BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kejuruan sebagai salah satu bagian dari sistem Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. serta merujuk pada rumusan masalah yang diungkapkan, maka implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif naturalistik. Pertimbangannya sebab hasil penelitian yang diperoleh

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.04/MEN/1987

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan. mencapai prestasi yang diukur atau dinilai.

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

pendidikan dari segi tujuan perkembangan kepribadian saja kurang lagi

BAB V PENUTUP. pada BAB IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. guru ekonomi yang sudah sertifikasi dengan guru ekonomi yang belum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 2 BUPATI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2015

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan

Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional

RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Pen eli tian

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DIREKTORAT PENEMPATAN TENAGA KERJA DALAM NEGERI

peningkatan SDM berkualitas menjadi sangat penting, Terutama dengan dua hal (teori dan praktek) harus berjalan seiring dan saling melengkapi.

SAFETY INSTINCT DASAR PEMBENTUKAN SAFETY BEHAVIOUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

K A T A P E N G A N T A R

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-01/MEN/1991 TENTANG ANTAR KERJA ANTAR NEGARA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka. mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus mengantisipasi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh

KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA

BAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga manusia dalam bidang industri. Dengan diketemukannya mesin serta

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil kajian dan pembahasan pada bab IV, tentang pengaruh layanan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu bagian

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.

RENCANA OPERASIONAL PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN STIE KBP TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

BAB I PENDAHULUAN. dan Dosen pasal 34 ayat 1 mengamanatkan bahwa, pemerintah daerah wajib

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah, padahal tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru

MUTU PEKERJAAN dan KESELAMATAN KERJA Oleh : Parfi Khadiyanto Anggota Dewan Pengurus Bidang I (Prolima)LPJKD Prov. Jateng

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini pembangunan ekonomi tidak hanya dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat (2) mengatur bahwa,

H. Pengelolaan Program

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 pasal 3 ayat 2, dan pasal 4 ayat 1 dan 2 tentang Program

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke -

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi industri seperti sekarang ini, persaingan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya tanpa adanya perusahaan sebagai tempat mencari nafkah sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

A 4 1 3,7 4 B ,3 48 C ,5 10 D E ,5 0 Jumlah Rata-rata 2,30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Perusahaan-perusahaan besar saat ini menggunakan sistem Teknologi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan sebagai salah satu bagian dari sistem Pendidikan Nasional memiliki peran yang sangat strategis bagi terwujudnya angkatan tenaga kerja nasional yang terampil. Departemen Pendidikan Nasional sedang terus mengusahakan peningkatan jumlah siswa SMK sehingga akan dicapai perbandingan 70% SMK dan 30% adalah siswa SMA. Sekolah Menengah Kejuruan karenanya memiliki peran penting bagi pencapaian tujuan menyiapkan siswa dengan keterampilan dan sikap profesional hingga siap memasuki lapangan kerja. Apalagi, globalisasi telah menjadi kenyataan. Karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki multi keterampilan, luwes, pembelajar, dan memiliki jiwa kewirausahaan, serta memiliki keterampilan dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sekolah Menengah Kejuruan yang menjadi pelaksana utama perwujudan tenaga kerja siap pakai dengan kualifikasi tersebut di atas, memiliki peran strategis dan penting. Karen itu, upaya memperluas informasi dan pengembangan pendidikan kejuruan perlu mendapat dukungan semua pihak, termasuk dunia industri. Upaya-upaya mengembangkan fasilitas pada SMK misalnya laboratorium praktek kerja yang up-to-date, mengembangkan kerjasama dalam ikatan kemitraan dengan dunia usaha/industri, serta memperluas akses dan

2 kemudahan bagi siswa yang akan menempuh pendidikan SMK, perlu lebih ditingkatkan. Setiap industri mesti sadar pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat penting. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat diterapkan dalam perusahaan. Karena itu, setiap perusahaan patut mempunyai paling sedikit satu ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mahir, dan setia pada doktrin keselamatan daripada biaya atau produksi, selain itu perlu didukung oleh satu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Bahkan setiap perusahaan harus mempunyai buku pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disahkan oleh Disnaker. Namun, kenyataan di perusahaan pelaksanaan K3 diabaikan sehingga risiko kecelakaan kerja relatif tinggi. Contoh di Surabaya setiap jam sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi di dunia. Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan pada tahun 2006, sedikitnya terjadi 92.200 kasus kecelakaan kerja di Indonesia, atau hanya turun 4.000 kasus dari tahun 2005. Meski demikian, data tersebut belum termasuk kasus kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak mengikuti program Jamsostek. "Sejauh ini kami hanya bisa memantau kasus kecelakaan kerja berdasarkan data klaim dari PT Jamsostek. Mungkin saja angkanya bisa bertambah dua kali lipat karena jumlah perusahaan yang mengikuti program Jamsostek baru mencapai 50 persen," (Suwito: 2008).

3 Menurut Suwito (2008), saat ini Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan tuntutan pasar global yang disyaratkan oleh ILO (Organisasi Buruh Internasional). "Jika sebuah perusahan tidak memiliki SMK3 maka produk ekspor mereka akan ditolak masuk ke pasar internasional. Tentu hal ini akan menjadi kerugian besar bagi masyarakat industri kita, "Tingginya kasus kecelakaan kerja di Indonesia, juga disebabkan masih rendahnya sanksi hukum bagi perusahaan yang belum menerapkan SMK3. Dalam Pasal 15 Ayat 2 UU No 1 tahun 1970 tentang K3, perusahaan yang melanggar ketentuan kewajiban penerapan SMK3 hanya diancam hukuman kurungan tiga bulan penjara atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah)," (Suwito: 2008). Pada kesempatan yang sama Ketua DPP Asosiasi Pengawas Ketenagakerjaan Indonesia Adjat Daradjat mengakui bahwa fungsi pengawasan ketenagakerjaan di Indonesia memang kurang berjalan baik sejak diberlakukannya otonomi daerah. Karena itu beliau berharap dengan pembentukan asosiasi pengawasan yang dipimpinnya ini dapat memperkecil berbagai masalah ketenagakerjaan di Indonesia, termasuk pengawasan K3 di perusahaanperusahaan. Hasil observasi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero), menunjukkan tiga tahun terakhir pelaksanaan K3LH di Workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) sungguh mengagumkan, tidak terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang dapat merugikan baik bagi tenaga kerja, perusahaan, dan lingkungan. Semua proses produksi di Workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia

4 (Persero) memiliki fasilitas berupa bengkel kerja, sama halnya pada proses permesinan. Proses produksi dapat berlangsung baik, aman, dan lancar apabila ditunjang dengan fasilitas bengkel kerja yang memadai dan juga sikap mental, serta pengetahuan yang dimiliki para pemakai bengkel kerja juga baik. Salah satu hal yang perlu diperhatikan selama proses produksi adalah masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja, sebab bagaimanapun juga masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan kebutuhan yang selalu diharapkan semua orang. Setiap perayaan ulang tahun atau hari besar nasional di PT. Dirgantara Indonesia (Persero), selalu diselipkan/ digalakan mengenai Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Hidup. Hal ini dilakukan untuk memupuk kesadaran akan pentingnya Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Hidup. Pada masa orientasi dan trainning bagi tenaga kerja baru selalu dimasukan materi K3LH setidaknya selama satu hari. Pelatihan K3LH bagi manajemen dan tenaga kerja dilaksanakan secara terpadu dalam setiap program pelatihan maupun secara khusus sesuai kebutuhan. Biasanya pelatihan khusus ini dilakukan sesuai dengan permintaan unit terkait. PT. Dirgantara Indonesia (Persero) memiliki kebijakan K3LH sebagai pedoman dan arahan dalam pengelolaan Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Hidup yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan mitra kerja, serta lingkungannya. Selain itu terdapat pula prosedur yang merupakan pedoman mengenai sistem manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Hidup bagi manajemen dan tenaga kerja dalam menangani bidang Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan agar dalam

5 pengelolaannya efektif dan efisien. Komitmen tentang K3LH sebagaimana dimuat dalam Sistem Manajemen K3LH PT. Dirgantara Indonesia (Persero) (2007: 12) : 1. Bahwa kebijakan K3LH harus didukung dengan sistem manajemen yang terarah agar dapat dilaksanakan dengan efisien dan efektif untuk meningkatkan kinerja K3LH. 2. Upaya pencegahan dan perbaikan secara berkelanjutan terhadap kinerja K3LH dilakukan secara terpadu oleh seluruh jajaran manajemen dan tenaga kerja. PT. Dirgantara Indonesia (Persero) menerbitkan standar dan prosedur Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan yang dipakai sebagai acuan dalam mengelola Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan. Standar Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan merupakan petunjuk pelaksanaan yang dituangkan ke dalam dokumen K3LH & Produktivitas. Kontrol dan tindakan perbaikan K3LH dilakuakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program K3LH. Di mana setiap ditemukan adanya penyimpangan dilakukan tindakan perbaikan. Karena itu di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) ditetapkan, diterapkan, dan dipelihara standar/ petunjuk untuk melaksanakan kontrol dan tindakan perbaikan tersebut. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai masalah Keselamtan dan Kesehatan Kerja di PT. Dirgantara Indonesia (Persero), penulis melakukan penelitian berjudul : Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proses Produksi (Studi Kasus di Workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung).

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, diidentifikasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Permasalahan yang diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Kebijakan PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan. 2. Prosedur (SOP) Keselamatan dan Kesehatan Kerja di workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. 3. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. 4. Hambatan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di workshop Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini akan ditekankan pada hasil identifikasi masalah. Pembatasan masalah ini dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, karena kajian tentang implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proses produksi di Workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung cukup luas cakupannya.

7 D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proses produksi di Workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. Maksud dari rumusan masalah ini agar tujuan yang akan dicapai dalam penelitian lebih terarah. E. Pertanyaan Penelitian Secara lebih rinci, hasil identifikasi dan rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan kembali dalam bentuk pertanyaan penelitian yang akan dicarikan jawabannya. Maksudnya agar tujuan yang akan dicapai dalam penelitian lebih terarah. Adapun pertanyaan penelitian tersebut sebagai berikut : 1. Bagaimana kebijakan PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja? 2. Bagaimana prosedur (SOP) Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proses produksi di Workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung? 3. Bagaimana pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung? 4. Apakah hambatan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proses produksi di Workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung?

8 F. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kebijakan PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2. Untuk mengetahui prosedur (SOP) Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proses produksi di Workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. 3. Untuk mengetahui pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. 4. Untuk mengetahui hambatan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proses produksi di Workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. G. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini secara umum memiliki konstribusi terhadap pemecahan masalah pembangunan khususnya dalam pembangunan bidang pendidikan dan teknologi yaitu untuk meningkatkan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dunia pendidikan dan dunia industri. Secara khusus, manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi institusi LPTK bidang keahlian teknik mesin, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu fasilitas untuk meningkatkan pengembangan kurikulumnya yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

9 2. Bagi kalangan praktisi pendidikan di SMK Bidang Keahlian Teknik Mesin Produksi, hasil penelitian ini dapat memfasilitasi dalam implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 3. Bagi lembaga pendidikan dan pelatihan, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan maupun pembanding dalam pelaksanaan dan pengembangan program pendidikan dan pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja. 4. Bagi industri dan institusi pendidikan dan pelatihan, hasil penelitian ini dapat menjadi jembatan untuk menjalin kerjasama guna meningkatkan relevansi pencapaian kompetensi tenaga kerja/ peserta didik dengan tuntutan kompetensi kerja di industri khususnya bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 5. Bagi Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan sejauh mana implementasi K3LH di workshop Departemen Machining Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. 6. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kepedulianya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proses praktek perkuliahan di Bengkel Mesin Produksi. 7. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian dapat diteliti kembali terutama segi efektivitas dan efisiensinya dalam pelaksanaan program serta relevansinya terhadap dunia kerja bidang teknik mesin produksi di waktu selanjutnya.

10 H. Pejelasan Istilah dalam Judul Supaya tidak terjadi salah pengertian dalam menafsirkan judul, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yaitu : 1. Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi ke dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak yang dapat dirasakan. Dengan demikian implementasi yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu proses penerapan teori mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja ke dalam suatu aktivitas kerja di mana terjadi interaksi antara tenaga kerja, sarana prasarana, prosedur, dan media untuk mencapai tujuan. 2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup ialah keselamtan dan kesehatan yang dapat menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan yang tertuju pada kesejahteraan manusia dan pelestarian lingkungan. 3. Proses Produksi ialah proses pengubahan masukan-masukan sumber daya (bahan mentah, tenaga kerja, modal, energi, dan informasi) melalui proses transformasi menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna. I. Metode Penelitian Penelitian ini, mengumpulkan jenis/ sifat data ordinal sehingga cocok digunakan penelitian kualitatif naturalistik. Data ordinal di sini memiliki arti bahwa data tersebut tingkat ukurannya tidak sekedar klasifikasi, juga menunjukkan urutan kedudukan dari masing-masing klasifikasi tersebut. Karena

11 itu, untuk menangkap dan memaknai fakta alamiah tersebut sangat tergantung pada kepiawaian peneliti sebagai key instrument. Teknik pengumpulan datanya adalah observasi, dokumentasi, dan wawancara. Setiap hasil dari pengumpulan data tersebut, peneliti langsung mencatat, merekam, dan menginterpretasikannya dengan menggunakan teknik-teknik yang dapat memudahkan memahami keseluruhan dari bagian-bagian penelitiannya. J. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan berperan sebagai pedoman penulis agar mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan tesis ini, serta lebih terarah. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, metode penelitian secara singkat dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka, berisi landasan teoritis yang mendukung dan relevan dalam analisis temuan. Bab III Metodologi Penelitian, berisi mengenai lokasi penelitian, metode penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi data hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan temuan penelitian. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi kesimpulan yang diperoleh selama penelitian dan rekomendasi yang perlu diperhatikan.