BAB II LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN GENDER ANALYSIS PATHWAY

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

dalam Pembangunan Nasional;

Gender, Social Inclusion & Livelihood

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

PANDUAN UMUM PENGARUS UTAMAAN GENDER (PUG) P2DTK

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

Penyusunan Kebijakan Responsif Gender. Bivitri Susanti Lembaga Administrasi Negara, 15 Maret 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

Gender Analysis Pathway (GAP) (Alur Kerja Analisis Gender (AKAG)

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB. I PENDAHULUAN. Secara Nasional, Angka Kematian Ibu (AKI)/Maternal Mortality Ratio(MMR) di

4.9 Anggaran Responsif Gender Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , telah menetapkan tiga strategi pengarusutamaan

ANALISIS GENDER. SUYATNO, Ir. MKes FKM UNDIP SEMARANG, 2009

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN GENDER

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Masalah Strategis 1 Rendahnya Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada. Masalah Bersama. Jumlah Nilai. Urutan Peringkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 7 TAHUN 2017

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan AKB juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN

B A B I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

Penurunan Kematian Ibu: Pencapaian MDG dalam Perspektif Pemerintah. Arum Atmawikarta Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat - Bappenas

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

DESAIN KOMUNIKASI DALAM PROGRAM KB NASIONAL

Penerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

Sejarah Penurunan AKI PERTEMUAN 3 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

GENDER BUDGET STATEMENT (Pernyataan Anggaran Gender) Tahun 2013

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya telah menunjukkan kemajuan yang baik, namun masih

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

Pusat Pelatihan Gender Dan Peningkatan Kualitas Perempuan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Jakarta, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari. sesudah berakhirnya kehamilan tidak bergantung pada tempat, maupun

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, diperkirakan ibu meninggal karena komplikasi

PENTINGNYA ISU GENDER PADA PENANGGULANGAN BENCANA. Rosilawati Anggraini UNFPA

Rancangan Final 8 April 2013

PENGANTAR DAN PENGENALAN PUG & IMPLEMENTASINYA

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian Rancangan penelitian

Masalah Strategis. Melibatkan Lintas Sektor Bersama. 3 Kesehatan, Sosial Kesehatan dan Pariwisata. 1 Kesehatan Dan KB

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena melahirkan bayinya (Nolan, 2010, hal. 135).

KATA PENGANTAR. Blitar, Oktober 2017 Kepala Bappeda Kabupaten Blitar. Ir. SUWANDITO

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat menetukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keluarga yang berkualitas, berfokus pada pelayanan kesehatan

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah kematian perinatal sebesar orang. Dari jumlah

RAD PUG KABUPATEN KENDAL

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

MENGENALI DAN MEMAHAMI PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN YURNI SATRIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2013

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 46

Transkripsi:

BAB II LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN GENDER ANALYSIS PATHWAY Piranti analisis gender GAP dilaksanakan dalam 9 (sembilan) langkah. Langkah 1 1. Menetapkan kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang akan dianalisis, baik yang sudah ada maupun yang akan dibuat. Pastikan di tingkat apa yang akan dianalisis, apakah di tingkat kebijakan, program atau kegiatan. Misalnya di tingkat kebijakan, analisis bisa mencakup kebijakan itu sendiri, dan/atau rincian dari kebijakan itu, yaitu dalam (satu atau lebih) program dan atau (satu atau lebih) kegiatan. 2. Periksa rumusannya, apakah responsif terhadap isu gender, yaitu isu yang menceminkan kebutuhan, kepentingan dan pengalaman laki-laki dan perempuan yang bisa berbeda. Karena kebijakan/program/kegiatan yang netral (netral gender), dan/atau tidak bermaksud diskriminatif terhadap jenis kelamin tertentu, dapat berdampak berbeda terhadap perempuan dan laki-laki. 3. Perjelas dan pertajam tujuan yang ingin dicapai. Kalau memilih kebijakan yang akan dianalisis, maka yang akan diacu adalah tujuan dari kebijakan tersebut; demikian pula halnya apabila yang dipilih adalah program atau kegiatan. Perhatikan juga kurun waktu pencapaian tujuan, misalnya apakah tujuan akan dicapai dalam waktu satu tahun, lima tahun, atau yang lain. (Masukan sebagai hint, dalam box) Contoh: Program: Upaya Kesehatan; Sub-program: Making Pregnancy Saver. Rumusan: Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dengan mendekatkan pelayanan kesehatan maternal yang berkualitas kepada sasaran, sehingga pada akhir tahun 2004 diharapkan cakupan pelayanan ante-natal menjadi 90%, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menjadi 75%, cakupan pelayanan post-natal menjadi 90%. Langkah 2 1. Menyajikan data pembuka wawasan, yang terpilah menurut jenis kelamin untuk melihat apakah ada kesenjangan gender. 2. Data pembuka wawasan bisa berupa data statistik, data kualitatif, hasil kajian, hasil pengamatan, dan/atau kearifan local (local wisdom). 3. Data pembuka wawasan dapat diperoleh dari: Untuk program baru: hasil baseline survey dan atau analisis situasi yang berkaitan dengan tujuan yang akan dianalisis.

Untuk program yang sudah berjalan: analisis situasi dan ditambah dengan hasil program yang (telah atau sedang) berjalan. 4. Bila tidak tersedia data terpilah dapat diperoleh melalui FGD (focus group discussion) atau rapid assessment. Contoh: Data pembuka wawasan: 1. Angka kematian ibu (AKI) tinggi 2. Unmet need KB tinggi 3. Antenatal care rendah 4. Kehamilan dengan kondisi 4 T tinggi 5. Komplikasi obstetri yang ditangani rendah 6. Pengetahuan laki-laki tentang kehamilan dan persalinan risiko tinggi rendah Langkah 3,4, dan 5 adalah menemukenali isu gender apakah di proses perencanaan (Langkah 3), internal lembaga (Langkah 4), dan/atau pada tahap pelaksanaan (Langkah 5). Langkah 3 Periksa dan analisis lebih lanjut data pembuka wawasan (Langkah 2) apa yang menyebabkan terjadinya isu gender di proses perencanaan kebijakan/program/kegiatan dengan memperhatikan 4 (empat) faktor kesenjangan yaitu, akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat. Apakah kebijakan/program/kegiatan memberikan perempuan dan laki-laki akses yang sama terhadap sumber-sumber pembangunan; Apakah kebijakan/program/kegiatan memberikan perempuan dan laki-laki kontrol (penguasaan) yang sama terhadap sumber-sumber pembangunan; Apakah kebijakan/program/kegiatan memberikan perempuan dan laki-laki partisipasi yang sama dalam berbagai tahapan pembangunan termasuk dalam pengambilan keputusan; dan Apakah kebijakan/program/kegiatan memberikan manfaat yang sama terhadap perempuan dan laki-laki. Contoh: Faktor kesenjangan Akses Akses perempuan terhadap pelayanan kesehatan kurang karena keputusan untuk memanfaatkan pelayanan ada di tangan suami/keluarga. Akses laki-laki terhadap informasi tentang kehamilan dan persalinan kurang, termasuk yang risiko tinggi. Partisipasi Partisipasi laki-laki dalam penanganan kehamilan dan persalinan risiko tinggi kurang. Kontrol Perempuan tidak memiliki kemampuan untuk memilih pelayanan kesehatan untuk dirinya sendiri. Manfaat Manfaat pelayanan kesehatan maternal tidak dirasakan secara optimal oleh perempuan. Manfaat kegiatan penyuluhan kesehatan maternal tidak dirasakan oleh laki-laki 7

Langkah 4 Melihat apakah internal lembaga/budaya organisasi menyumbang terhadap terjadinya isu gender, misalnya: produk hukum pemahaman personil unit kerja tentang gender political will dari pengambil kebijakan (berkaitan dengan prioritas program, anggaran) Contoh: Sebab internal lembaga Kegiatan penyuluhan dan pelayanan kehamilan di Posyandu hanya disediakan untuk perempuan. Hal ini menyebabkan pengetahuan dan pemahaman laki-laki tentang kehamilan risiko tinggi, dan perannya dalam mendampingi isterinya yang kehamilannya berisiko tinggi juga kurang sekali. Langkah 5 Melihat dan menganalisis apakah (a) pelaksana program tidak peka terhadap kondisi isu gender di masyarakat yang jadi target program; dan (b) kondisi masyarakat sasaran (target group) masih belum kondusif (patriakhi, stereotype, dan isu gender lainnya). Contoh : Sebab eksternal lembaga Masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa pertolongan kehamilan dan persalinan oleh dukun lebih menguntungkan daripada oleh bidan atau tenaga kesehatan. Langkah 6 Setelah menemukenali isu gender (melalui Langkah 2 sampai dengan Langkah 5) dan mengaitkan dengan tujuan semula maka dilakukan perumusan kembali (reformulasi) tujuan kebijakan/program/kegiatan pembangunan. Contoh : Reformulasi program Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dengan mendekatkan pelayanan kesehatan maternal yang berkualitas kepada sasaran, seshingga pada akhir tahun 2004 diharapkan cakupan pelayanan antenatal menjadi 90 %, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menjadi 75 %, cakupan pelayanan postnatal menjadi 90 %, dengan lebih kan keterlibatan laki-laki/suami. 8

Langkah 7 Setelah menemukenali isu gender (melalui Langkah 2 sampai dengan Langkah 5) dan mengacu pada reformulasi tujuan maka disusun rencana aksi yang responsif gender. Contoh : Rencana aksi Meningkatkan KIE kepada masyarakat tentang kehamilan dan persalinan risiko tinggi termasuk kepada laki-laki/suami. Langkah 8 Menetapkan base-line yaitu keadaan yang akan dipakai untuk mengukur kemajuan (progres) pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan yang telah responsif gender. Contoh : Base-line Tingkat kepesertaan laki-laki dalam pengaturan kehamilan melalui KB pada tahun 2002-2003 hanya 2 %. Langkah 9 Menetapkan indikator gender yaitu ukuran kuantitatif maupun kualitatif untuk: Memperlihatkan bahwa kesenjangan gender telah menghilang atau berkurang. Memperlihatkan perubahan nilai dan perilaku pada para perencana kebijakan/program/kegiatan, di internal lembaga dan di masyarakat. Memperlihatkan perubahan relasi gender di dalam rumah tangga, di internal lembaga, dan/atau di masyarakat. Contoh: Indikator gender Tingkat kepesertaan laki-laki dan perempuan dalam ber-kb (pada tahun tertentu setelah dilaksanakan intervensi). 9

GENDER ANALYSIS PATHWAY (GAP) Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9 Pilih Kebijakan/ Data Pembuka Isu Gender Kebijakan dan Rencana Aksi ke Depan Monitoring Program/ Kegiatan yang akan dianalisis: identifikasi tujuannya Wawasan Faktor Kesenjangan Sebab Kesenjangan Internal Sebab Kesenjangan Eksternal Reformulasi Tujuan Rencana Aksi Data Dasar (Baseline) Indikator Gender Mengacu pada situasi analisis dan baseline survey yang terpilah menurut jenis kelamin Mengacu pada data pembuka wawasan, dengan memperhatikan ke-4 faktor kesenjangan (akses, kontrol, partisipasi, manfaat) Fokus pada sebab internal lembaga (UU, peraturan/ kebijakan/ proses peren canaan, pemahaman unit kerja tentang gender) Fokus pada sebab eksternal lembaga dan pada proses implementasi di masyarakat Mereformulasi tujuan (kebijakan/prog ram/kegiatan) sehingga menjadi responsif gender Menetapkan rencana aksi untuk merespon isu gender yang teridentifikasi (Langkah 3-5) Memilih keadaan yang akan dipakai untuk mengukur kemajuan. (Catatan: Bisa diambil dari data pembuka wawasan, Langkah 2) Tanda/ ukuran untuk memperlihatkan: - kesenjangan gender hilang/ berkurang - perubahan nilai dan perilaku - perubahan relasi gender 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7

8

Langkah 1 Pilih Kebijakan/ Program/ Kegiatan yang akan dianalisis; identifikasi tujuan yang ingin dicapai Program : Upaya Kesehatan Subprogram : Making Pregnancy Saver Rumusan : Menurunkan angka kematian ibu Langkah 2 Data Pembuka Wawasan Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9 Isu Kesenjangan Gender Kebijakan ke Depan Monitoring Faktor Kesenjangan Mengacu pada data pembuka wawasan, dg memperhatikn ke-4 faktor kesenjangan (akses, kontrol, partisipasi, manfaat) Sebab Kesenjang-an Internal Fokus pada sebab internal lembaga (UU, peratur an/kebijakan/ proses peren canaan, pemahaman unit kerja ttg gender) Sebab Kesenjangan Eksternal Fokus pada sebab eksternal lembaga dan pada proses implementasi di masyarakat Reformulasi Kebijakan & Tujuan Fokus pd bgm me-re formulasi tujuan dg memperhitungkan isu dan kesenjanga n gender yg teridentifikasi Rencana Aksi Fokus pd macam kegiatan utk menghilangkan/m engurangike senjangan gender Base-line Memilih keadaan yg akan dipakai utk mengukur progres Indikator Gender Tanda/ ukuran utk memperlihatk an bahwa kesenjang-an gender hilang/ berkurang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Data Faktor Sebab Sebab Menurunkan Meningkatka Tingkat Pembuka kesenjangan internal eksternal angka n KIE kepada kepesertaan wawasan : Akses lembaga lembaga kematian masyarakat laki-laki 1. Angka Akses Kegiatan Masyarakat ibu (AKI) tentang dalam Kematia perempuan penyuluhan masih banyak dengan kehamilan pengaturan n Ibu terhadap dan pelayanan yang mendekatka dan kehamilan tinggi pelayanan kehamilan di beranggapan n pelayanan persalinan melalui KB 2. Unmet kesehatan Posyandu bahwa kesehatan risiko tinggi pada tahun need kurang karena hanya pertolongan maternal termasuk 2002 hanya KB keputusan disediakan kehamilan dan yang kepada lakilaki/suami. 2 % tinggi untuk untuk persalinan oleh berkualitas Tingkat kepesertaan laki-laki dan perempuan dalam pengaturan kehamilan melalui KB (pada tahun tertentu setelah 9

(AKI) dengan mendekatkan pelayanan kesehatan maternal yang berkualitas kepada sasaran, sehingga pada akhir tahun 2004 diharapkan cakupan pelayanan antenatal menjadi 90 %, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menjadi 75 %, cakupan pelayanan postnatal menjadi 90 %,. 3. Antenat al Care rendah 4. Kehamil an dengan kondisi 4 T tinggi 5. Kompli kasi obstetri yang ditangan i rendah 6. Pengeta huan laki-laki tentang kehamil an dan persalin an risiko tinggi rendah memanfaatkan pelayanan ada di tangan suami/keluarg a. Akses lakilaki terhadap informasi tentang kehamilan dan persalinan kurang, termasuk yang risiko tinggi. perempuan. Hal ini menyebabkan pengetahuan dan pemahaman laki-laki tentang kehamilan risiko tinggi, dan perannya dalam mendampingi isterinya yang kehamilannya berisiko tinggi juga kurang sekali. dukun lebih menguntungka n daripada oleh bidan atau tenaga kesehatan kepada sasaran, seshingga pada akhir tahun 2004 diharapkan cakupan pelayanan antenatal menjadi 90 %, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menjadi 75 %, cakupan pelayanan postnatal menjadi 90 %, dengan lebih k an keterlibatan lakilaki/suami dilaksanakan intervensi) 10

11

12