Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Ali Banowo SMP Negeri 3 Panggul Kabupaten Tranggalek

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pengembangan Model Pembelajaran Temtik Berorientsi Life Skills untuk Kelas Permulaan Sekolah Dasar ABSTRAK

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

PENDEKATAN SCIENTIFIC BERMUATAN KARAKTER SIAP SIAGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MITIGASI JURNAL. Oleh

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

Oleh: Maelah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

Oleh: Supardi SDN 2 Watulimo, Trenggalek

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

KONSEP IPS TERPADU KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Kemampuan Membaca Teks Berita Dengan Menggunakan Model Cooperative Integrated Reading And Composition

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERORIENTASI KKNI UNTUK PENGUATAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA KULIAH EVALUASI DAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang

Oleh: Muhammad Suhud SDN 2 Karanganom, Durenan, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dasar Berpikir melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif & menyenangkan (PAIKEM); menerapkan pendekatan ilmiah ( scientific

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPS PADA KURIKULUM 2013 DI JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

Diajukan oleh: DESI KUSUMA NURDINI A

MASALAH-MASALAH PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS III SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS DI SDN TANJUNGREJO 5 KOTA MALANG)

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

239 Prosiding Seminar Nasional KSDP Prodi S1 PGSD Konstelasi Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di Era Globalisasi

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh: Sutaji Guru SDN 2 Gandusari, Trenggalek

ABSTRAK. Kata kunci: keterampilan proses saintifik, hasil belajar, model PBL

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN :

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM

BAB I PENDAHULUAN. yang setiap tahun selalu berkembang. Perkembangan kurikulum ini dianggap

ANALISIS KESESUAIAN INSTRUMEN PENILAIAN PADA MATERI TEKS EKSPOSISI KELAS X SMAN 11 KOTA JAMBI DENGAN KARAKTERISTIK PENILAIAN AUTENTIK ARTIKEL

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR

Transkripsi:

JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 251 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 1 SDN 1 DURENAN PADA TEMA PENGALAMANKU MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek Abstrak. Pelaksanaan pembelajaran seyogyanya dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam. Sebuah model pembelajaran diharapkan dapat dipergunakan sebagai wawasan untuk disesuaikan dengan kondisi peserta didik di masing-masing sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pendekatan saintifik yang mampu meningkatkan prestasi belajar tema pengalamanku pada siswa kelas 1 SDN 2 Durenan. Lokasi penelitian yang digunakan adalah SDN 2 Durenan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Peneliti adalah guru kelas 1 SDN 2 Durenan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I semester II SDN 2 Durenan Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 30 siswa. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti selama dua siklus dapat dibuktikan bahwa penerapan pendekatan saintifik pada tema pengalamanku memberikan peningkatan pada prestasi belajar siswa. Hasil ini dibuktikan dengan tercapainya ketuntasan belajar siswa pada masing-masing muatan sebesar 85%. Kata kunci: peningkatan prestasi belajar, tema pengalamanku, pendekatan saintifik Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat berimplikasi pada perubahan kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tidak terlepas dari pengaruh perubahan teknologi, serta seni dan budaya. Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan, yaitu kurikulum 1968, 1975, 1984, kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum 2006 atau kurikulum tingkat satuan pendidikan dan akhirnya pemerintah mengubah kurikulum tersebut dengan kurikulum 2013. Kehadiran kurikulum 2013 disesuaikan dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 9 yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan tingkat kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini didukung dengan Undang- Undang No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab V pasal 1-b dinyatakan dengan tegas bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Kurikulum pendidikan dasar menggariskan pembelajaran tematik untuk kelas permulaan sekolah dasar (SD). Pemberlakuan pembelajaran tematik dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian kompetensi peserta didik melalui pengintegrasian berbagai mata pelajaran di bawah naungan tema tertentu. Pembelajaran tematik dinilai sesuai dengan tahapan perkembangan anak,

252 Musringah, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1... karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna. Anak yang duduk di kelas permulaan mengalami perkembangan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah khusus dan memaknai pengalaman (Aunurrahman, 2009). Untuk membantu mewujudkan pencapaian kompetensi peserta didik di kelas permulaan, pembelajaran tematik. Praktik pembelajaran di kelas rendah SD pada saat ini tengah menghadapi masalah terkait dengan penerapan pembelajaran tematik yang digariskan dalam Kurikulum (2013). Informasi awal yang terjaring dalam berbagai kesempatan menunjukkan bahwa para guru di kelas rendah (I, II, dan III) mengeluhkan sulitnya merancang dan melaksanakan pembelajaran tematik. Para guru merasakan jika prosedur perencanaan pembelajaran tematik lebih rumit dibandingkan dengan pembelajaran bidang studi karena harus melalui tahap pemetaan dan penggabungan kompetensi berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran. Hal ini acapkali berdampak pada tidak optimalnya pembelajaran yang dilaksanakan. Menyadari kondisi ini, para guru berharap dapat memperoleh acuan yang komprehensif tentang model pembelajaran tematik karena selama ini produkproduk yang mendukung penerapan pembelajaran tematik dirasa masih kurang. Kondisi sebagaimana dikemukakan perlu direspon dengan tepat, mengingat SD merupakan lembaga pendidikan yang strategis tempat ditanamkannya dasar-dasar bagi terwujudnya tujuan pendidikan, termasuk dalam aspek pengembangan karakter. Konteks pembelajaran di SD memberikan banyak peluang bagi tumbuh dan berkembangnya berbagai dasar kecakapan pada diri peserta didik yang bermuara pada terbentuknya kemampuan dalam memecahkan dan mengatasi permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapinya.salah satu bentuk respon yang dinilai tepat adalah upaya pengembangan model pembelajaran tematik berorientasi life skill yang akan menghasilkan perangkat pembelajaran dan buku ajar tematik sebagai acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas I SD. Mudjiono (dalam Sutikno, 2009:15) mengartikan pembelajaran sebagai kegiatan untuk membelajarkan sebagai kegiatan untuk membelajarkan siswa dalam proses pembelajaran ini tentu guru memiliki peran yang amat penting oleh karena itu salah satu hal yang juga perlu diberi catatan adalah bagaimana para guru membantu siswa belajar dan menjalankan kurikulum 2013 karena rancangan kurikulum 2013 berbeda dari kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum 2013 rancangan program pembelajaran (RPP) dibuat untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan, pelaksanaan pembelajaran, harus sesuai dengan RPP yang dibuat dan menekankan pada tematic integrated scientific dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan evaluasi dilakukan dengan penilaian otentik yang mencakup penilaian karakter, portofolio, penilaian sikap serta penilaian ketuntasan belajar. Perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya ini tentu membutuhkan kerja ekstra dari guru sehingga guru perlu mendapatkan perhatian dalam setiap adanya perubahan kurikulum, karena guru menjadi tonggak dalam pendidikan. Materi pembelajaran dideskripsikan berdasarkan kompetensi dasar serta indikator pencapaian hasil belajar. Butir-butir materi yang dirumuskan memuat berbagai aspek yang meliputi aspek konsep, prinsip, fakta, proses, nilai dan keterampilan. Keberagaman

JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 253 aspek materi yang dirumuskan berdasarkan indikator hasil belajar tersebut memenuhi beragam karakter positif yang sesuai dengan paradigma life skills yang secara garis besar meliputi olah pikir, olah rasa, olah raga, dan olah karsa. Strategi pembelajaran tematik ini mencakup kegiatan yang berfokus pada pembentukan tiga ranah kompetensi, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut tercermin ke dalam kegiatan-kegiatan siswa yang mengarah pada pembentukan kecakapan hidup dalam berbagai segi. Strategi yang digunakan dilandasi pendekatan saintifik (Scientific Approach) serta model pembelajaran kooperatif dan kontekstual. Penilaian pembelajaran dilaksanakan secara terintegrasi melalui identifikasi penilaian mata pelajaran. Pemaduan penilaian ini menghasilkan formasi penilaian yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Strategi atau pengalaman belajar siswa pada pembelajaran tematik ini mencakup kegiatan yang berfokus pada pembentukan tiga ranah kompetensi, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut tercermin ke dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang mengarah pada pembentukan kecakapan hidup dalam berbagai segi. Strategi yang digunakan dilandasi pendekatan saintifik (scientific) serta model pembelajaran kooperatif dan kontekstual. Penilaian pembelajaran tematik ini disusun dengan memperhatikan prinsip penilaian autentik. Pembelajaran autentik tidak hanya berfokus pada penilaian hasil atau produk akhir pembelajaran, melainkan juga memperhatikan kinerja siswa selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik yang memiliki kriteria pendekatan saintifik sebagai berikut (Permendikbud, 2013): (1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. (2) Penjelasan guru, respon peserta didik dan interaksi edukatif guru dengan peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. (3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. (4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. (5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. (6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. (7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Winkel (1997) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya. Selanjutnya Poerwanto (2007) memberikan pengertian prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapot. Sedangkan menurut Nasution (1987) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakti: kognitif,

254 Musringah, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1... afektif dan psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapot setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Model evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi Stake karena peneliti ingin mengetahui pelaksanaan pembelajaran dari sudut perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran (Arikunto, 2009:43). Penelitian dilakukan di SDN 2 Durenan dengan guru kelas 1 sebagai peneliti. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan sampling jenuh yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel dalam penelitian karena jumlahnya yang hanya sedikit dan kurang dari 30 orang (Sugiyono, 2006:123). Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dimulai pada bulan Februari hingga Maret 2014 dengan metode pengumpulan data yang digunakan berupa: (1) lembar observasi guru dalam PBM, lembar observasi kerja siswa sesuai dengan kompetensi inti pada aspek kognitif (K13), soal evaluasi aspek kognitif; (2) wawancara digunakan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi responden secara lebih mendalam; dan (3) dokumentasi digunakan sebagai tanda bukti bahwa penelitian ini benar-benar dilakukan, hal-hal yang dicantumkan dalam dokumentasi ini antara lain foto kegiatan belajar mengajar, rancangan program pembelajaran (RPP), dan silabus. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing meliputi: planning (perencanaan), action (pelaksanaan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi). Masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Permasalahan yang belum dapat dipecahkan dalam siklus pertama direfleksikan bersama tim peneliti dalam suatu pertemuan kolaborasi, untuk mencari penyebabnya, selanjutnya peneliti merencanakan berbagai langkah perbaikan untuk diterapkan dalam siklus II. Dalam penelitian ini akan diperoleh dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi yang dilakukan pada setiap tahap kegiatan, dan data kuantitatif berupa hasil belajar yang didapatkan siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan penggunaan pembelajaran ceramah bervariasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa pada tema pengalamanku dengan menggunakan pendekatan saintifik. Tabel 1. Rekapitulasi Sikap Siswa Pada Siklus I Indikator Siklus I BT MT MM SM Disilin 0 0 30 0 Peduli lingkungan 0 0 30 0

JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 255 BT MT MM SM = Belum Terlihat = Mulai Terlihat = Mulai Membudaya = Sudah Membudaya Dari tabel di atas tampak bahwa sikap siswa menunjukkan perilaku yang mulai berkembang pada indikator kedisiplinan dan peduli lingkungan. Perkembangan menunjukkan bahwa siswa dapat mengeksplor aspek afektifnya melalui pembelajaran tematik dengan menggunakan pendekatan saintifik. Tabel 2. Rekapitulasi Sikap Siswa Pada Siklus II Indikator Siklus II BT MT MM SM Disilin 0 0 9 21 Peduli lingkungan 0 0 8 22 Setelah peneliti melaksanakan pembelajaran tema 5 sub tema 2 dengan menggunakan pendekatan saintifik, aspek afektif siswa mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Dari tabel 2 tampak bahwa 21 siswa menunjukkan sikap sudah membudaya dalam kedisiplinan, 9 siswa menunjukkan sikap mulai berkembang dalam kedisiplinan, 22 siswa menunjukkan sikap peduli pada lingkungan dan 8 siswa menunjukkan sikap mulai membudaya untuk peduli pada lingkungan. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan saintifik dapat menggali dan mengeksplor sikap siswa secara positif dalam pembelajaran. Dari hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada tema 5 tentang pengalamanku su tema 1 dan 2 diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 3 Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I & II KI 3 Per Muatan Nilai Rata-Rata % Ketuntasan 3.1 PPKN 3.92 100.00 3.1 B. Indonesia 3.36 73.08 3.4 B. Indonesia 3.44 76.92 3.1 Matematika 3.44 76.92 3.2 Matematika 3.96 100.00 3.4 Matematika 3.82 93.33 3.2 SBdP 3.58 83.33 3.4 SBdP 3.58 83.33 3.3 PPKN 3.42 90.00 3.1 B. Indonesia 3.40 90.00 3.4 B. Indonesia 3.42 90.00 3.1 Matematika 3.40 90.00 3.4 Matematika 3.47 90.00 3.4 SBdP 3.44 90.00 3.5 SBdP 3.40 90.00 Dari data di atas dapat dibuktikan bahwa pendekatan saintifik mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa di masingmasing muatan yang dilakukan oleh peneliti selama dua siklus, dengan tercapainya ketuntasan belajar siswa pada masing-masing muatan sebesar 85%. Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan pendekatan saintifik lebih baik dan efektif untuk meningkatkan prestasi belajara siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan saintifik memberikan kesempatan serta peluang kepada siswa untuk lebih berfikir dan bernalar tentang apa yang sedang dipelajari siswa. Pendekatan ini juga mendorong anak untuk melakukan ketrampilanketerampilan ilmiah seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Dimana disini anaklah yang di tuntut harus aktif melakukan ketrampilan ilmiah di atas (bukan gurunya). Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini dapat mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Ahmad (2012:33) menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran yang baik selalu diawali dengan perencanaan yang baik dan matang. Perencanaan pembelajaran merupakan aktivitas penetapan tujuan pembelajaran, penyusunan bahan ajar dan sumber belajar, pemilihan media pembelajaran, pemilihan

256 Musringah, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1... pendekatan dan strategi pembelajaran, pengaturan lingkungan belajar, perencanaan sistem hasil belajar serta perancangan sistem penilaian hasil belajar serta perancangan prosedur pembelajaran dalam rangka membimbing peserta didik agar terjadi proses belajar yang semuanya itu didasarkan pada pemikiran mendalam mengenai prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Mulyasa (2013:100) menjelaskan bahwa pembelajaran yang baik tentu memerlukan sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan pembelajaran merupakan acuan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 guru dituntut untuk membuat rancangan program pembelajaran (RPP) untuk setiap kali pertemuan sehingga para guru berinisiatif untuk membuat suatu perkumpulan untuk membahas dan membuat rancangan program pembelajaran (RPP) agar mempermudah bertukar informasi serta menyamakan persepsi tentang rancangan pembelajaran yang baik dan menekankan adanya pembelajaran yang tematik. Hajar (2013:22) menjelaskan bahwa unit yang tematik adalah epitome (struktur konseptual, atau prosedural, atau teoritik dari seluruh isi penting bidang studi yang akan diajarkan). Selama proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik perlu ditanamkan sikap sosial sebagai upaya untuk pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa dalam belajar terutama dalam belajar kelompok akan membantu siswa dalam melihat hubungan dari berbagai materi yang dipelajarinya. Proses pembelajaran dengan metode pembelajaran kelompok telah mengajarkan kepada siswa tentang selfdirection, mengetahui dan mampu mengungkapkan keinginan mereka, berlatih untuk menghargai keinginan teman mereka dan belajar berbagi, belajar untuk menerima perbedaan dan sebagainya. Secara langsung siswa telah menerapkan sikap sosial dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Karena dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik siswa dituntut lebih aktif melakukan keterampilanketerampilan baik secara individual maupun kelompok. Perlunya menumbuhkan sikap sosial dalam proses pembelajaran untuk menanamkan rasa saling menghargai sesama teman dalam berpendapat, mau bekerjasama dengan orang lain, mengutamakan kepentingan bersama serta menghargai kemajemukan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan pendekatan saintifik pada tema pengalamanku pada kelas 1 SDN 2 Durenan diperoleh simpulan sebagai berikut. (1) guru kelas 1 SDN 2 Durenan telah mampu merancang perencanaan/persiapan pembelajaran kurikulum 2013 pada Tema Pengalamanku dengan baik dan memenuhi standar prencanaan pembelajaran kurikulum 2013 yaitu sistematis, memuat kegiatan awal, inti dan penutup yang menunjukkan kegiatan pembelajaran tematic integrated scientifik; (2) dengan menerapkan pendekatan saintifik pada tema pengalamanku pada kelas 1 SDN 2 Durenan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang dibuktikan dengan tercapainya ketuntasan belajar siswa pada masing-masing muatan sebesar 85%. Saran Perlu adanya beberapa metode atau metode bervariasi dalam penyampaian materi pada setiap PBM, sebab dengan metode yang bervariasi siswa tidak akan jenuh dan

JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 257 bahkan menyenangi materi yang disampaikan. Dalam penerapan pendekatan saintifik diperlukan interaksi antara peserta didik dengan pendidik agar KBM berjalan efektif. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Hajar, I. 2013. Panduan Lengkap Kurikulum Tematik untuk SD/MI. Yogyakarta: Diva Press. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya Persada. Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Permendikbud. 2013. Jurnal Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Diperlukan persiapan instrumen dan perangkat untuk pengambilan data, sehingga peneliti memerlukan waktu yang cukup agar hasil yang didapai sesuai dengan harapan ketika melakukan penelitian. Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Poerwanto, N. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya. Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sutikno, S. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect. Winkel, W.S. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.