METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Soppeng, sedangkan analisa sampel

dokumen-dokumen yang mirip
BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

METODOLOGI. Tempat dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah.

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Lampiran 1. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji et al ., 2007)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

II. BAHAN DAN METODE

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B.

LAMPIRAN. Siapkan semua limbah kotoran babi dalam keadaan segar

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji, dkk., 2007)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis. 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

Lampiran 1. Prosedur Analisis

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE. Materi

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai perlakuan, bahan tambahan dan bahan kimia yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

III. METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Protein Kasar (Analisis Kjeldahl) (1) Mengambil contoh sampel sebanyak 2 mililiter (Catat sebabai A gram)

LAHPIRAB. Bahan yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 1-2g. dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan angka-angka data analisis menggunakan statistik. Hijau Tridharma Andounohu Kendari, Sulawesi Tenggara.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

METODE. Materi. Rancangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODOLOGI A.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di lokasi peternakan Sapi Bali yakni

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

Transkripsi:

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Soppeng, sedangkan analisa sampel dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan, penelitian ini berlangsung selama 6 bulan dimulai dari Juli 2003 sampai dengan Januari 2004. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan dua tahapan, yaitu tahap pertama adalah mengetahui gambaran umum sapi potong di Kabupaten Soppeng dan tahap kedua adalah mengetahui potensi dan daya dukung limbah pertanian sebagai pakan sapi potong di Kabupaten Soppeng. Penelitian Tahap I Gambaran Umum Sapi Potong di Kabupaten Soppeng Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum sapi potong di Kabupaten Soppeng yaitu meliputi produktivitas, struktur populasi (ST), kepemilikan ternak dan kepadatan ternak sapi potong. Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait.

13 Analisis data: 1. Produktivitas Sapi Potong Produktivitas sapi potong di Kabupaten Soppeng yang dianalisis meliputi jumlah populasi, pemotongan ternak dan produksi daging dalam kurun waktu lima tahun terakhir (1998 2002) dengan menghitung persentase pertumbuhan pertahun. 2. Struktur Populasi Sapi Potong dalam Satuan Ternak (ST) Perhitungan struktur populasi ternak sapi potong digunakan nilai konversi (persentase) dari ternak anak, muda dan dewasa terhadap populasi sapi potong. Sedangkan untuk menghitung jumlah populasi sapi potong dalam satuan ternak (ST), dianalisis dengan menghitung populasi sapi potong berdasarkan struktur populasi (ekor) dikalikan dengan nilai standar satuan ternak. Standar satuan ternak yang dimaksud adalah berdasarkan satu ekor sapi yang sudah memasuki usia dewasa atau sudah mulai kawin. Nilai persentase dan standar ST yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Struktur populasi dan standar satuan ternak sapi potong menurut umur ternak Uraian Sapi Anak Muda Dewasa Struktur Populasi (%) 16,99 26,88 56,33 Standar Satuan Ternak (ST) 0,25 0,60 1,00 Sumber : Dinas Peternakan Sul-Sel, (2002)

14 3. Kepemilikan Sapi Potong Tingkat kepemilikan sapi potong suatu kecamatan dihitung berdasarkan jumlah populasi sapi potong dalam satuan ternak (ST) terhadap jumlah rumah tangga (RT) pemilik sapi potong dalam suatu wilayah kecamatan. Rumus : Kepemilikan sapi potong = Populasi sapi potong RT pemilik sapi potong 4. Kepadatan Ternak Kepadatan kepadatan ekonomi, ternak dibedakan dalam tiga tipe kepadatan yaitu kepadatan usaha tani dan kepadatan wilayah (Ashari et al., 1995) 1) Kepadatan ekonomi sapi potong diukur dari jumlah populasi dalam 1000 penduduk. Populasi sapi potong (S T ) Kepadatan Ekonomi = x 1000 Penduduk Kriteria yang digunakan yaitu sangat padat >300, padat >100-300, sedang 50-100 dan jarang <50. 2) Kepadatan usaha tani diukur dari jumlah populasi sapi potong per hektar lahan usaha tani. Kepadatan Usaha Tani = Populasi sapi potong (S T ) Luas lahan garapan (ha) Luas lahan yang dimaksud adalah luas sawah dan luas kebun,

15 Kriteria yang digunakan yaitu kategori sangat padat >2, padat >1-2, sedang 0.25-1.0 dan jarang <0.25. 3) Kepadatan wilayah yaitu jumlah populasi sapi potong per km 2 Kepadatan Wilayah = Populasi sapi potong (S T ) Luas Wilayah (km 2 ) Kriteria yang digunakan adalah kategori sangat padat >50, padat >20-50, sedang 10-20 dan jarang <10. 5. Tingkat Penggunaan Limbah Pertanian Untuk mengetahui tingkat penggunaan limbah pertanian dilakukan survei dan wawancara langsung dengan peternak dengan menggunakan bantuan kuisioner yang telah disiapkan. Peternak yang diwawancarai adalah peternak sapi potong yang diambil secara acak 10% pada tiap kecamatan di Kabupaten Soppeng. Penelitian Tahap II Potensi dan Daya Dukung Limbah Pertanian sebagai Pakan Sapi Potong. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi dan daya dukung limbah pertanian sebagai pakan sapi potong. Sumber Data Data sekunder diperoleh dari instansi terkait sedangkan data primer dilakukan survei dan wawancara kepada petani dengan bantuan kuisioner.

16 Proses Pengambilan Data 1. Potensi dan daya dukung limbah pertanian Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei dan wawancara kepada petani peternak dengan menggunakan bantuan kuisioner yang telah disiapkan. Data Produksi segar, produksi kering, produksi bahan kering (BK), kandungan protein kasar (PK) dan Total Digestible Nutrien (TDN) limbah pertanian dilakukan pengambilan sampel dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Liliriaja yang mewakili daerah yang beririgasi dengan bersumber dari irigasi Langkemme, Kecamatan Donri-Donri juga dipilih sebagai tempat pengambilan sampel karena kecamatan ini mewakili kecamatan yang merupakan lahan non irigasi. Dari dua kecamatan tersebut dipilih lahan secara acak untuk pengambilan sampel. Pengambilan sampel masing-masing limbah pertanian dilakukan cuplikan 5 x 5 m 2 dengan 3 kali cuplikan kemudian ditimbang dan dikeringkan selanjutnya dikompositkan untuk dianalisis, dan tiap kecamatan dibuat dua ulangan. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kualitas limbah pertanian adalah analisis proksimat berdasarkan AOAC (1990). Parameter yang dianalisis adalah bahan kering (BK), kadar air, protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK), bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan Ca, P dan Abu. Dengan prosedur seperti berikut (Sudarmadji et al, 1984): Penentuan Kadar Air - Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 2 gram dalam botol timbang yang telah dketahui beratnya - Kemudian dikeringkan dalam oven vakum salama 3 5 jam dengan suhu 95 100 o C pada tekanan yang digunakan (+ 25 mm). Kemudian

17 didinginkan dalam eksikator dan ditimbang, dipanaskan lagi selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai selisih penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,05 persen - Kadar air = berat sebelum dioven berat setelah dioven Penentuan Bahan Kering Persen bahan kering = 100% - kadar air Penentuan Serat Kasar Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau pertanian setelah diperlakukan dengan asam atau alkali mendidih, dan terdiri atas selulosa, dengan sedikit lignin dan pentosan. Prosedur penentuan serat kasar adalah sebagai berikut : - Bahan dihaluskan sampai dapat melalui ayakan 1 mm dan dicampur dengan baik - Bahan kering ditimbang 2 gram diekstraksi lemaknya dengan skhlet - Bahan dipindahkan dalam Erlenmeyer 600 ml, kemudian ditambahkan asbes yang telah dipijarkan sebanyak 0,5 gram dan zat anti buih (antifoam agent) 3 tetes - Ditambahkan 200 ml H 2 SO 4 mendidih ( 1,25 gram H 2 SO 4 pekat/100 ml = 0,255 N H H 2 SO 4 ) dan ditutup dengan pendingin balik, didihkan selama 30 menit dengan kadang kala digoyang-goyangkan - Suspensi disaring dengan kertas saring dan residu yang tertinggal dalam Erlenmeyer dicuci dengan aquades mendidih. Residu dicuci dalam kertas

18 saring sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (diuji dengan kertas lakmus) - Residu dipindahkan dari kertas saring kedalam erlenmeyer kembali dengan spatula, dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH mendidih (1,25 gram NaOH/100 ml = 0,313 NaOH) sebanyak 200 ml sampai semua residu masuk kedalam Erlenmeyer. Dididihkan dengan pendingin balik sambil kadangkala digoyang-goyangkan selama 30 menit - Disaring dengan kertas saring kering yang diketahui beratnya atau krus gooch yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya, sambil dicuci dengan larutan K 2 SO 4 10%. Dicuci lagi residu dengan aquades mendidih dan kemudian dengan lebih kurang 15 ml alkohol 95% - Kertas saring dikeringkan atau krus dengan isinya pada 110 o C sampai berat konstant (1 2 jam), didinginkan dalam desikator dan ditimbang. dikurangkan berat asbes, kalau digunakan. - Berat residu = berat serat kasar - Persen serat kasar ditentukan berdasarkan bahan kering bahan Penentuan Kadar Protein Dengan cara Makro- Kjeldahl yang dimodifikasi - Bahan yang telah dihaluskan ditimbang 1 gram dan dimasukkan dalam labu kjeldahl. Ditambahkan 7,5 gram K 2 S 2 O 4 dan 0,35 gram HgO, dan akhirnya ditambahkan 15 ml K 2 S 2 O 4 pekat. - Semua bahan dipanaskan dalam labu kjeldahl dalam lemari asam sampai berhenti berasap. Diteruskan pemanasan dengan api besar sampai

19 mendidih dan cairan menjadi jernih, pemanasan tambahan diteruskan lebih kurang satu jam. Api pemanas dimatikan dan dibiarkan menjadi dingin - Aquades ditambahkan sebanyak 100 ml dalam kjeldahl yang didinginkan dalam air es dan beberpa lempeng Zn, juga ditambahkan 15 ml larutan K 2 S 4% (dalam air) dan ditambahkan perlahan-lahan larutan NaOH 50% sebanyak 50 ml yang sudah didinginkan dalam lemari es. Labu kjeldahl dipasang pada alat destilasi. - Labu kjeldahl dipanaskan perlahan-lahan sampai dua lapisan cair tercampur, kemudian dipanaskan dengan cepat sampai mendidih - Distilat ini dicampur dalam erlenmeyeryang telah diisi dengan 50 ml larutan standar HCl (0,1N) dan 5 tetes indicator metil merah distilasi dilakukan sampai distilat yang tertampung sebanyak 75 ml - Distilat yang diperoleh dititrasi dengan standar NaOH (0,1N) sampai warna kuning. - Larutan blanko dibuat dengan mengganti bahan dengan aquades, destruksi dilakukan, distilasi dan titrasi seperti pada bahan contoh - Perhitungan %N : (ml NaOH blanko ml NaOH contoh) %N = x 100 x 14,008 gram contoh x 1000 % protein = % N x faktor Penentuan Kadar Lemak - Bahan yang sudah dihaluskan ditimbang sebanyak 2 gram (sebaiknya yang kering dan lewat 40 mesh). Dicampur dengan pasir yang telah dipijarkan

20 sebanyak 8 gram dan dimasukkan ke dalam tabung ekstraksi soxhlet dalam thimble - Air pendingin dialirkan melalui kondensor - Tabung ekstraksi dipasang pada alat distilasi soxhlet dengan pelarut petroleum ether secukupnya selama 4 jam. Setelah residu dalam tabung ekstraksi diaduk, ekstraksi dilanjutkan lagi selama 2 jam dengan palarut yang sama - Petroleum ether yang telah mengandung ekstrak lemak dan minyak dipindahkan ke dalam botol timbang yang bersih dan diketahui beratnya kemudian diuapkan dengan penangas air sampai agak pekat. Diteruskan pengeringan dalam oven 100 o C sampai berat konstan - Berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat lemak - Persen Lemak kasar ditentukan berdasarkan bahan kering bahan Penentuan Kadar Abu Penyiapan contoh Bersihkan dari segala kotoran, kalau perlu dengan pencucian seperti tanah, debu dan pasir. Keringkan bahan yang sudah bersih dalam oven atau dengan sinar matahari sampai memungkinkan untuk digiling.bahan yang telah kering tersebut digiling sampai halus sehingga dapat dilalukan melalui ayakan 40 mesh, dan disimpan dalam botol yang kering dan bersih dengan penutup yang rapat sampai saat untuk dianalisa. Timbang dengan seksama 2 10 gram contoh dalam krus porselin yang sudah kering dan telah diketahui beratnya, kemudian dipijarkan dalam muffle sampai diperoleh abu berwarna keputih-putihan. Masukkan krus dan abu ke dalam

21 eksikator dan ditimbang berat abu setelah dingin. Tentukan persen abu berdasarkan bahan kering bahan. Penentuan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) %BETN = 100% (%PK + %LK + %SK + %Abu) Perhitungan TDN dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda menurut NRC (1966) dengan menggunakan data-data hasil analisis proksimat. Dengan rumus perhitungan sebagai berikut: Sapi : % TDN = 92,464 3,338 SK 6,945LK 0,762BETN + 1,115 PK + 0,031 SK 2 0,133L 2 + 0,036(SK)(BETN) + 0,207(LK)(BETN) + 0,100 (L)(PK) 0.022 (L) 2 (PK) Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif (Mattjik dan Sumertajaya, 2000) dengan tabulasi data, konversi data dan rataan data yang diolah dengan bantuan software komputer minitab 13 dan Microsoft Excel. Analisis Data 1. Produksi Limbah Pertanian Produksi limbah pertanian dihitung berdasarkan produksi segar, produksi kering, produksi BK, PK dan TDN terhadap luas panen masing-masing limbah: a. Total Prod. Segar = Prod. segar (ton/ha) x luas panen ( b. Total Prod. Kering Udara = Prod. kering (ton/ha) x luas panen c. Prod. Total BK = Prod. BK (ton/ha) x luas panen d. Prod. PK = Prod. Total BK x kandungan PK e. Prod. TDN = Prod. Total BK x %TDN

22 2. Daya Dukung Limbah Pertanian (DDLP) Daya dukung limbah petanian adalah kemampuan suatu wilayah untuk menghasilkan pakan terutama berupa pakan hijauan yang dapat menampung bagi kebutuhan sejumlah populasi sapi potong dalam bentuk segar ataupun kering, tanpa melalui pengolahan dan tanpa pengolahan khusus dan diasumsikan penggunaannya hanya untuk sapi potong. Daya dukung limbah pertanian dihitung dengan produksi limbah petanian terhadap kebutuhan 1 ST sapi potong dalam setahun. Daya dukung limbah pertanian dihitung berdasarkan produksi segar, PK dan TDN. Dengan asumsi bahwa satu satuan ternak (1 ST) rata-rata dapat mengkonsumsi jerami segar sebanyak 7 kg/hari atau 2.555 kg/tahun (Haryanto et al., 2002), jerami kering 5 kg/hari atau 1,825 ton/tahun (Neumann and Lusby, 1986) serta kebutuhan Bahan Kering (BK) 6,25 Kg/hari (NRC, 1984), PK sebesar 0,66 kg/hari atau 240,9 kg/tahun dan kebutuhan TDN sebesar 4,3 kg/hari atau 1.569,5 kg/tahun (Ditjen Peternakan dan Fapet UGM, 1982). a. DDLP berdasar berat segar = b. DDLP berdasar berat kering = Produksi segar Rata-rata konsumsi segar 1 ST/tahun Produksi kering Rata-rata konsumsi kering 1 ST/tahun c. DDLP berdasar BK = Produksi BK Kebutuhan BK 1 ST/tahun d. DDLP berdasar PK = Produksi PK Kebutuhan PK 1 ST/tahun

23 e. DDLP berdasar TDN = Produksi TDN Kebutuhan TDN 1 ST/tahun 3. Kapasitas Peningkatan Sapi Potong (KPSP) Nilai kapasitas peningkatan sapi potong disuatu kecamatan dihitung sebagai selisih antara daya dukung limbah pertanian dengan jumlah populasi sapi potong yang ada saat ini yang dihitung dengan satuan yang sama yaitu ST (Lembaga Penelitian IPB, 2001) 4. Indeks Daya Dukung Limbah Pertanian (IDDLP) Indeks daya dukung limbah pertanian (IDDLP) dihitung dari total pakan dari masing-masing limbah pertanian yang tersedia terhadap jumlah kebutuhan pakan bagi sejumlah populasi sapi potong di wilayah itu (Juarini dan Sumanto. 2000). Indeks daya dukung limbah pertanian dihitung berdasarkan berat segar, produksi PK dan TDN Total Produksi Segar IDDLP berdasar berat segar = populasi (ST) x Rata-rata konsumsi segar 1ST/th Total Produksi Kering IDDLP berdasar berat Kering = populasi (ST)xRata-rata konsumsi kering 1ST/th IDDLP berdasar BK = Total Prod. BK populas i (ST) x kebutuhan BK 1 ST/th

24 IDDLP berdasar PK = Total Prod. PK populasi (ST) x kebutuhan PK 1 ST /th Total Prod. TDN IDDLP berdasar TDN = populasi (ST) x kebutuhan T DN 1 ST /th Status daya dukung pakan menurut indeks daya dukung pakan membedakan kriteria : sangat kritis <2, kritis 2-3, rawan >3-4, aman >4-5 dan sangat aman >5 (Ashari et al, 1995). 5. Strategi Pengembangan Limbah Pertanian sebagai Pakan Sapi Potong di Kabupaten Soppeng Analisis yang digunakan adalah analisis SWOT, yaitu merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengambilan keputusan. Dalam analisis SWOT ini dilakukan dengan wawancara kepada peternak dan aparat peternakan serta orang yang dianggap mengetahui penelitian ini untuk mengumpulkan berbagai informasi yang selanjutnya dilakukan diskusi untuk merumuskan strategi pengembangan limbah pertanian sebagai pakan sapi potong di Kabupaten Soppeng. Analisis SWOT yang digunakan meliputi faktor internal strenghts (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) serta faktor eksternal opportunities (peluang) dan threats (ancaman) yang dihadapi daerah yang bersangkutan (Rangkuti, 2002).

25 Penerapan strategi pengembangan sapi potong di Kabupaten Soppeng didasarkan perhitungan matrik faktor strategi ekstenal (EFAS) dan matrik strategi Internal (IFAS) terlebih dahulu dengan masing-masing faktor diberi nilai. 1. Bobot nilai dalam matrik EFAS a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman masingmasing pada kolom 1 b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, dari nilai 100 (sangat penting) sampai 0 (tidak penting). Semua bobot tidak boleh melebihi skor total 100. c. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari +4 sampai dengan +1 berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi daerah yang bersangkutan. Nilai +4 untuk pengaruh yang semakin besar, nilai +1 untuk pengaruh yang semakin kecil. Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. e. Menjumlah skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan. f. Hitung selisih antara bobot peluang dan ancaman 2. Bobot nilai dari matrik IFAS a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan masingmasing pada kolom 1

26 b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, dari nilai 100 (sangat penting) sampai 0 (tidak penting). Semua bobot tidak boleh melebihi skor total 100. c. Menghitung rating (dalam kolom 3 ) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari +1 sampai dengan +4 berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi daerah yang bersangkutan. Nilai +4 untuk pengaruh yang semakin besar, +1 untuk pengaruh yang semakin kecil. Pemberian nilai rating kelemahan adalah kebalikannya. d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. e. Menjumlah skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan. 3. Untuk strategi pengembangan limbah pertanian sebagai pakan sapi potong dibuatkan matrik SWOT dari matrik IFAS dan EFAS, agar diperoleh koordinat posisi strategi yang akan digunakan. PELUANG 3. Konservasi 1. Agresif KELEMAHAN KEKUATAN 4. Defensif 2. Diversifikasi ANCAMAN Gambar 1 Diagram analisis SWOT

27 Keterangan : Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, tetapi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka penjang dengan cara strategi diversifikasi. Kuadran 3 : Kondisi dengan peluang sangat besar tetapi dilain pihak mempunyai berbagai kelemahan internal. Strategi yang dilaksanakan adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik. Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana menghadapi berbagai macam ancaman dan kelemahan internal. Untuk itu diperlukan strategi defensif yaitu usaha-usaha yang didasarkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat defensif serta berusaha menghindari ancaman dan meminimalkan kelemahan.