PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 458 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN KEGIATAN PPM

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

Cagar Budaya Candi Cangkuang

PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Allah SWT semata. Untuk itu, manusia harus mengagungkan asma Allah, dengan

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BENTENG KRATON PLERET: Data Historis dan Data Arkeologi. FORTRESS OF THE PLERET PALACE: Historical and Archaeological Data

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha.

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006

1.1 Latar Belakang Masalah

biasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk

BAB I PENDAHULUAN. Museum selalu mengalami perubahan dari masa ke masa. Keberadaan

Pelestarian Cagar Budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Masyarakat menyebutnya dengan bermacam-macam sebutan,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

REVITALISASI SITUS MASJID KAUMAN-PLERET SEBAGAI UPAYA REKONSTRUKSI KEHIDUPAN RELIGI PADA ZAMAN KERAJAAN MATARAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

Pengaruh Budaya Jawa-Hindu dalam Kompleks Makam Imogiri, Yogyakarta

RESUME PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS PABRIK PENGOLAHAN KARET,DI SUNGAI TABUK KERAMAT, KABUPATEN BANJAR,PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semangat untuk melestarikan nilai-nilai kultural dan sosial dapat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

WATU GATENG DAN WATU GILANG KOTAGEDE. Theresiana Ani Larasati

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

Transkripsi:

PENDAHULUAN PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya (cultural heritage), yang berasal dari berbagai periode sejak era pra aksara, jaman Hindu Budha (klasik), Islam, kolonial, hingga masa revolusi. Salah satu yang memiliki kekayaan warisan budaya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga menyandang sebutan pusat budaya. Warisan budaya tersebut berupa benda peninggalan sejarah dan purbakala maupun tradisi dan adat istiadatnya. Benda purbakala yang ditemukan di DI Yogyakarta cukup banyak jumlah dan macamnya, tersebar di berbagai wilayah. Sebagian besar di antaranya berasal dari zaman klasik atau Hindu-Budha pada awal abad IX dan X. Benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan baik di masa kini maupun masa yang akan datang. Dengan demikian perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan jati diri bangsa dan kepentingan nasional. Sebagai kekayaan budaya bangsa, benda cagar budaya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Gerakan untuk memupuk kesadaran cagar budaya sangat diperlukan bagi lestarinya benda-benda cagar budaya sebagai identitas bangsa. Peninggalan purbakala perlu dilestarikan, dijaga keberadaannya sehingga tidak menghilangkan jejak sejarah. Para siswa sekolah perlu ditingkatkan apresiasinya dengan diajak mengunjungi candi- 1 Makalah disampaikan pada kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat di SMPN I Sewon Bantul pada tanggal 13 Oktober 2010 2 Staf pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FISE, UNY

candi atau situs bersejarah lain sambil mengenali, memahami dan memperdalam apresiasi mereka terhadap peninggalan nenek moyang mereka. Berikut ini akan dipaparkan mengenai beberapa situs yang terdapat di Kabupaten Bantul meliputi masa klasik dan masa Islam, serta kontribusi masyarakat dalam kerusakan situs bersejarah. SITUS MASA KLASIK Beberapa situs peninggalan masa klasik atau masa pengaruh Hindu Budha ditemukan di wilayah Kabupaten Bantul. Situs-situs tersebut antara lain: 3 a. Candi Mantup Candi ini terletak di Dusun Sampangan, Mantup, Baturetno, Banguntapan, Bantul. Candi ini terdiri atas 3 buah bangunan berukuran kecil yang berjajar dari utara ke selatan dan menghadap ke arah barat. Pada candi di bagian tengah ditemukan arca yang diidentifikasikan sebagai arca Kalyanasundaramurti, menggambarkan laki-laki dan perempuan dalam posisi berdiri berdampingan dan bergandengan tangan. Arca ini diduga menggambarkan perkawinan Siwa dan Parwati. Berdasarkan keberadaan arca itu, Candi Mantup diduga merupakan Candi Hindu, khususnya pemujaan Dewa Syiwa. Di sekitar candi banyak ditemukan gerabah yang antara lain diidentifikasikan sebagai pecahan kendi, kuali, jambangan, mangkuk, dan tempayan. Sekitar 15 m di sebelah utara ketiga candi ditemukan sisa struktur lantai suatu bangunan yang lebih besar, terbuat dari batu andesit. Bangunanyang diduga berkaitan dengan ketiga candi tersebut didirikan di atas halaman yang ditinggikan dan diperkuat dengan talud dari batu putih. Bentuk bangunan seutuhnya belum diketahui, demikian juga dengan fungsinya. 3 Isi tulisan diambil dari Inajati AR (ed.) Mosaik Pusaka Budaya Yogyakarta (Yogyakarta: BP3 Yogyakarta, 2003), hlm. 74-77.

b. Situs Payak Situs Payak merupakan salah satu situs petirtaan masa klasik di Yogyakarta yang sampai saat ini masih dapat dilihat. Letaknya beberapa kilometer di sebelah timur Candi Mantup. Bangunan yang tersisa berupa kolam dari batu putih berukuran 312cm x 124 cm dilengkapi dinding berdenah U dan saluran-saluran air di dinding kolam sisi barat daya. Pada dasar kolam terdapat lubang pembuangan air. Pada dinding sisi barat laut terdapat relung untuk arca Dewa Siwa dari bahan batu putih. Di bawah arca tersebut ditemukan wadah peripih dengan lubang sebanyak 17 buah yang melambangkan wastupurusamandala yaitu diagram yang berfungsi sebagai rancangan metafisika dan tata letak bangunan. Bangunan petirtaan ini mempunyai peranan penting dalam upacaraupacara keagamaan pada masa klasik karena air merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan upacara yang diselenggarakan di tempat-tempat suci seperti candi. Hal tersebut dibuktikan dengan temuan berupa peripih dan fragmen gerabah yang kebanyakan berbentuk kendi. Berdasarkan langgam arca Siwa, diperkirakan bangunan tersebut berasal dari abad IX Masehi. c. Candi Gampingan Kompleks Candi Gampingan terletak di Dusun Gampingan, Piyungan, Bantul tidak jauh dari Situs Payak. Situs ini sitemukan pertama kali pada bulan Juni 1995 oleh Bapak Sarjono sewaktu menggali tanah untuk pembuatan batu bata. Di Kompleks ini terdapat tujuh bangunan dari batu putih. Salah satunya diperkirakan sebagai bangunan induk, tetapi sayangnya bangunan tersebut tinggal sisa-sisa berupa delapan lapis susunan batu setinggi 1,2 m. Kondisi 6 bangunan lainnya juga tinggal sisa-sisanya saja. Di dalam bangunan induk ditemukan tiga buah arca Dhyani Buddha Vairocana dari perunggu, arca Jambhala, dan arca Candralokesvara dari batu

andesit, satu buah fragmen arca dari keramik, 8 buah miniature benda emas dan satu buah cincin emas, dan fragmen-fragmen gerabah. Diperkirakan Candi Gampingan merupakan candi Budha dengan menempatkan Dewa Jambhala 4 sebagai dewa utama yang dipuja. Berdasarkan pada gaya seni bangunan dan arca yang terdapat pada Candi Gampingan menunjukkan cirri abad IX M. SITUS MASA ISLAM 5 Situs Plered dan Kerto merupakan bekas ibukota Mataram masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja terbesar Mataram yang berkuasa antara tahun 1613-1645. Di bawah pemerintahan Sultan Agung, Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan. Dari Kerto Sultan Agung memimpin zaman keemasan Mataram Islam dan menggerakkan perlawanan kepada Belanda. Pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat I ibukota keraton Mataram dipindahkan ke Plered. Pada tahun 1681 Keraton Mataram dipindah ke Kartosuro oleh Amangkurat II, cucu Sultan Agung yang memerintah pada tahun 1677-1703. Saat ini keberadaan Keraton Kerto dan Plered memang seperti menjadi bagian yang hilang dari sejarah Mataram Islam. Orang lebih mengenal keberadaan Keraton Kotagede, Kartosuro, Solo, dan Yogyakarta. Saat ini dua keraton bersejarah tersebut hanya tinggal puing-puingnya saja yang tersebar atau terpendam tanah. Sebagai pusat kerajaan besar semestinya Pleret dan Kerto dibangun dengan berbagai fasilitas. Fasilitas tersebut meliputi Masjid Agung Pleret, benteng, dan alun-alun keraton. Pada bulan Juni 2009 Tim ekskavasi Dinas Kebudayaan DIY, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) dan Balai Arkeologi berhasil menemukan 4 Arca Jambhala merupakan arca dewa lambang kekayaan atau kemakmuran 5 Diambil dari Inajati, op.cit., hlm. 106 dst, Muklhis Paeni (ed), Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Jakarta: Media Grafindo, 2009).

sisa pondasi benteng Kerajaan Mataram Islam kuno Kedaton di situs lemah Dhuwur di Kerto, Pleret, Bantul. Penemuan ini merupakan yang terlengkap dan terbagus karena struktur batanya masih utuh. Selain itu juga ditemukan berbagai keramik dan gerabah. Sebelumnya pada Maret 2008 tim berhasil menemukan fondasi benteng Kedaton Kidul dan saluran irigasi. Temuan berupa saluran air yang telah dilengkapi dengan sistem saringan berlapis menunjukkan adanya teknologi yang telah berkembang di keraton Kerto. Terkait dengan situs Kerto, maka kompleks pemakaman Gunung Kelir merupakan situs yang masih relative utuh. Pemakaman Gunung Kelir ini terkait dengan sisi gelap pemerintahan Sunan Amangkurat I yang dikenal otoriter dan sewenang-wenang. Makam utama di situs ini adalah makam Ratu Malang, salah seorang istri Amangkurat I yang direbut dari suaminya, seorang dalang yang bernama Ki Panjang Mas. Untuk mendapatkan istri Ki Panjang Mas maka sang Raja mengundang Ki Panjang Mas dan rombongannya untuk mengadakan pertunjukan di keraton. Di tengah-tengah pertunjukan sang dalang dan rombongan dibunuh dan Panjang Mas dimakamkan di Gunung Kelir. Ratu Mas Malang meninggal tahun 1665 diduga karena diracun, sehingga menimbulkan kemarahan Sunan yang kemudian memerintahkan untuk membunuh abdi dan para selir yang diduga meracuni istrinya. Makam Gunung Kelir disebut sebagai Antaka Pura yang berarti Istana Kematian. MASYARAKAT DAN KERUSAKAN CAGAR BUDAYA Keberadaan benda-benda cagar budaya seperti candi, arca, atau semacamnya memang diakui tidak memberikan manfaat langsung kepada penduduk di sekitarnya, dalam arti secara ekonomis. Sementara di sisi lain ada beban berat yang ditanggung dengan kewajiban untuk menjaga dan melestarikan benda cagar budaya.

Di Kabupaten Bantul, kerusakan cagar budaya juga terjadi. 6 Perusakan benteng dimulai sejak pabrik gula bermunculan di Yogyakarta, karena bata benteng diambil untuk mendirikan pabrik serta bangunan lain. Sementara tinggalan-tinggalan lain juga dimanfaatkan secara tidak benar. Misalnya tanah tanggul dipakai untuk membuat bata, atau tanggul itu sendiri dihancurkan untuk membuat jalan. Selain itu karena tidak terpelihara alam juga berperan dalam proses pelapukan bangunanbangunan di kota Plered. Puing-puing yang tersisa dari dua keraton di zaman Kerajaan Mataram Islam itu terus terancam oleh lubang-lubang galian dari usaha batu bata dan pembangunan tak terencana. Lubang-lubang galian batu bata yang dibuat penduduk beberapa kali merusak sisa-sisa struktur bangunan keraton. Batu bata maupun struktur bangunan yang berada di atas tanah pun banyak diambil untuk berbagai kepentingan. Tradisi pembuatan batu bata sebenarnya juga tidak terlepas dari keberadaan Mataram Islam. Saat Amangkurat I berkuasa ia memerintahkan rakyatnya membuat batu bata sebanyak-banyaknya untuk membangun sebuah istana di Plered. Perintah Amangkurat I yang ditulis dalam Babad Tanah Jawi tersebut menjadi titik awal tradisi pembuatan batu bata di Kecamatan Plered. Keraton dibangun pada abad XVI dengan luas 2.256 m dikelilingi tembok dengan tinggi 6 m dan tebal 1,5 m. Semuanya terbuat dari batu bata. Pembangunan Kraton Plered konon melibatkan 300.000 penduduk dengan sistem kerja paksa. Pembangunan tersebut telah banyak menularkan teknik pembuatan batu bata ke banyak warga. Setelah keraton berdiri megah warga tetap membuat batu bata. Pembangunan perumahan juga cukup pesat di daerah Plered. Cepatnya pembangunan di kawasan juga menyebabkan lahan yang diduga masih mengandung sisa-sisa keraton ternyata telah digunakan untuk membangun rumah sehingga tak bisa diketahui lagi apa yang tersimpan di lahan itu. Banyak situs yang diduga terpendam 6 Informasi mengenai hal ini sebagian besar diambil dari Kukuh Setyono, Benteng Keraton Sultan Agung, Harian Jogja, 12 Juni 2009.

di pekarangan atau lahan tinggal penduduk sehingga hal ini menyulitkan untuk dilakukannya ekskavasi. Biasanya setelah dilakukan penggalian dan pencatatan data mengenai struktur bangunan yang terpendam lahan tersebut ditimbun kembali untuk menghindari konflik dengan penduduk setempat. Kondisi ini jelas mempercepat hilangnya puing-puing yang tersisa. PENUTUP Pusaka budaya harus dijaga kelestariannya. Hancur dan hilangnya pusaka budaya suatu bangsa jelas menyebabkan hilangnya identitas bangsa dan bukti mata rantai kemajuan peradaban bangsa. Sebagaimana telah disinggung di atas kerusakan pusaka budaya bangsa ini bisa disebabkan karena ulah manusia maupun oleh peristiwa alam. Oleh karena itu salah satu upaya untuk melestarikannya adalah dengan disosialisasikannya kepada masyarakat termasuk siswa-siswa sekolah agar mengenal pusaka budaya nenek moyangnya, dan pada gilirannya muncul rasa memiliki dan sadar budaya. DAFTAR PUSTAKA Inajati AR (ed.), Mosaik Pusaka Budaya Yogyakarta, Yogyakarta: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, 2003. Kukuh Setyono, Benteng Keraton Sultan Agung, Harian Jogja, 12 Juni 2009. Muklhis Paeni (ed), Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Media Grafindo, 2009.