Disampaikan pada pelatihan pemandu ekowisata oleh WWF di Taman Nasional Tesso Nilo (30 September 2010)

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI,

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

PERAN UNDANG UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DALAM PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN OBJEK WISATA

PERENCANAAN PENGELOLAAN EKOWISATA

MANAGING EDUCATIONAL TOURISM. ICT MANAGAMENT IMPROVEMENT

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

Sistematika presentasi

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

Conventional vs Sustainable Tourisms WISATA KONVENSIONAL 1. Satu tujuan: Keuntungan 2. Tak terencana 3. Berorientasi pada wisatawan 4. Kontrol oleh pi

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

01 Berkomunikasi di Tempat Kerja

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan alam. Era globalisasi ini ada dua hal yang dianggap signifikan

LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN KULIAH MANAJEMEN PARIWISATA SEMESTER GAZAL 2012/2013. By deni darmawan

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURAT IZIN USAHA KEPARIWISATAAN

TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan suatu studi kasus

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Potensi Visual sebagai Dayatarik Wisata di Universitas Pendidikan Indonesia

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 8 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN. Oleh : M. Liga Suryadana

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BANGKA TENGAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA JASA SARANA OLAH RAGA DAN REKREASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan Belajar 1: Mengkonstruksi Industri Pariwisata

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB II URAIAN TEORITIS. Peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi diberbagai negara tidak diragukan lagi.

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

(Adam) A. Supriatna Birding specialist dan praktisi ekowisata di Gunung Gede- Pangrango dan kawasan sekitarnya Disampaikan pada pelatihan pemandu ekowisata oleh WWF di Taman Nasional Tesso Nilo (30 September 2010)

Dalam pelatihan ini kita akan mendiskusikan tentang wisata dan ekowisata serta interpretasi dak tekniknya dalam pelaksanaan ekowisata di Tesso Nilo

Wisata : kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Wisatawan : orang yang melakukan wisata. Pariwisata : berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Kepariwisataan : keseluruhan kegiatan yangterkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. (sumber: UU RI No 10 2009) Pengertian Pengertian

Usaha Pariwisata Usaha pariwisata meliputi, antara lain: a) daya tarik wisata; b) kawasan pariwisata; c) jasa transportasi wisata; d) jasa perjalanan wisata; e) jasa makanan dan minuman; f) penyediaan akomodasi; g) penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; h) penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; i) jasa informasi pariwisata; j) jasa konsultan pariwisata; k) jasa pramuwisata; l) wisata tirta; dan Sumber : (sumber: UU RI No 10 2009)

Beberapa contoh bentuk Wisata Wisata?? Wisata terkait alam Wisata berorientasi alam Agrowisata Wisata penelitian Wisata bulan Wisata belanja Wisata kuliner Bentuk Wisata Wisata budaya Ekowisata Wisata religi Wisata maritim Wisata sejarah

Tentang Ekowisata Pengertian: Pengertian: pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat Tujuan: Tujuan: (1) Mewujudkan penyelenggaraan wisata yang bertanggung jawab, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan alam, peninggalan sejarah dan budaya; (2) Meningkatkan partisipasi masyararakat dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat; (3) Menjadi model bagi pengembangan pariwisata lainnya, melalui penerapan kaidah-kaidah ekowisata.

Peluang Ancaman

Prinsip dan Kriteria Ekowisata PRINSIP EKOWISATA 1. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan. KRITERIA EKOWISATA Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan, melalui pelaksanaan sistem pemintakatan (zonasi). Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan daerah tujuan. Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya. Memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata. Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan. Mengelola usaha secara sehat. Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya. Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

2. Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat. Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan ekowisata. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata. Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata. Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan kawasan tersebut kepada masyarakat setempat. Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat (multistakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.

3. Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat. 4. Peka dan menghormati nilainilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. Membuka kesempatan keapda masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif. Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat. Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata. Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya. Menetapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata. Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainya (multi-stakeholders) dalam penyusunan kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata. Melakukan pendekatan, meminta saran-saran dan mencari masukan dari tokoh/pemuka masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisata. Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat sebagai bagian terpadu dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.

5. Memperhatikan perjanjian, peraturan, perundang-undangan baik ditingkat nasional maupun internasional. Memperhatikan dan melaksanakan secara konsisten: Dokumen-dokumen Internasional yang mengikat (Agenda 21, Habitat Agenda, Sustainable Tourism, Bali Declaration dsb.). GBHN Pariwisata Berkelanjutan, Undangundang dan peraturan-peraturan yang berlaku. Menyusun peraturan-peraturan baru yang diperlukan dan memperbaiki dan menyempurnakan peraturan-peraturan lainnya yang telah ada sehingga secara keseluruhan membentuk sistem per-uu-an dan sistem hukum yang konsisten. Memberlakukan peraturan yang berlaku dan memberikan sangsi atas pelanggarannya secara konsekuen sesuai dengan ketentuan yang berlaku (law enforcement). Membentuk kerja sama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.

Stakeholder dalam perencanaan ekowisata

Tahap-tahap perencanaan Ekowisata DIAGNOSIS PARAR TENTUKAN TUJUAN OBSERVASI TAHAP PERUMUSAN RENCANA ANALISIS DATA PENETAPAN RENCANA PELAKSANAAN RENCANA TAHAP PELAKSANAAN RENCANA

Acara wisata (itinerary) dokumen yang yang dapat dipakai untuk menggambarkan penyelenggaraan sebuah wisata yang berisi program suatu wisata (tour) Itinerary bisa berbentuk uraian, tabel, atau grafik Dalam membuat itinerary perlu diperhatikan: rute perjalanan, variasi objek, urutan kunjungan, dan kondisi wisatawan

Interpretasi Alam? Menerjemahkan bahasa atau istilah teknis kedalam bahasa/ istilah populer sehingga bahasa-bahasa atau istilah-istilah teknis tersebut bisa dipahami masyarakat umum (Ham, 1992) Suatu aktivitas pendidikan yang bertujuan menyingkap berbagai makna dan hubungan melalui objek-objek menarik (asli), pengalaman langsung dan gambar/ ilustrasi - jadi tidak semata-mata menyampaikan fakta/ informasi (Tilden, 1992)

Cara membuat itinerary 1)Distribusi waktu (a:b) x 60 menit dimana a=jarak, b=kecepatan rata-rata kendaraan 2)Penyesuaian waktu dan penetapan jadwal 3)Pindahkan distribusi waktu yang sudah dibuat ke itinerary

Jadi interpretasi adalah proses Merubah Bahasa teknis bahasa populer dan Menjelaskan Makna/ hubungan menyingkap fakta/ informasi

Interpretasi yang baik seharusnya 1. 2. 3. 4. Menyenangkan Relevant/ terkait Tersusun/ sistimatis Memiliki tema

Bagaimana agar interpretasi 1. MENYENANGKAN Informal Senyum Gunakan kalimat aktif Tunjukan adanya sebab-akibat Kaitkan dengan perkembangan Gunakan metafora visual Gunakan personifikasikan Gunakan analogi Perhatikan kata/ kalimat penghubung Fokus

2. RELEVANT Interpretasi yang relevant : Bermakna personal Agar bermakna maka: terkait dengan yang sudah dipahami (sudah ada dalam otak); Hindari bahasa/ kalimat sulit dan teknis; memfasiliasi pemahaman peserta tour tentang konservasi alam, misalnya dengan contoh-contoh dalam masyarakat, analogi atau perbandingan, misalnya burung dalam sangkar Agar personal maka: terkait dengan yang orang sangat peduli dengannya, misalnya tentang diri, keluarga, nilai-nilai, prinsip, kepercayaan dan keyakinan

3. TERSUSUN/ SISTEMATIS Sistematis = Mudah dipahami Kemampuan otak manusia mencerna informasi baru terbatas apalagi kalau informasi itu sulit dipahami dan berbelit-belit Ada informasi A dan B. mana yang lebih mudah dicerna? (A) Ekowisata di Taman Nasional dan hutan Lindung Membutuhkan Pemandu yang profesional (B) Profesional Taman Nasional Lindung hutan Ekowisata di pemandu Membutuhkan Dan yang

4. MEMILIKI TEMA Topik sebuah pembicaraan/ presentasi bukanlah sebuah tema. Topik adalah subyek pembicaraan/ presentasi. Sedangkan tema adalah pesan utama dari subyek pembicaraan/ presentasi Contoh topik dan tema Contoh topik: Burung, Hutan, Gunung Api, Sungai, Keragaman hayati, Erosi, dll. Contoh tema untuk topik burung: Burung adalah satwa menarik karena kemampuan adaptasinya. Jenis burung endemik Tesso Nilo. Burung pemakan biji di Tesso Nilo. Burung pemangsa Sebuah tema harus sederhana, memiliki satu gagasan, mencerminkan isi presentasi secara, keseluruhan, spesifik dan jika mungkin, gunakan kalimat aktif!

Untuk program interpretasi, apakah kita seorang Porter Guide Interpreter

Teknik Interpretasi 1) Penyampaian secara lisan (talks) 2) Pemanduan (guided tour)

Contoh program interpretasi Bentuk interpretasi lisan (Talks) Orientasi Contoh Peserta Tujuan interpretasi Pengunjung, Memberikan turis, anak penjelasan kepada sekolah, peserta tempat apa yang mereka bisa lihat dan lakukan disana lokasi Pusat informasi, museum, Kebun Binatang

Sumber bacaan Andy Drumm and Alan Moore. 2005. An Introduction to Ecotourism Planning Second Edition Volume l. The Nature Conservancy, Arlington, Virginia USA. Prof. Dr. I Gede Pitana, M.Sc dan I Ketut Surya Diarta, SP., MA. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Andi Yogyakarta. Sam. H. Ham. 1992. Environmental Interpretation: a practical guide for people with big ideas and small budgets. North American Press. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Garis Besar Pedoman Pengembangan Ekowisata Indonesia yang merupakan draft dari Direktorat Jenderal Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya,1999. Ekowisata Indonesia.