jalan permukiman dan dimensi lebar speed bump yang seragam berdasarkan tingkat kepercayaan sebesar 95% (lebar ruas jalan σ 5% X rata-rata). Diperoleh syarat lokasi penelitian adalah ruas jalan permukiman dengan lebar jalan 3,00 m 3,32 m dan lebar speed bump antara 57 cm 63 cm. Berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan dipilih 5 lokasi pengumpulan data yaitu Jl. Natuna, Jl. Pisang, Kerten, Jl. Kedung Lumbu, Jl. Arumdalu dan Jl. Madukoro. Pengumpulan Data Lapangan Waktu pengambilan data dilakukan antara jam 09.00 15.00 WIB dengan suhu udara dibawah 40 o C dan kecepatan angin dibawah 10 m/det. Pengambilan data terdiri atas 2 area yaitu (kecepatan normal) dan area 2 (penurunan kecepatan), dimana asumsi peneliti pada area penurunan kecepatan adalah saat kendaraan mulai menurunkan kecepatannya hingga pengendara menaikkan kecepatannya/akselerasi kendaraan. Pengambilan data kecepatan kendaraan di lapangan diperoleh menggunakan metode kecepatan setempat dengan mengukur kecepatan kendaraan saat melintas suatu titik yang ditentukan di jalan (spot speed). Pelaksanaan survei dilakukan oleh 2 orang surveyor. Pengambilan data kebisingan dilakukan oleh 2 surveyor. Surveyor 3 dan 4 melakukan pengukuran menggunakan alat sound level meter dan mencatat data kebisingan yang terjadi. Gambar 2 Area Pelaksanaan Survei Metode Analisis Data Penelitian ini dalam pengolahan datanya menggunakan metode analisis regresi dan dibantu dengan analisis dari software SPSS 17 (metode enter dan metode stepwise). Pengambilan data untuk pengolahan analisis regresi menggunakan metode 85 persentil apabila data kecepatan yang diperoleh pada hasil survei tidak lebih dari 35 km/jam (Kadiyali, 2009). HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 No Deskripsi Alat Pengendali Kecepatan Vertikal pada Masing-Masing Lokasi Penelitian NAMA JALAN Lebar Jalan (m) Jenis Perkerasan Jalan Bahan Pembuat Alat Pengendali Kecepatan Vertikal Titik Akselerasi Tinggi (cm) Lebar Bawah (cm) Kondisi Sekitar Alat Pengendali Kecepatan Vertikal 1 Jl. Natuna 3,3 Aspal Beton 9,5 63 Permukiman 2 Jl. Pisang, Kerten 3,1 Aspal Beton 6,5 63 Permukiman 3 Jl. Kedung Lumbu 3,1 Aspal Beton 5,5 62 Permukiman 4 Jl. Arumdalu 3,0 Aspal Beton 7 57 Permukiman e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Maret 2016/108

Kecepatan (Km/h) Kecepatan (Km/h) 5 Jl. Madukoro 3,15 Aspal Beton 6,6 57 Permukiman Kecepatan kendaraan pada jalan yang dipasang alat pengendali kecepatan vertikal secara umum memperlihatkan kecenderungan yang sama yaitu mengalami penurunan kecepatan ketika melewati alat pengendali kecepatan vertikal. 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Data ke - (Sepeda Motor) Gambar 3 Grafik Perubahan Kecepatan Sepeda Motor pada Lokasi Penelitian 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Data ke - (Mobil) Gambar 4 Grafik Perubahan Kecepatan Mobil pada Lokasi Penelitian Kebisingan kendaraan yang ditimbulkan kendaraan saat melintasi jalan yang dipasang alat pengendali kecepatan vertikal secara umum memperlihatkan kecenderungan yang sama yaitu mengalami peningkatan kebisingan ketika melewati alat pengendali kecepatan vertikal. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Maret 2016/109

Kebisingan (dba) Kebisingan (dba) 85,00 80,00 75,00 70,00 65,00 60,00 Data ke - (Sepeda Motor) Gambar 5 Grafik Perubahan Kebisingan Sepeda Motor pada Lokasi Penelitian 85,00 80,00 75,00 70,00 65,00 60,00 55,00 Mobil Gambar 6 Grafik Perubahan Kebisingan Mobil pada Lokasi Penelitian Hasil penelitian diperoleh model matematika untuk sepeda motor Y = -0,891 + 0,487X 2, dengan R 2 = 0,730 dan untuk mobil Y = 0,707 + 0,253X 2, dengan R 2 = 0,644 yang paling memenuhi syarat uji statistik. Kedua model tersebut mempunyai arti peningkatan kebisingan pada sepeda motor/mobil (Y) dipengaruhi variabel dimensi tinggi alat pengendali kecepatan vertikal (X 2) dengan R 2 yang memiliki tingkat hubungan kuat menurut Sugiyono (2014). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi tinggi alat pengendali kecepatan vertikal dapat mempengaruhi kebisingan, namun untuk kecepatannya kurang berpengaruh. Dalam proses analisisnya dimana variabel bebas penurunan kecepatan telah dieliminasi secara otomatis melalui metode stepwise dalam analisis menggunakan program SPSS 17 dikarenakan memiliki pengaruh sangat kecil terhadap variabel lainnya dan tidak memenuhi uji statistik. Nilai R 2 = 0,730 untuk sepeda motor dan R 2 = 0,644 untuk mobil menunjukkan bahwa masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi peningkatan kebisingan selain penurunan kecepatan dan dimensi tinggi alat pengendali kecepatan vertikal. Kedua model ini hanya dapat digunakan pada kondisi lebar jalan perkerasan aspal 3,00 m 3,32 m dan dimensi lebar alat pengendali kecepatan vertikal 57 cm - 63 cm yang terbuat dari beton dengan pemasangan tunggal berupa speed bump. Semakin tinggi dimensi alat pengendali kecepatan vertikal maka peningkatan kebisingan yang terjadi juga semakin bertambah. Berikut grafik hubungannya : e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Maret 2016/110

Peningkatan Kebisingan (dba) Peningkatan Kebisingan (dba) 5 4,5 4 3,5 y = 0.487x 2-0.891 R² = 0.730 3 2,5 2 1,5 1 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 Dimensi Tinggi APKV/Speed Bump (cm) Scatter Data Survei Sepeda Motor Trendline Sumber : Analisis Data Primer 2015 Gambar 7 Grafik Hubungan Peningkatan Kebisingan dan Dimensi Tinggi Speed Bump pada Sepeda Motor 4 3,5 y = 0.253x 2 + 0.707 R² = 0.644 3 2,5 2 1,5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 Dimensi Tinggi APKV/Speed Bump (cm) Scatter Data Survei Mobil Trendline Sumber : Analisis Data Primer 2015 Gambar 8 Grafik Hubungan Peningkatan Kebisingan dan Dimensi Tinggi Speed Bump pada Mobil KESIMPULAN Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan antara variabel peningkatan kebisingan terhadap variabel penurunan kecepatan memiliki hubungan yang sangat kecil dengan nilai korelasi 0,169 (sepeda motor) dan 0,169 (mobil). Hubungan variabel penurunan kecepatan terhadap variabel dimensi tinggi speed bump memiliki hubungan yang sangat kecil juga dengan nilai korelasi 0,111 (sepeda motor) dan 0,198 (mobil). Sehingga ditetapkan model dengan variabel terikat peningkatan kebisingan (dba) dan variabel bebas penurunan kecepatan (km/jam), dimensi tinggi speed bump (cm). Diperoleh model Y = -0,705 + 0,017X 1 + 0,482X 2 (R 2 = 0,736) untuk sepeda motor dan Y = 0,724 + 0,002X 1 + 0,253X 2 (R 2 = 0,645) untuk mobil, namun kedua model ini tidak memenuhi syarat uji statistik. Sehingga menurut hasil uji statistik yang paling memenuhi syarat didapatkan hubungan antara peningkatan kebisingan dengan dimensi tinggi alat pengendali kecepatan vertikal yang ditimbulkan kendaraan saat melintasinya, dengan model matematika sebagai berikut : e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Maret 2016/111

a. Sepeda Motor Y = -0,891 + 0,487.X 2, dengan R 2 = 0,730 b. Mobil Y = 0,707 + 0,253.X 2, dengan R 2 = 0,644 Nilai perubahan kebisingan dan kecepatan dapat dinyatakan sebagai berikut, dimana : Y X 1 X 2 = Peningkatan Kebisingan kendaraan (dba) = Penurunan Kecepatan Kendaraan (km/jam) = Dimensi tinggi alat pengendali kecepatan vertikal speed bump (cm) Model tersebut berlaku pada kondisi jalan perkerasan aspal di area permukiman dengan lebar jalan 3,00 m 3,32 m yang terdapat alat pengendali kecepatan vertikal berupa speed bump dengan pemasangan secara tunggal yang terbuat dari bahan beton dengan ukuran tinggi beragam dan lebar antara 57 cm 63 cm. REFERENSI Argya dan Tri, 2011, Pengaruh Penggunaan Speed Humps Terhadap Tingkat Kebisingan, Jurnal, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Departemen Perhubungan. 1994. Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan, Keputusan Menteri Perhubungan No. 3, Jakarta. Direktorat Jendral Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1990. Panduan Survai dan Waktu Perjalanan Lalu Lintas No. 001/T/BNKT/1990. Dwijoko Ansusanto dan Indah Murwani, 2006. Tingkat Kebisingan Akibat Kendaraan Bermotor pada Ruas Jalan. Simposium IX FSTPT. Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang, Malang. Eny Mirawati, 2005, Pengaruh Pemasangan Speed Bumps Terhadap Kecepatan Kendaraan Di Lingkungan Sekolah Dasar, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Hobbs, F.D. 1995. Traffic Planning And Engineering. Oxford : Pergamon Press Ltd. Kadiyali L. R. 2009. Traffic Engineering and Transport Planning. New Delhi, India : Khanna Publishers. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1996, Tentang Baku Tingkat kebisingan, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep- 48/MENLH/11/1996, Jakarta. Nur Utami, Ria. 2014, Pengaruh Alat Pengendali Kecepatan Vertikal Terhadap Kecepatan Di Pemukiman dengan Regresi Linier, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Ofyar Z. Tamin, 1997. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung, ITB. Ofyar Z. Tamin, 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung, ITB. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta. UU No. 1. 2011. Perumahan dan Kawasan Permukiman, Jakarta. Wardhana, W.A. 1999. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Maret 2016/112