HUBUNGAN FREKUENSI BABY SPA DENGAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 7-12 BULAN DI KLINIK BABY SPA ANANDA AMBARAWA Alif Frani Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT Background: Infant is a child in the range of age of 0-12 months. Infancy is a critical first months of life because they will adapting to the environment, changes in blood circulation, and organs which begin to function, and at the age of 29 days to 12 months, the baby will having rapid growth. Baby Spa is one of physiotherapy for the infant and it can stimulate baby's motor movement. By playing with the water, the baby s muscles will grow very well, joints grow optimally, increased body growth, and the body becomes more flexible. By swimming in the water, all of the baby's organs will be trained, because the whole body is moved from the feet, hands to the head, although not completed. In addition, the ability to control the baby's muscles will be increased because of by swimming in the water, the gravity effect is very low so as it allow the baby to more moves and all the muscles can work optimally. Purpose: This study aimed to find the correlation between of the frequency of baby spa and bodyweight in infants aged 7-12 months at Ananda Baby Spa Clinic Ambarawa. Method: This was an analytical-correlative study with retrospective approach. The samples in this study were 41 infants aged 7-12 months at Ananda Baby Spa Clinic Ambarawa. The data sampling used purposive sampling technique. The bivariate analysis used Chi Square test. Result: The respondents of infants aged 7-12 months which have baby spa in the category of routine and not routine are 36 respondents (87.8%) and 5 (12.2%), respectively, and the respondents which have and have not weight gain are 36 respondents (87.8%) and five respondents (12.2%), respectively. The result of bivariate analysis indicate that there is a correlation between frequency of baby spa and bodyweight in infants aged 7-12 months (p = 0.000). Conclusion: By using the Chi Square test obtained p-value of 0.000 < α (0.05), then Ho is accepted and it can be concluded that there is a significant correlation between the frequency of baby spa and bodyweight in infants aged 7-12 months at Ananda Baby Spa Clinic Ambarawa. Keywords: Frequency of baby spa, Bodyweight PENDAHULUAN Bayi merupakan anak dengan rentang usia 0-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi, dan pada usia 29 hari sampai 12 bulan, bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005). Baby Spa merupakan salah satu fisioterapi pada bayi dan dapat merangsang gerakan motorik bayi. Dengan bermain air, otot-otot bayi akan berkembang dengan sangat baik, persendian tumbuh secara optimal, pertumbuhan badan meningkat, dan tubuh pun menjadi lentur. Dengan berenang gerakan didalam air semua anggota tubuh bayi akan terlatih, karena seluruh anggota tubuh digerakkan mulai dari kaki, tangan hingga kepala walaupun belum sempurna. Selain itu kemampuan mengontrol otot bayi akan lebih meningkat karena pada saat berenang didalam air efek gravitasi sangat rendah sehingga memungkinkan bayi untuk bergerak lebih banyak dan semua otot pun dapat bekerja dengan optimal (Yahya, 2011). Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Prof. T. Field dan Scafidi (1986 dan 1990) menunjukkan bahwa 20 bayi prematur (berat badan 1280 dan 1176 gram), yang dipijat 3 x 15 menit selama 10 hari, mengalami kenaikan berat badan perhari 20% - 47% lebih banyak Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan Berat Badan pada Bayi Usia 7-12 Bulan di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa 1
dari yang tidak dipijat. Penelitian pada bayi cukup bulan yang berusia 1-3 bulan, yang dipijat 15 menit, 2 kali seminggu selama 6 minggu juga didapatkan kenaikan berat badan 50% yang lebih dari kontrol (Riksani, 2012). Menurut Penelitian yang dilakukan oleh ilmuan dari institut Griffith for Educational Research 2007. Mereka meneliti orang tua dari 7.000 anak di Australia, Selandia Baru dan Amerika Serika. Anak-anak yang dilibatkan dalam penelitian ini semuanya berusia dibawah 1 tahun dan penelitian berlangsung selama tiga tahun. Profesor Robyn Jourgensen, yang memimpin penelitian itu mengatakan, anakanak yang belajar berenang di usia dini memiliki banyak keterampilan dan mencapai titik pertumbuhan yang lebih cepat (Roesli,2009). Data dari Kepmenkes (2010) memaparkan 500 anak yang dilakukan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan diperoleh 97 anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Survey yang dilakukan oleh Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk (2008) dengan cara multistage random sampling di sebuah keluarahan di Jakarta Timur mendapatkan 25,5% anak mengalami keterlambatan pertumbuhan. Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan pentingnya memberikan stimulasi yang tepat bagi bayi mereka untuk mendukung pertumbuhan pada masa tumbuh kembang dapat dilakukan dengan baby spa. Selain itu di lingkungan masyarakat sekitar terdapat adanya peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada bayi yang telah megikuti baby spa, nafsu makan bayi semakin meningkat sehingga berat badan bayi semakin bertambah dan bayi terlihat sehat serta mengalami peningkatan baik dari berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala jika dibandingkan dengan bayi dengan usia yang sama yang tidak dilakukan terapi baby spa (Aditya, 2014) Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 4 Desember 2014 di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa, Kabupaten Semarang dengan mengambil data 3 bulan terakhir diperoleh data pada bulan September sampai November 2014 pengunjung baby spa sebanyak 156 bayi,yang terdiri dari usia 2 bulan sebanyak 7 bayi, usia 3 bulan sebanyak 19 bayi, usia 4 bulan sebanyak 19 bayi, usia 5 bulan sebanyak 19 bayi, usia 6 bulan sebanyak 26 bayi, usia 7 bulan sebanyak 12 bayi dan sebanyak 54 bayi diatas usia 7 bulan. Bayi yang melakukan baby spa setiap satu minggu sekali (satu bulan rutin atau teratur) pada usia 0-6 bulan akan mengalami pertambahan setiap minggu 140-200 gram. Berat badan lahir dua kali pada akhir 6 bulan pertama dan pada usia 6-12 bulan akan mengalami pertambahan setiap minggu 85-400 gram. Berat badan tiga kali berat badan lahir pada akhir tahun pertama (Roesli, 2009). Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengetahui Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan Berat Badan pada Bayi Usia 7-12 Bulan di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitic Korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel. Penelitian ini menggunakan pendekatan retrospektif yaitu dengan mengelompokkan atau mengklasifikasi kelompok terpapar dengan tidak terpapar untuk kemudian diamati sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidaknya fenomena. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai daerah penelitian adalah di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi umur 7-12 bulan yang telah melakukan baby spa pada usia 4-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda. Data yang digunakan mulai dari bulan September sampai November 2014 di klinik Baby Spa Ananda sejumlah 64 bayi. Sampel Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Alasan menggunakan purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan dengan memperhatikan kriteria inklusi dan Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan Berat Badan pada Bayi Usia 7-12 Bulan di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa 2
eksklusi sehingga klien yang dapat dijadikan sampel hanya 41 responden yang ASI Eksklusif. Analisis Data Analisa Univariat Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi Analisis Bivariat Analisis bivariat terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi Hubungan variabel ditunjukkan dengan tabulasi silang dan dengan uji statistik chi square (x 2 ) melalui komputer dengan menggunakan program SPSS. Uji analisis menggunakan rumus bivariat yaitu uji rumus chi square. Analisis Univariat HASIL PENELITIAN Jenis kelamin Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di klinik baby spa Ananda Ambarawa Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 12 29.3 Perempuan 29 70.7 Total 41 100,0 Berdasar Tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 29 (70.7 %) responden. Frekuensi Baby Spa Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi baby spa di klinik baby spa Ananda Ambarawa Frekuensi SPA Frekuensi Persentase (%) Rutin 36 87.8 Tidak Rutin 5 12,2 Total 41 100 Pada Tabel 2 dijelaskan bahwa dari 41 responden yang diteliti sebanyak 36 (87.8 %) responden melakukan baby SPA secara rutin Kenaikan Berat Badan Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kenaikan berat badan di klinik baby spa Ananda Ambarawa Kenaikan berat badan Frekuensi Persentase (%) Naik 36 87.8 Tidak naik 5 12,2 Total 41 100 Pada Tabel 3 dijelaskan bahwa dari 41 responden yang diteliti sebanyak 36 (87.8 %) responden mengalami kenaikan berat badan > 1000 gram. Analisis Bivariat Tabel 4. Hasil frekuensi baby spa dengan berat badan di klinik Baby Spa Ananda Ambarawa (cross tabs) Kenaikan berat badan Total p-value OR Naik Tidak naik Frekuensi SPA Rutin 36 0 36 0.000 Tidak rutin 0 5 5 Total 36 5 41 Hasil tabulasi silang didapatkan hasil bahwa responden yang melakukan SPA secara rutin dan mengalami kenaikan berat badan > 1000 gr sebanyak 36 responden, sedangkan responden yang melakukan SPA secara tidak rutin dan mengalami kenaikan berat badan < 1000 gr sebanyak 5 responden. Hasil uji menggunakan uji korelasi chi square di peroleeh hasil nilai p value = 0.000. karena nilai p value < nilai α (0.05) maka ha diterima atau terdapat hubungan antara frekuensi baby spa terhadap peningkatan berat badan bayi di klinik baby SPA Ananda Ambarawa. Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan Berat Badan pada Bayi Usia 7-12 Bulan di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa 3
PEMBAHASAN Frekuensi Baby Spa Menurut Aditya (2014) baby spa dianjurkan untuk dilakukan tidak terlalu sering, cukup satu minggu satu kali dan dilakukan secara teratur. Waktu yang dibutuhan untuk baby spa sekitar 30-35 menit yang terdiri dari lamanya berenang dilakukan selama 10-15 menit dan waktu yang digunakan untuk pijat selama 15-20 (Riksani,2012). Menurut Yahya (2011), Bayi yang sering mendapatkan baby spa akan baik pertumbuhannya dibandingkan bayi yang kurang atau tidak mendapatkan baby spa. Dalam penelitian ini terdapat 41 bayi usia 7-12 bulan, pada frekuensi baby spa dengan kategori tidak rutin melakukan baby spa yaitu sebanyak 5 (12,2%) sedangkan frekuensi baby spa dengan kategori rutin melakukan baby spa yaitu sebanyak 36 (87,8%) bayi. Baby spa termasuk dalam kategori rutin bila dilakukan 4x dalam sebulan, dan baby spa termasuk dalam kategori tidak rutin bila dilakukan kurang dari 4x dalam sebulan (Riksani, 2012). Di klinik baby spa Ananda Ambarawa untuk mendapat satu kali treatment baby spa membayar sebesar Rp. 50.000,-. Selain itu, frekuensi untuk melakukan baby spa pada kategori tidak rutin adalah responden yang berdomisili jauh dari Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa. Karena letak rumah responden yang jauh dari Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa sehingga perlu adanya transportasi yang memadai untuk dapat menjangkau datang ke Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa. Data yang didapat dari klinik baby spa menunjukkan bahwa minat orang tua responden yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan minat orang tua responden yang berjenis kelamin laki-laki, karena orang tua responden yang berjenis perempuan menganggap bahwa anak perempuan lebih membutuhkan dibandingkan dengan anak yang berjenis kelamin laki-laki karena dianggap sebagai perawatan yang memang dibutuhkan untuk anak perempuan sama halnya seperti ke salon saat anak perempuannya besar nanti. Kondisi bayi juga berpengaruh terhadap frekuensi untuk melakukan baby spa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan saat melakukan baby spa salah satunya adalah periksa kondisi bayi (Riksani, 2012). Saat bayi sedang sakit atau kurang sehat tentunya tidak dapat melakukan baby spa. Hal ini akan memperburuk kondisi bayi apabila dipaksakan melakukan baby spa. Dengan kondisi bayi yang sehat pastinya akan membuat bayi semakin lebih tenang dan nyaman ketika melakukan baby spa (Riksani, 2012). Berat badan bayi usia 7-12 bulan Berat badan bayi dibagi menjadi 2 yaitu usia 0-6 bulan. Untuk usia 0-6 bulan berat badan akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya akan menjadi 2 kali berat badan lahir pada akhir bulan ke enam. Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 24-40 gram dan pada akhir bulan ke 12 akan terjadi penambahan 3 kali lipat berat badan lahir (Hidayat, 2008). Alat ukur untuk mengukur berat badan salah satunya adalah dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Tujuan KMS adalah untuk mengetahui gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat (PERMENKES, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan yaitu faktor herediter/genetik, jenis kelamin, faktor asupan dan faktor lingkungan (lingkungan pranatal, faktor postnatal). Faktor postnatal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu gizi, lingkungan fisik dan kimia, faktor psikologis, faktor penyakit kronis/ kelainan kongenital, endoktrin, sosio-ekonomi, faktor lingkungan pengasuhan, faktor stimulasi (Soedjatmiko, 2006). Berdasarkan penilaian penambahan berat badan dengan menggunakan KMS, terhadap hasil frekuensi baby spa penambahan berat badan di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa adalah dari 41 bayi usia 7-12 bulan besar pada frekuensi rutin yang melakukan baby spa penambahan berat badan yang mengalami kenaikan sebanyak 36 (87,8%), sedangkan pada berat badan yang tidak mengalami kenaikan yaitu sebanyak 5 (12,2%) bayi. Menentukan status pertumbuhan anak dibagi menjadi 2 yaitu naik (N) jika grafik BB mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan Berat Badan pada Bayi Usia 7-12 Bulan di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa 4
BB sama dengan KBM (Kenaikan BB Minimal) atau lebih dan tidak naik (T) jika Grafik BB mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan dibawahnya atau Kenaikan BB kurang dari KBM. Pada penelitian yang sudah dilakukan di klinik baby spa Ananda Ambarawa menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kenaikan berat badan berdasarkan jenis kelamin. Penambahan berat badan baik lakilaki maupun perempuan mengalami kenaikan yang sama. Di dalam KMS grafik kenaikan berat badan dibedakan menurut jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki hanya untuk memudahkan pada saat mencatat hasil pengukuran penambahan berat badan. Pada 5 bayi yang tidak mengalami kenaikan berat badan tergolong dalam kategori yang tidak rutin melakukan baby spa yaitu sejumlah 5 bayi (100%). Sedangkan pada 36 bayi yang mengalami kenaikan berat badan yaitu pada kategori rutin melakukan baby spa yaitu sejumlah 36 (100%). Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan berat badan pada Bayi Usia 7-12 Bulan di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa Dalam penelitian ini responden yang frekuensi baby spa dengan kategori tidak rutin melakukan baby spa memiliki kenaikan berat badan 1000 gram yaitu sejumlah 5 (12,2%), dan memiliki peningkatan berat badan 1000 gram yaitu sejumlah 36 (87,8%). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa bayi dan balita. Pertumbuhan anak terdapat masa kritis, sehingga diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi anak berkembang secara optimal. Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Prof. T. Field dan Scafidi (1986 dan 1990) menunjukkan bahwa 20 bayi prematur (berat badan 1280 dan 1176 gram), yang dipijat 3 x 15 menit selama 10 hari, mengalami kenaikan berat badan perhari 20% - 47% lebih banyak dari yang tidak dipijat. Penelitian pada bayi cukup bulan yang berusia 1-3 bulan, yang dipijat 15 menit, 2 kali seminggu selama 6 minggu juga didapatkan kenaikan berat badan 50% yang lebih dari kontrol (Riksani, 2012). Menurut Penelitian yang dilakukan institut Griffith for Educational Research tahun 2007, mereka meneliti orang tua dari 7.000 anak di Australia, Selandia Baru dan Amerika Serika. Anak-anak yang dilibatkan dalam penelitian ini semuanya berusia dibawah 1 tahun dan penelitian berlangsung selama tiga tahun. Jourgensen, yang memimpin penelitian itu mengatakan, anak-anak yang belajar berenang di usia dini memiliki banyak keterampilan dan mencapai titik pertumbuhan yang lebih cepat (Roesli, 2009) Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan pentingnya memberikan stimulasi yang tepat bagi bayi mereka untuk mendukung pertumbuhan pada masa tumbuh kembang dapat dilakukan dengan baby spa. Selain itu di lingkungan masyarakat sekitar terdapat adanya peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada bayi yang telah megikuti baby spa, nafsu makan bayi semakin meningkat sehingga berat badan bayi semakin bertambah dan bayi terlihat sehat serta mengalami peningkatan baik dari berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala jika dibandingkan dengan bayi dengan usia yang sama yang tidak dilakukan terapi baby spa (Aditya, 2014). Sedangkan pada frekuensi baby spa dengan kategori rutin melakukan baby spa memiliki penambahan berat badan yaitu sejumlah 36 (100%), dan tidak ada yang mengalami ketidaknaikan berat badan. Dikarenakan berenang secara rutin dapat meningkatkan metabolisme tubuh bayi sehingga mempengaruhi nafsu makan bayi. Apabila metabolisme tubuh bayi terganggu menyebabkan nafsu makan bayi menurun dan sebaliknya, meningkatnya metabolisme tubuh bayi secara otomatis dapat meningkatkan nafsu makan (Roesli, 2009). Pijat bayi secara teratur dan sesuai dengan tata cara dan teknik pemijatan bayi memiliki efek fisik/klinis antara lain meningkatkan jumlah sitotoksisitas dari sistem imunitas sel pembunuh alami, memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi pencernaan, membuat tidur lelap, mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik serta pembuangan serta meningkatkan berat badan (Roesli, 2009). Keterbatasan Penelitian Selama melakukan penelitian ini, peneliti menemukan keterbatasan dalam melakukan teknik pengambilan sampel karena peneliti hanya mengambil responden yang dibatasi dengan usia bayi dan yang menggunakan asi eksklusif, peneliti juga tidak meneliti tingkat pendidikan orang tua responden yang dapat Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan Berat Badan pada Bayi Usia 7-12 Bulan di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa 5
mempengaruhi kesadaran orang tua dalam memperoleh informasi mengenai baby spa yang sangat diperlukan oleh bayi mereka. Selain itu peneliti juga tidak meneliti tingkat asupan nutrisi orang tua responden yang dapat berpengaruh terhadap produksi asi yang diberikan pada bayinya serta peneliti tidak mengetahui pengaruh dari semakin lamanya asi tidak diberikan setelah usia 6 bulan mempengaruhi oleh penambahan berat badan responden atau tidak. KESIMPULAN Sebagian besar responden frekuensi baby spa pada kategori tidak rutin melakukan baby spa memiliki jumlah yang sedikit yaitu sejumlah 5 (12,2%), sedangkan pada frekuensi baby spa dengan kategori rutin melakukan baby spa yaitu sejumlah 36 (87,8%). Sebagian besar bayi usia 7-12 bulan memiliki penambahan berat badan yang mengalami kenaikan sebanyak 36 (87,8%), sedangkan pada berat badan yang tidak mengalami kenaikan yaitu sebanyak 5 (12,2%) bayi. Terdapat hubungan yang signifikan pada frekuensi baby spa terhadap berat badan pada bayi usia 7-12 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa dengan p-value 0,000 < nilai = 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara frekuensi baby spa dengan berat badan pada bayi usia 7-12 bulan. SARAN Bagi Klinik Baby Spa, dapat menambah sarana dan prasarana stimulasi baby spa Bagi masyarakat, dapat dijadikan masukan atau edukasi yang diberikan pada ibu-ibu. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dijadikan bahan referensi penelitian selanjutnya. Bagi institusi, diharapkan dapat memperluas akses jangkauan wifi untuk memudahkan dalam mencari kepustakaan tentang baby spa DAFTAR PUSTAKA [1] Aditya, Nana, 2014, Handbook for New mom, Yogyakarta : Stiletto Book [2] Andriani, M dan Wiratmadi, B. 2010. Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana Pranada Media Group. Jakarta [3] Depkes RI, 2006. Modul Pelatihan Revitalisasi Posyandu, Jakarta [4] Hidayat, Aziz Alimul 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Surabaya [5] Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika [6] Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika [7] Kepmenkes. Permenkes. 2004. Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). Jakarta [8] Narendra, Moersintowarti B. 2002. Tumbang Anak dan Remaja. Jakarta: CV Sagung seto [9] Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta [10] Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta [11] Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta [12] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita, Jakarta [13] Potter, P, A. & Perry A, G. 2005. Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses, dan Praktik. Alih bahasa: Monica Ester, Jakarta: EGC. [14] Riksani, E. 2012. Mensikapi Asi Eksklusif pada Ibu Bekerja. Jakarta: Salemba Medika [15] Roesli, U. 2008. Inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda [16] Roesli, U. 2009. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui.: Yogyakarta : Banyu Media [17] Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan Berat Badan pada Bayi Usia 7-12 Bulan di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa 6
[18] Siska. 2009. Pijat Bayi. Jakarta : Puspa Swara [19] Soedjatmiko. 2006. Pentingnya Stimulasi Dini Untuk Merangsang Perkembangan Bayi dan Balita Terutama pada Bayi Resiko Tinggi. Sari Pediatri. Vol 8 [20] Soetjiningsih. 2007. ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC [21] Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC [22] Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta [23] Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta [24] Sunarsih, Tri. 2010. Pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi umur 0-3 bulan di BPS Saraswati Sleman Yogyakarta. Diperoleh dari http://www.scribd.com/doc/101103211/m y-skripsi2 pada tanggal 24 September 2014. [25] Yahya, N. 2011. Spa Bayi & Anak. Solo : Dipl. CIBTAC Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan Berat Badan pada Bayi Usia 7-12 Bulan di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa 7