BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

MEDIA PEMBELAJARAN PPKN PADA ANAK TUNARUNGU DI SMP BERKEBUTUHAN KHUSUS (Studi Kasus SMP-LB Negeri Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain

1. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) yaitu :

2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan peragaan atau melakukan aktivitas. Kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatkan mutu pendidikan adalah sebuah keharusan, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang diinginkan serta tujuan pembentukan pemerintahan. Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahmad Wahyudi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan mendasar dari setiap individu. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003 BAB I pasal 1). Pendidikan yang berkualitas merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Hal ini ditegaskan pada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 BAB IV pasal 5 ayat (1) yang berbunyi, Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, Maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan pula. Tujuan pembangunan nasional di Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materil dan spiritual berdasarkan Pancasila. Tujuan itu sejalan dengan tujuan bangsa Indonesia yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4, yaitu: a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. b) Memajukan kesejahteraan umum. c) mencerdaskan kehidupan bangsa. d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Guna mencapai tujuan nasional tersebut kualitas sumber daya manusia di Indonesia harus di tingkatkan pula. Peningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya melalui pendidikan yang bermutu. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Namun, dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan diantaranya adalah keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru itu sendiri dinilai masih kurang. Terbatasnya akses pendidikan di 1

2 Indonesia, terlebih lagi di daerah berujung kepada meningkatnya arus urbanisasi untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih baik di perkotaan. Pendidikan dalam pelaksanaanya dibagi menjadi tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal. Indonesia memiliki bermacam-macam lembaga pendidikan negeri dan swasta dari berbagai jenjang. Kondisi masyarakat Indonesia bermacam-macam pula adanya. Peserta didik yang pada dasarnya merupakan peserta dari penyelenggaraan pendidikan itu sendiri terdiri dari berbagai macam kondisi dan kemampuan. Peserta didik yang memiliki kondisi serta kemampuan rata-rata atau di atasnya maka akan ditempatkan pada sekolah reguler, namun bagi peserta didik yang memiliki kondisi serta kemampuan dibawah rata-rata akan ditempatkan pada sekolah berkebutuhan khusus. Sekolah dengan peserta didik yang berkebutuhan khusus sering disebut dengan Sekolah Luar Biasa. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 BAB IV pasal 5 ayat (2), Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Sekarang ini kondisi serta kemampuan yang dimiliki peserta didik pada sekolah berkebutuhan khusus tersebut sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada umumnya. Kendatinya para penyandang cacat (difabel) memiliki hak untuk mengembangkan potensi serta bakat yang dimilikinya. Pendidikan luar biasa bertujuan untuk membekali para peserta didik dengan kebutuhan khusus agar mampu berperan aktif dalam masyarakat serta memiliki konstribusi yang positif dengan mengembangkan potensinya. Dijelaskan pada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 BAB VI pasal 32 ayat (1), Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Berbagai macam serta jenjang pendidikan Sekolah Luar Biasa yang ada di Indonesia diantaranya SLB-A, SLB-B, SLB-C, dan SLB-D. Menurut Pristi (2013) SLB-A dkhususkan bagi penyandang tunanetra, SLB-B dikhususkan bagi penyandang tunarungu, SLB-C dikhususkan bagi penyandang tunagrahita, dan SLB- D dikhususkan bagi penyandang tunadaksa. Sekolah luar biasa juga terdapat berbagai

3 jenjang pendidikan yakni yakni, Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan kelas tambahan yaitu kelas khusus untuk anak penyandang autis. Jumlah penyandang cacat di Kota Surakarta bisa dikatakan tidak terlalu besar, yaitu 1.474 jiwa. Hal ini jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Surakarta yang sejumlah 563.659 jiwa. Bisa dikatakan bahwa jumlah penyandang cacat di Kota Surakarta sebesar 0,26%. Data tersebut tercantum tabel berikut: Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kecacatan dan Kecamatan, Kota Surakarta Jenis Kecacatan Laweyan Serengan Pasarkliwon Jebres Banjarsari Jumlah fisik 70 32 57 104 131 394 netra/buta 24 10 22 50 44 150 rungu/wicara 34 16 39 64 82 235 mental/jiwa 51 36 64 83 111 345 fisik dan mental 13 11 4 22 25 75 lainnya 60 23 33 65 94 275 Jumlah 252 128 219 388 487 1.474 Sumber: http://dispendukcapil.surakarta.go.id/20xiv/index.php/201 4-05-21-04-43-06/2014-05-21-08-47-11/kuantitaspenduduki/item/67-penduduk-sosial Meski jumlah penyandang cacat yang relatif kecil bukan berarti keberadaan penyandang cacat bisa diabaikan begitu saja. Meminimalkan perlakuan diskriminatif terhadap para penyandang cacat, mampu menimbulkan rasa percaya diri untuk mengikutsertakan diri pada kegiatan masyarakat pada umumnya. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan peserta didik berkebutuhan khusus (difabel) khususnya peserta didik yang menyandang Tuna rungu. Tuna rungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Hambatan pendengaran seorang individu

4 tunarungu juga mempengaruhi hambatan dalam berbicara. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran harus memiliki media agar individu tersebut dapat memahami pelajaran yang disampaikan. Pada saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran, karena guru berperan sebagai sebagai kunci keberhasilan pelaksanakan pendidikan. Bisa dikatakan bahwasannya guru merupakan ujung tombak tercapainya suatu tujuan pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan hendaknya dimulai dari peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas harus memenuhi 4 kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) yaitu: 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi sosial, dan 4) kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Suatu proses pembelajaran mengharuskan guru untuk membuat suatu susunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi dari peserta didik. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab VI Pasal 19 menyebutkan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam proses pembelajaran memerlukan media belajara karena bukan hanya sekolah reguler saja yang menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan kondisi dari masing-masing peserta didik, sekolah luar biasapun menggunakan media pembelajaran yang khusus disesuaikan dengan kondisi dari peserta didik berkebutuhan khusus. Proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan juga memiliki suatu media pembelajaran khusus yang diterapkan oleh guru mata pelajaran guna tercapainya tujuan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dengan kondisi kelas, akan mempermudah peserta dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini bertujuan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.

5 Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) juga terdapat mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran PPKn adalah sebuah program untuk menanamkan nilai-nilai moral dan karakter dalam diri anak. Proses penanaman moral pada peserta didik tidak hanya melalui pelajaran PPKn saja, melainkan bisa melalui proses motivasi dari guru dan terutama dari orang tua dalam proses medidik anak dilingkungan keluarga. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan juga bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah. Rasa cinta tanah air tidak hanya bisa diwujudkan oleh anak yang normal, melainkan anak dengan difabel juga bisa menerapkannnya. Tidak dikesampingkan pula bahwasannya penanaman karakter tidak hanya mengacu pada proses pembelajran PPKn, namun dapat terjadi diluar pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Media Pembelajaran PPKn pada Anak Tuna Rungu di SMP Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus SMP-LB Negeri Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana penggunaan media pembelajaran PPKn Pada anak tunarungu di SMP Berkebutuhan Khusus? 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan media pembelajaran PPKn pada anak tunarungu di SMP Berkebutuhan Khusus? 3. Bagaimana alternatif solusi yang digunakan atas kendala yang dihadapi dalam Pembelajaran PPKn pada anak tunarungu di SMP Berkebutuhan Khusus?

6 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan titik pijak untuk merealisasikan apa yang akan dilaksanakan agar penelitian ini dapat terarah, maka dari itu perlu dirumuskan secara jelas. Adapaun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mendeskripsikan penggunaan media pembelajaran PPKn Pada anak tunarungu di SMP Berkebutuhan Khusus? 2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam penerapan media pembelajaran PPKn pada anak tunarungu di SMP Berkebutuhan Khusus. 3. Untuk mendeskripsikan alternatif solusi yang digunakan atas kendala yang di hadapi dalam penerapan media Pembelajaran PPKn pada anak tunarungu di SMP Berkebutuhan Khusus. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini baik secara praktis maupun teoristis adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoristis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pengetahuan dalam dunia pendidikan mengenai penggunaan media pembelajaran PPKn anak tuna rungu di SMP Berkebutuhan Khusus, serta menjadi informasi bagi pihak yang membutuhkan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Sebagai masukan serta bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran PPKn anak tuna rungu di SMP Berkebutuhan Khusus. b. Bagi Guru Sebagai masukan mengenai pemanfaatan media pembelajaran PPKn anak tuna rungu di SMP Berkebutuhan Khusus. c. Bagi penulis Sebagai masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis sebagai calaon pendidik dan sebagai bahan acuan serta pertimbangan penelitian terutama dibidang pendidikan.