PMKS YANG MENERIMA BANTUAN SOSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

KATA PENGANTAR. Banjarmasin, 10 Januari 2015 KEPALA DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS SOSIAL PROVINSI BALI PERIODE

INDIKATOR KINERJA UTAMA

LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM. Dinas Sosial 1.

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG /JASA SUKU DINAS SOSIAL KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN ANGGARAN 2012

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA PAREPARE RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Memberikan jaminan sosial kepada warga masyarakat, khususnya penyandang masalah sosial;

RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 101

KEPALA DINAS UPTD SEKRETARIAT BIDANG PARTISIPASI SOSIAL DAN MASYARAKAT BIDANG REHABILITASI SOSIAL BIDANG PELAYANAN SOSIAL

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RENSTRA SKPD (2018) TARGET KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN DATA CAPAIAN PADA TAHUN AWAL PERENCANAAN (2013)

Tabel Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Maju Tahun 2016 Kota Ambon

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh suatu negara pada

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL

RENCANA STRATEGIS DINAS SOSIAL PROVINSI BALI TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS SOSIAL KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NO

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri

URUSAN WAJIB SOSIAL. Hal Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RENCANA STRATEJIK DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2008

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN DAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2011

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS SOSIAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Bandung A. Kepala Dinas B. Sekretariat

Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan

BAB II PERENCANAAN KINERJA

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN. PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Nomor : Tahun 2016

13. URUSAN WAJIB SOSIAL

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi. Hasil pelaksanaan urusan Sosial tahun 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut :

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 10 TAHUN

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

LAPORAN KEGIATAN TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

PENETAPAN KINERJA TAHUN Pembinaan Anak Terlantar bantuan.

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

Jl. Sukarno Hatta Giri Menang Gerung Telp.( 0370 ) , Fax (0370) Kode Pos TELAAHAN STAF

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

B A B I V U r u s a n W a j i b S o s i a l

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CAPAIAN KINERJA INDIKATOR INDIKATOR DAMPAK (IMPACT)

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS SOSIAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Dinas Sosial Dan Pemakaman Kota Pekanbaru

RENCANA KERJA ANGGARAN PERUBAHAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU Tahun Anggaran 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS SOSIAL Jl. Garuda No. 2 Tlp. (0374) 43229

4.3. STERATEGI DAN KEBIJAKAN PERANGKAT DAERAH DINAS SOSIAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR : 30 TAHUN 2001 TENTANG

TAGANA Relawan Sosial Penanggulangan Bencana

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS

TABEL 2.1 PENCAPAIAN KINERJA PERANGKAT DAERAH PD : DINAS SOSIAL KABUPATEN BOGOR. Target Indikator Lainnya. Target IKK

BAB II PERENCANAAN KINERJA.

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

LAPORAN KINERJA KEPALA BIDANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TAHUN 2015

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

RENCANA KERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA PARIAMAN TAHUN 2015

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA.

DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 23 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN BULELENG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota

: PERATURAN GUBERNUR TENTANG ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 62 TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 17,800, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 45,668,879, BELANJA LANGSUNG 53,024,950,000.00

BAB II PERENCANAAN KINERJA.

PRESIDEN REPUBLIK IND()NESIA BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PMKS YANG MENERIMA BANTUAN SOSIAL Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah mengatasi atau mengurangi masalah sosial yang dihadapi individu, keluarga, atau komunitas, sehingga kualitas hidup dapat ditingkatkan, memperoleh perlindungan sosial, dan secara bertahap dapat memperoleh jaminan sosial. Sasaran yang ditetapkan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah Meningkatnya Bantuan dan Perlindungan Sosial bagi PMKS dan Korban Bencana Capaian kinerja rata-rata adalah sebesar 100%. Indikator kinerja, target, dan realisasinya untuk tahun 2010 dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut: No Indikator Kinerja Target Realisasi % 1 Jumlah PMKS yang mendapat bantuan dan perlindungan 15.562 orang 15.562 orang 100 2 Jumlah PMKS dapat hidup mandiri 2.200 orang 2.200 orang 100 3 Respon Time terhadap bencana yang terjadi di wilayah DKI Jakarta 4 Jumlah PMKS yang dijangkau (ditertibkan) di wilayah DKI Jakarta 3 jam 3 jam 100 10.000 orang 10.292 orang 100 Rata-rata capaian kinerja 100 Untuk mencapai sasaran ini dilaksanakan berbagai program dan kegiatan senilai Rp. 33.335.330.416 atau 94,35% dari Rp. 35.330.860.000 anggaran yang disediakan.

Peningkatan kualitas hidup Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)terus diupayakan dengan arah kebijakan Penanganan PMKS yang terintegrasi dengan melibakan unit terkait dalam menjangkau PMKS melalui rehabilitasi, perlindungan, pembinaan, penyaluran, dan resosialisasi. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga terus meningkatkan kerjasama dengan dunia usaha, lembaga sosial dan masyarakat dalam penanganan PMKS di DKI Jakarta. Hasil akhir dari pembinaan di PMKS yang potensial adalah kemandirian. Dengan bekal pelatihan keterampilan PMKS dapat bekerja ataupun membuka usaha sendiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa tergantung orang lain. Selain itu Pemerintah DKI Jakarta terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan terhadap korban bencana dengan cara meningkatkan sarana dan prasarana serta melibatkan masyarakat yang telah diberikan pelatihan pengelolaan dapur umum agar korban bencana cepat mendapatkan bantuan. Upaya Pemerintah DKI Jakarta untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dan sejahtera melalui penanganan PMKS dan keluarga miskin memperoleh hasil yang cukup menggembirakan, dibandingkan tahun 2010 capaian tersebut terlihat dari : - Jumlah anak terlantar dan anak jalanan yang menerima bantuan sosial dan pemenuhan kebutuhan dasar Jumlah anak terlantar dan anak jalanan yang ditargetkan mendapat bantuan sosial pemenuhan kebutuhan dasar sebanyak 5.328 orang dapat direalisasikan 100% melalui kegiatan Pemenuhan kebutuhan dasar anak di Rumah Singgah sebanyak 364 anak dan di NPSAA 3.394 anak. Selain itu juga perlindungan sosial anak yang berhadapan dengan hukum sebanyak 131 orang dan adopsi anak sebanyak 113 anak. Dalam rangka Hari Anak Nasional Dinas Sosial juga memberikan santunan kepada 1100 anak. Dibandingkan dengan target tahun 2010 jumlah anak terlantar dan anak jalanan mendapat bantuan sosial sebanyak 3.000 anak, pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebanyak 2.328 anak atau sekitar 77%. Kenaikan tersebut dikarenakan adanya kenaikan jumlah anak di NPSAA yang menerima bantuan pemenuhan

kebutuhan dasar yang sebelumnya pada tahun 2010 sebanyak 1.500, tahun 2011 meningkat menjadi 3.394 anak. Penambahan jumlah anak terlantar dan anak jalanan yang mendapat pelatihan keterampilan dan modal usaha dimaksudkan untuk mendukung komitmen Gubernur Provinsi DKI Jakarta bahwa Jakarta Bebas Anak Jalanan pada tahun 2012. - Jumlah lansia terlantar menerima bantuan pemenuhan kebutuhan dasar Jumlah lansia terlantar sebanyak 3311 orang yang ditargetkan mendapatkan bantuan sosial dapat terealisasi 100% melalui kegiatan Pemenuhan kebutuhan dasar di Pusaka sebanyak 3161 orang dan Perlindungan Lanjut Usia sebanyak 150 orang. Pada tahun 2010 jumlah lansia terlantar yang mendapat bantuan sosial sebanyak 1.500 sehingga jika dibandingkan dengan tahun 2011 ada kenaikan sebesar 1.811 orang atau 100% lebih. Kenaikan tersebut dikarenakan ada penambahan lansia terlantar di Pusat Santunan Keluarga (Pusaka) yang mendapat bantuan pemenuhan kebutuhan dasar yang semula tahun 2010 sebanyak 1.500 orang menjadi 3.161 pada tahun 2011. - Jumlah keluarga miskin yang mendapat bantuan sosial Jumlah keluarga miskin yang mendapat santunan sebanyak 425 keluarga atau sesuai target yang direncanakan melalui kegiatan Perlindungan sosial keluarga miskin sebanyak 400 orang dan Asuransi Keluarga Miskin sebanyak 25 orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 jumlah keluarga miskin yang mendapat santunan sebesar 600 orang, tahun 2011 memang mengalami penurunan sebesar 175 orang. Hal ini disebabkan tahun 2011 bantuan untuk keluarga lebih diarahkan kepada bantuan kemandirian seperti pelatihan keterampilan dan bantuan modal usaha ekonomi produktif serta penguatan Lembaga Keuangan Mikro Sosial (LKMS) untuk pengembangan KUBE keluarga miskin.

- Jumlah orang terlantar yang menerima bantuan sosial dan pemulangan ke daerah asal Jumlah orang terlantar yang dapat dipulangkan sebanyak 4.985 orang sesuai dengan target yang direncanakan yang disesuaikan dengan jumlah anggaran. Bantuan sosial yang diberikan berupa tiket perjalanan melalui jalur darat dan bantuan permakanan. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 jumlah orang terlantar yang dipulangkan sebanyak 3.984 orang, tahun 2011 mengalami kenaikan sebanyak 1.001 orang atau 25%. - Jumlah anak terlantar, anak jalanan dan remaja bermasalah yang mendapat pembinaan keterampilan dan bantuan modal usaha Jumlah anak terlantar yang ditargetkan mendapat bimlat keterampilan dan bantuan usaha ekonomi produktif sebanyak 500 orang dapat tercapat 100% melalui kegiatan Penguatan kemandirian anak terlantar sebanyak 100 anak, Pemberdayaan orang tua dan anak jalanan sebanyak 150 orang, Pemberdayaan rumah singgah sebanyak 250 anak. Anak terlantar yang diberikan pelatihan dan modal usaha adalah anak usia 15 tahun ke atas yang sudah putus sekolah. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat hidup mandiri. Sedangkan pemberdayaan orang tua dan anak jalanan dimaksudkan agar baik orang tua maupun anak jalanan itu sendiri dapat mandiri dan tidak mencari nafkah di jalanan. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 anak terlantar dan anak jalanan yang mendapat pelatihan keterampilan dan modal usaha sebanyak 300 anak, tahun 2011 mengalami kenaikan sebanyak 200 anak atau sekitar 67%. Penambahan jumlah anak terlantar dan anak jalanan yang mendapat pelatihan keterampilan dan modal usaha dimaksudkan untuk mendukung komitmen Gubernur Provinsi DKI Jakarta bahwa Jakarta Bebas Anak Jalanan pada tahun 2012.

- Jumlah lansia terlantar yang mendapat pembinaan keterampilan dan bantuan modal usaha Jumlah lansia terlantar yang mendapat bantuan modal sebanyak 350 orang dapat direalisasikan 100% melalui kegiatan Pengembangan UEP bagi lanjut usia. Lansia terlantar yang diberikan bantuan UEP adalah mereka yang masih potensial namun tidak mempunyai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pada tahun 2011 ini jumlah lanjut usia terlantar yang mendapat bantuan modal UEP meningkat 250 orang atau sekitar 250% dari tahun 2010 yang hanya 100 orang. Permasalahan yang dihadapi adalah lanjut usia kurang mampu untuk mengelola modal usaha, sehingga membutuhkan pengawasan dan pendampingan secara rutin dan berlanjut agar usaha mereka dapat berjalan terus. - Jumlah Keluarga miskin yang mendapat pembinaan keterampilan dan bantuan modal usaha Jumlah keluarga miskin yang ditargetkan mendapat bantuan usaha ekonomi produktif sebanyam 950 orang dapat tercapai 100% melalui kegiatan Penguatan Kemandirian keluarga Miskin melalui LKMS dan LK3 dan Penguatan Kemandirian keluarga Miskin melalui UEP dan KUBE sebanyak 950 orang. Dengan adanya bantuan UEP bagi keluarga miskin diharapkan keluarga miskin dapat memperoleh penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya. Untuk mendukung UEP keluarga miskin dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) keluarga miskin Dinas Sosial juga memperkuat Lembaga Keuangan Mikro Sosial (LKMS) sebagai koordinator sekaligus pembina KUBE keluarga miskin. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 jumlah keluarga miskin yang mendapat pelatihan keterampilan dan bantuan modal usaha sebanyak 500 keluarga, tahun 2011 mengalami peningkatan sebanyak 450 keluarga atau 90%. Hal ini berdasarkan program prioritas tahun 2011 adalah penanggulangan kemiskinan sehingga anggaran untuk pemberdayaan keluarga miskin ditingkatkan.

- Jumlah Korban Tindak Kekerasan yang mendapat pelatihan dan modal usaha Korban Tindak Kekerasan yang mendapat bimlat keterampilan sebanyak 250 orang atau 100% dari target yang direncakan melalui kegiatan Advokasi dan Penguatan Kemandirian Korban Tindak Kekerasan/Pekerja Migran. Pada tahun 2010 penanganan korban tindak kekerasan hanya berbentuk bimbingan sosial dan mental untuk memulihkan kepercayaan diri dan menghilangkan rasa trauma. Pada tahun 2011 Penanganan korban tindak kekerasan selain diarahkan pada bimbingan sosial dan mental serta perlindungan dari tindak kekerasan juga diarahkan pada kemandirian korban tindak kekerasan melalui pelatihan keterampilan dan bantuan modal usaha. - Jumlah PMKS jalanan yang mendapat pelatihan dan modal usaha PMKS jalanan yang mendapat bimlat keterampilan sebanyak 200 orang atau 100% dari target yang direncakan melalui kegiatan Penguatan kemandirian Rehabilitasi Tuna Sosial. Tuna Sosial yang mendapat bimlat keterampilan dan bantuan modal usaha adalah gelandangan dan pengemis yang berhasil dijangkau oleh petugas di jalanan. Gelandangan dan pengemis tersebut diberikan pelatihan service HP dan kemudian diajarkan cara pengelolaan usaha. Diharapkan setelah mengikuti bimlat dan diberikan modal usaha mereka dapat hidup mandiri dan tidak berkeliaran di jalanan. Pada tahun 2010 jumlah PMKS jalanan yang mendapat bimlat keterampilan dan bantuan modal usaha sebanyak 50 orang sehingga jika dibandingkan dengan tahun 2011 ada kenaikan sebesar 150 orang atau 300%. Permasalahan yang dihadapi dalam pembinaan PMKS jalanan adalah gelandangan dan pengemis masih sulit untuk diarahkan hidup mandiri dengan berwirausaha karena mereka sudah terbiasa hidup di jalanan dengan mengandalkan belas kasihan orang tanp mau bekerja. - Jumlah penyandang cacat yang menerima bantuan dan perlindungan sosial Penyandang cacat yang mendapat santunan sebanyak 1480 orang atau 100% dari target yang direncanakan melalui kegiatan Perlindungan bagi Penyandang cacat di provinsi DKI Jakarta sebanyak 200 orang, Jaminan Sosial bagi Penyandang cacat

berat sebanyak 50 orang, Penyelenggaraan Gebyar HIPENCA sebanyak 1000 orang Pembinaan WBS di Malang, Lampung dan Demak sebanyak 140 orang, Apresiasi Kompetisi Penyandang cacat Tk. Provinsi DKI Jakarta sebanyak 90 orang Jika dibandingkan dengan tahun 2010 jumlah penyandang cacat yang mendapat bantuan sosial sebanyak 1.255 orang, tahun 2011 mengalami peningkatan sebanyak 225 atau 17,9%. Selain peningkatan secara kuantitas, bantuan sosial untuk penyandang cacat juga mengalami peningkatan secara kualitas yaitu dengan adanya jaminan kepada penyandang cacat berat berupa bantuan uang Rp.300.000 per orang per bulan selama 1 (satu) tahun. - Jumlah penyandang cacat yang menerima bantuan alat bantu dan penyediaan aksesibilitas Pada tahun 2011 Penyandang cacat yang mendapat alat bantu fisik sebanyak 33 orang atau 100% dari target yang direncanakan. Tahun 2010 jumlah penyandang cacat yang mendapat alat bantu fisik sebanyak 40. Jika dilihat perbandingan jumlah penerima maka tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 7 orang atau 21%. Hal ini disebabkan pemberian alat bantu fisik berdasarkan permohonan dari penyandang cacat. Selain itu pemberian alat bantu fisik dilakukan oleh Suku Dinas Sosial Kota Administrasi sedangkan Dinas Sosial sebagai pendukung jika anggaran Suku Dinas Sosial Kota Administrasi sudah terserap seluruhnya. - Jumlah penyandang cacat yang mendapat pelatihan keterampilan dan bantuan UEP Penyandang cacat yang mendapat bantuan UEP sebanyak 200 orang sesuai target yang direncanakan melalui kegiatan kegiatan Pengembangan UEP bagi Penyandang cacat potensial. Bimlat keterampilan dan bantuan UEP diberikan kepada penyandang cacat potensial sehingga mereka memperoleh penghasilan dan dapat hidup mandiri. Pada tahun 2010 penanganan penyandang cacat hanya diarahkan kepada santunan sosial dan pemberian alat bantu fisik sedangkan tahun 2011 diarahkan kepada kemandirian melalui pemberdayaan penyandang cacat. Permasalahan yang

dihadapi dalam pelakanaan kegiatan adalah kurangnya kepercayaan diri penyandang cacat sehingga mereka sulit untuk berwirausaha secara mandiri. Untuk itu Dinas Sosial memberikan pendampingan kepada penyandang cacat yang menerima bantuan UEP agar mereka dapat mengembangkan usahanya. - Responstime penanggulangan bencana Pada tahun 2011 ini Dinas Sosial berhasil mempertahankan responsime penanganan bencana selama 3 jam hal ini didukung oleh kegiatan Kesiapsiagaan bencana, Pengadaan Peralatan dapur Umum Mandiri untuk pelayananan sosial Penanggulangan Korban Bencana. Selain itu juga Dinas Sosial memberikan pelatihan Dapur Umum kepada pilar-pilar sosial (Karang Taruna, PKK, PSM) sehingga ketika bencana terjadi mereka sudah siap untuk membuka dapur umum mandiri. Untuk peralatan dapur umum mandiri sudah terpenuhi 106 titik lokasi rawan bencana di 5 wilayah DKI Jakarta. Untuk pembinaan Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang merupakan garda terdepan dalam penanggulangan bencana, saat ini Dinas Sosial mempunyai 1.752 orang dan setiap tahun Dinas Sosial memberikan pelatihan peningkatan kemampuan. - Jumlah PMKS jalanan yang ditertibkan Jumlah PMKS yang ditertibkan sebanyak 10.000 sedangkan target 10.292 orang sehingga melebihi targer yang direncanakan. Dalam penertiban PMKS jalanan Dinas Sosial bekerjasama dengan instansi terkait seperti Kepolisian dan Satpol PP. Pelaksanaan penertiban PMKS dilakukan baik siang hari maupun malam hari dan dilakukan secara bertutup. Hasil dari penertiban kemudian disalurkan ke Panti Sosial Bina Insan untuk diidentifikasi dan dibina yang selanjutnya dirujuk ke panti sosial yang sesuai dengan permasalahan atau dikembalikan kepada keluarga. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 jumlah PMKS yang ditertibkan sebanyak 10.088 orang, tahun 2011 ada kenaikan sebanyak 204 orang atau 2%. Hal ini disebabkan masih tingginya arus urbanisasi dari daerah lain yang ingin mengadu nasib di DKI Jakarta. Selaian itu PMKS dari daerah lain sering memanfaatkan

situasi tertentu seperti bulan suci ramadhan untuk mencari nafkah dengan mengemis yang terkadang mereka di koordinir oleh seseorang. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa seringkali penertiban PMKS di lapangan mendapat perlawanan baik dari PMKS maupun dari warga. Selain itu masih ada Lembaga Swadaya Masyarakat yang menganggap penertiban PMKS melanggar HAM tanp melihat bahwa maksud penertiban itu sendiri adalah untuk membina dan mengarahkan kehidupan yang lebih layak dan normatif.