Bab III Metode Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FEEDSTOCK Fe-2%Ni DAN STUDI PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK SIMULASI PLASTIC INJECTION MOLDING UNTUK SIMULASI METAL INJECTION MOLDING TESIS

BAB 3 Metodologi Penelitian

Bab IV Data, Simulasi, Dan Analisis

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

Bab II Dasar Teori MIX MOLDING. Gambar II.1 Flow Chart Proses Metal Injection Molding [6]

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan

Simulasi dan Studi Eksperimental Proses Injeksi Plastik Berpendingin Konvensional

OPTIMALISASI PARAMETER INJEKSI UNTUK MINIMASI SHRINKAGE, SINK MARKS DAN WARPAGE PADA INDUSTRI MOLD MODERN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure

ABSTRACT

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB IV SIMULASI DAN ANALISIS CETAKAN RING, CONE DAN BLADE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian

ANALISIS PARAMETER OPERASI PADA PROSES PLASTIK INJECTION MoOLDING UNTUK PENGENDALIAN CACAT PRODUK

BAB III PROSES PERANCANGAN

Jl. Gaya Motor Raya No 8, Jakarta, Indonesia Jl. Ganesha 10, Bandung, Indonesia 40132

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA DESAIN MOLD SEBAGAI SOLUSI VISUALISASI NYATA DALAM DESAIN INJECTION MOLD Studi Kasus: Perancangan Mold Piring

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

APLIKASI MOLDFLOW ADVISER PADA INDUSTRI PLASTIK MODERN UNTUK MENDAPATKAN PARAMATER INJEKSI MOLD YANG OPTIMAL

BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 70 tahun 2009 tentang konservasi energi.

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung pada bulan Mei 2014 sampai September 2014.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

OPTIMALISASI PROSES INJEKSI MOLDING MENGGUNAKAN MOLDFLOW DUAL-DOMAIN PADA DESAIN BASE PLATE

Disusun Oleh : ALI KHAERUL MUFID

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka

Analisa Proses Perpindahan Panas pada Pengecoran Paduan Al-12%Si dengan Metode Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari- hari mulai sektor medis, kelistrikan, rumah tangga,

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004)

PENGARUH CAMPURAN 50% POLYPROPYLENE, 30% POLYETHYLENE, 20% POLYSTYRENE TERHADAP VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES INJECTION MOLDING TIPE TEFORMA RN 350

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

Pengaruh Parameter Pencampuran terhadap Keseragaman Bahan Pengikat

KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer Jurusan Kimia Fakultas

PT. DESIGN & TECHNICS INDONESIA. Katalog Jasa. Jl. Sekejati 40 Bandung Indonesia T/F:

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX

OPTIMALISASI PROSES INJEKSI PLASTIK MENGGUNAKAN MOLDFLOW DUAL-DOMAIN PADA DESAIN BASE PLATE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

ANALISIS PENGENDALIAN CACAT PRODUK PADA PROSES PLASTIC INJECTION MOLDING DENGAN MATERIAL POLYPROPHYLENE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan

BAB IV METODE PENELITIAN

PERANCANGAN RUNNER PADA MOLD BASE PRODUK PHR-11 UNTUK MENGURANGI JUMLAH MATERIAL TERBUANG

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PROSES INJECTION MOLDING PADA PEMBUATAN FRONT FENDER SPIN 125 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. : Achmad Muttaqin NPM :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai September 2014 di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

REVERSE ENGINEERING OUTER REAR BUMPER MOBIL ESEMKA RAJAWALI R2

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 3 C. Manfaat Penelitian...

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN CaCO 3 TERHADAP KUAT TARIK POLYPROPYLENE

PENGARUH VARIASI CAMPURAN DAN TEMPERATUR POLYPROPYLENE, POLYETHYLENE, DAN POLYSTYRENE PADA PROSES PLASTIC MOLDING

Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir

3. Uraikan & jelaskan perbedaan yang mendasar antara teknik pressing & sintering konvensional dengan teknik pressing & sintering modern.

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

OPTIMALISASI PARAMETER PROSES INJEKSI PADA HDPE RECYCLE MATERIAL UNTUK MEMPEROLEH MINIMUM SINK MARKS MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE TAGUCHI TUGAS AKHIR

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Bab III Metode Penelitian III.1 Flowchart Penelitian Tahap-tahap pelaksanaan analisis dan simulasi injection molding feedstock Fe-2%Ni dengan perangkat lunak Moldflow Plastic Insight dilakukan dalam beberapa tahap sebagaimana yang dijelaskan dalam flowchart Gambar III.1. START Studi Literatur Studi Perangkat Lunak Moldflow Plastic Insight 5.0 Karakterisasi Feedstock: FTIR, TGA, DSC Analisis Data Karakterisasi dan Inventarisasi Data Simulasi : - Data Material - Data Controller - Data Mesin Input Basis Data pada Moldflow : - Data Material - Data Controller - Data Mesin Simulasi Moldflow : - Pemodelan CAD - Import dan meshing - Desain cavity, gating system, dancooling system - Pendefinisian material, controller setting, mesin, dan coolant - Analisis Interpretasi dan Analisis Hasil STOP Gambar III.1 Flowchart Penelitian 18

III.2 Karakterisasi Material Parameter yang paling penting untuk simulasi injection molding adalah sifat-sifat material. Karena Moldflow merupakan perangkat lunak simulasi plastic injection molding maka data material yang tersedia dalam basis data Moldflow adalah data plastik. Untuk dapat melakukan analisis dan injection molding Fe-2%Ni dengan Moldflow maka feedstock Fe-2%Ni tersebut harus dikarakterisasi terlebih dulu untuk mendapatkan berbagai parameter yang diperlukan. Karena keterbatasan peralatan pengujian, sifat-sifat feedstock dalam penelitian ini didekati secara matematis. Pengujian yang dilakukan adalah FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy), TGA (Thermogravimetry Analysis), dan DSC (Diffrential Scanning Calorimetry) untuk mengetahui jenis dan komposisi binder. Selanjutnya, sifat-sifat feedstock didekati secara matematis dari komposisi dan sifat individual elemen penyusun binder. III.2.1 Analisis Termal Sifat termal yang diperlukan antara lain: a. Temperatur dekomposisi binder Temperatur dekomposisi binder berguna untuk menentukan temperatur debinding. Campuran binder sebisa mungkin masih memperlihatkan sifat masing-masing komponen penyusunnya. Hal ini bertujuan agar proses debinding dapat dilakukan dengan pemanasan bertingkat (progressive heating). Temperatur dekomposisi dapat diketahui dengan TGA (Thermogravimetry Analysis). b. Temperatur leleh Temperatur leleh berguna untuk menentukan temperatur injeksi yang sesuai. Pada akhir pemanasan, yaitu tepat pada nozel mesin injeksi, feedstock harus dalam keadaan meleleh. Umumnya, injeksi dilakukan sekitar 10 o C di atas temperatur leleh. Temperatur injeksi ini tidak boleh di atas temperatur dekomposisi binder. Temperatur leleh dapat diuji dengan DSC (Diffrential Scanning Calorimetry). c. Temperatur transisi Temperatur transisi disebut juga dengan no-flow temperature, yaitu temperatur dimana polimer tepat mulai memperlihatkan sifat alir. Sifat ini berhubungan erat 19

dengan sifat viskositas feedstock. Temperatur transisi juga dapat diketahui dengan DSC (Diffrential Scanning Calorimetry). d. Specific heat,cp Specific heat dapat bervariasi sebagai fungsi temperatur. Sifat ini juga bisa diukur dengan DSC. e. Konduktifitas termal Konduktifitas termal feedstock selama proses injection molding juga berubah seiring dengan perubahan temperatur feedstock. Jika karakteristik tersebut tidak diketahui maka dapat didekati dengan harga konduktifitas termal pada temperatur injeksi. III.2.2 FTIR FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy) digunakan untuk mengkarakterisasi jenis binder yang ada di dalam feedstock. FTIR dapat memberikan informasi gugus polimer yang ada di dalam sampel. Karena binder tersusun oleh beberapa jenis polimer maka spektrum FTIR yang diperoleh merupakan gabungan dari spektrum gugus yang dimiliki oleh polimer penyusunnya. Hal ini menyebabkan pengambilan kesimpulan mengenai jenis dan komposisi binder menjadi sulit dilakukan dan masih harus digabungkan dengan teknik karakterisasi lainnya. III.2.3 Penentuan Jenis dan Komposisi Binder Untuk menentukan jenis dan komposisi penyusun binder diperlukan beberapa teknik karakterisasi yang masing-masing memberikan informasi tertentu yang kemudian digabungkan secara simultan untuk dijadikan dasar pengambilan kesimpulan mengenai jenis dan komposisi binder. Dalam penelitian ini, jenis polimer penyusun binder ditentukan dengan menggabungkan informasi dari literatur, thermal analysis (TGA dan DSC), dan FTIR. Setiap jenis polimer yang umum digunakan sebagai binder diperiksa kecocokan temperatur transisi, temperatur leleh, temperatur dekomposisi, dan keterlihatan peak pada spektrum FTIR yang mewakili gugus kimia yang dimiliki oleh setiap jenis polimer tersebut. Komposisi ditentukan dengan memperhatikan 20

pengurangan berat yang terjadi pada tiap-tiap dekomposisi pada hasil pengujian TGA. Jika jenis polimer diketahui maka fraksi volume binder dapat diketahui dari fraksi berat yang diperoleh dari TGA. III.2.4 Metoda Pendekatan Sifat Campuran Binder - Serbuk Logam Dalam hal sifat feedstock tidak tersedia dan sulit untuk melakukan pengujian, maka dapat dilakukan pendekatan secara matematis. Metode ini mendekati sifat campuran dengan memperhitungkan sifat padatan dan lelehan binder. Ada beberapa persamaan penting yang diperlukan untuk pendekatan matematis tersebut, yaitu : a. Rules of Mixture Menurut rules of mixture, sifat campuran serbuk padat dengan binder ditentukan oleh sifat padatan, sifat lelehan binder, dan besarnya fraksi volume serbuk terhadap binder (solid loading). Persamaan rules of mixture adalah sebagai berikut [6]: Y m =Y b + Φ (Y p Y b ) dimana : Ym = sifat campuran Yb = sifat murni binder Yp = sifat murni padatan Φ = solid loading. Persamaan tersebut dapat diterapkan untuk koefisien ekspansi termal, temperatur transisi, konduktifitas termal dan kapasitas panas (heat capacity). b. Logarithmic Additivity Rule Untuk temperatur dan laju regangan konstan, viskositas binder yang terdiri dari beberapa campuran dapat didekati dengan logarithmic additivity rule [6] sebagai berikut : n ( b ) Wi ( ηi ) ln η = ln, i= 1 dimana : η i = viskositas elemen binder 21

W i n η b = fraksi berat elemen binder = jumlah elemen penyusun binder = viskositas binder. c. Viskositas Relatif Suspensi Viskositas lelehan feedstock meningkat seiring dengan bertambahnya fraksi volume serbuk logam. Perbandingan antara viskositas binder murni dan viskositas campuran binder serbuk logam disebut dengan viskositas relatif (relative viscosity). Teori mengenai pengaruh kandungan serbuk dalam binder ini sempat beberapa kali mengalami perkembangan, dimulai oleh Einstein [6,11] pada tahun 1906 dan yang terakhir membuktikan secara eksperimental adalah Krieger dan Dougherty [11] pada tahun 1959. Akan tetapi, semua teori tersebut sependapat bahwa parameter yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah fraksi volume serbuk logam (solid loading). Persamaan Krieger dan Dougherty tersebut adalah sebagai berikut [11]: η η o 2, 5 ( 1 ) = CV, dimana η : viskositas suspensi η 0 : viskositas binder C : konstanta 1,35 < C < 1,91 V : solid loading (dalam terminologi German dilambangkan dengan Φ. III.3 Simulasi Proses simulasi dengan perangkat lunak simulasi injection molding dapat dijelaskan sebagaimana flowchart pada Gambar III.2. Sedangkan detail pelaksanaan simulasi adalah sebagai berikut: III.4.1 Pemodelan Geometri Komponen Moldflow Plastic Insight merupakan perangkat lunak analisis injection molding yang tidak dilengkapi dengan fasilitas pembangunan model geometris. Oleh 22

karena itu, cara paling mudah untuk membuat model geometris komponen yang akan dianalisis adalah dengan menggunakan perangkat lunak CAD lain. File model CAD tersebut kemudian di-import ke dalam Moldflow dengan mendefinisikan terlebih dulu jenis mesh yang akan digunakan. Kemampuan import terhadap beberapa jenis file sistem CAD tersebut difasilitasi oleh aplikasi Moldflow Design Link, yaitu program add-on Moldflow yang mampu membaca berbagai jenis file CAD dan meng-import ke dalam Moldflow. Aplikasi ini bekerja di belakang layar. File-file yang bisa di-import adalah seperti yang terdapat dalam Tabel III.1. START Pemodelan Geometri Komponen di Software CAD Import Model dan Meshing ke Moldflow Pemodelan Rongga Cetak dan Gating System Pemodelan Saluran Pendingin Pendefinisian : - Material - Jenis Analisis - Process Setting SIMULASI OK? No STOP Yes Gambar III.2 Flowchart Proses Simulasi 23

Tabel III.1 Jenis File yang Dapat Di-import ke Moldflow [10] Format File suffix Description Catia V5 catpart CATIA V5 part file, versi 6 to 13-SP5 Pro/ENGINEER prt Pro/ENGINEER part file, semua versi hingga Wildfire2 SolidWorks 2004 sldpart SolidWorks 2004 native file format Parasolid x_t,xmt,xmt_txt Parasolid Transmit File Format (ASCII), versi 16.0 atau sebelumnya Parasolid x_b,xmb Parasolid Transmit File Format (binary), versi 16.0 atau sebelumnya STEP stp,step STEP AP203 dan AP214 Class II, class III, class IV, class V entities dan class VI entities dan assemblies III.4.2 Import Model dan Meshing Model dibuat dalam salah satu tipe file dari file yang dapat di-import oleh Moldflow (Tabel III.1) kemudian di-import ke dalam Moldflow. Pada waktu meng-import file model tersebut didefinisikan jenis meshing yang akan digunakan dalam analisis elemen hingga. Dari ketiga jenis meshing yang dijelaskan pada Bab II, jenis fusion mesh paling baik digunakan karena cukup mewakili model secara keseluruhan dan memberikan output paling lengkap (Tabel II.1). Penggunaan fusion mesh akan menghasilkan jumlah elemen yang tidak terlalu besar sehingga simulasi dapat dijalankan dengan ringan. Gambar III.3 Fusion Element Aspect Ratio [10] Setelah model di-import ke dalam Moldflow dan sudah berbentuk elemen-elemen mesh kemudian model dimanipulasi dengan penggandaan (copy), rotasi, atau pemindahan (move) sehingga diperoleh sejumlah rongga cetak yang diinginkan dengan letak sesuai dengan yang direncanakan. Pengecekan terhadap keberhasilan meshing perlu dilakukan untuk memperbaiki aspect ratio keseluruhan elemen, memeriksa adanya elemen yang overlap, dan menggabungkan nodal-nodal yang berdekatan tapi belum terdefinisikan sebagai elemen yang berhubungan. Pemeriksaan ini harus dilakukan karena jika ada satu saja elemen yang tidak 24

berhubungan dengan elemen lain di dekatnya maka dapat menyebabkan simulasi tidak dapat berjalan. Pada fusion mesh, aspect ratio adalah perbandingan antara tinggi terkecil dan panjang sisi terpanjang segitiga (h/w pada Gambar II.3). III.4.3 Pemodelan Gating System dan Cooling Circuit Gating system terdiri dari sprue, runner, dangate. Dalam Moldflow, gating system dimodelkan dengan elemen beam (elemen garis). Setiap elemen dapat didefinisikan bentuk dan ukuran penampangnya. Jika pada satu cetakan terdapat banyak rongga cetak (multicavity) maka aliran ke semua rongga cetak harus dibuat seimbang. Keseimbangan ini bisa diperoleh dengan mengatur ukuran penampang runner dan gate ke setiap rongga cetak. Jika diinginkan simulasi pembekuan, maka pemodelan saluran pendingin (cooling circuit) mutlak diperlukan. Hal yang harus didefinisikan antara lain lintasan saluran, penampang saluran, jenis cairan pendingin, titik letak cairan memasuki saluran, temperatur awal cairan, dan debit aliran. Basis data sifat cairan juga perlu dicek sesuai dengan cairan pendingin yang digunakan. III.4.4 Input Simulasi Untuk melakukan simulasi injection molding, diperlukan berbagai macam data input. Akurasi data input sangat mempengaruhi hasil simulasi yang dijalankan. Input data tersebut tersimpan dalam berbagai basis data. Data yang harus disediakan antara lain : a. Basis data material : - data sifat termal, - data sifat rheologis, - data sifat hubungan tekanan-volume-temperatur (PVT properties), - data sifat mekanis, - data penyusutan, dan - data material filler. b. Basis data mesin - datainjection unit, 25

- datahydraulic unit,dan - dataclamping unit. c. Basis data controller Basis data controller mendefinisikan parameter-parameter proses selama proses injection molding berlangsung seperti filling control, velocity/pressure switchover, pack/holding control, mold temperature control, ejection criteria, dan durasi pembukaan cetakan antar siklus injeksi. d. Data-data lain Untuk analisis pendinginan data cairan pendingin juga diperlukan. Pendefinisian data meshing juga seringkali diperlukan, misalnya data yang menerangkan bentuk dan ukuran runner, sprue, atau gate. III.4.5 Simulasi Setelah semua data dan pengaturan yang diperlukan selesai maka simulasi dapat dijalankan. Jenis simulasi harus ditentukan terlebih dulu, misalnya Fill, Flow+Packing, Cooling, Design of Experiment, dan sebagainya. Moldflow akan mengecek semua hal yang diperlukan untuk setiap jenis simulasi. Lama simulasi tergantung pada kemampuan hardware, jenismeshing, dan jumlah elemen. Hasil simulasi perlu diteliti ulang, jika ada peringatan error (warning massage) makaharus dicek apakah error tersebut bisa dibiarkan atau tidak. Jika termasuk error yang fatal maka harus dilakukan perbaikan. Penyebab error tersebut mungkin pada kesalahan data input basis data, kesalahan desain, dan bisa juga pada kerusakan meshing elemen. 26