RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

Denpasar, 20 April 2016

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

-1- BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 110 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA BANJARMASIN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN USAHA RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RUMAH SUSUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO Nomor 7 Tahun 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN BANGUNAN DI KAWASAN PANTAI TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 1 TAHUN 1991 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : E

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG RUMAH SUSUN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA Nomor : 1 Tahun 2005 Seri : C

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

Transkripsi:

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun Tetangga (RT), jumlah penduduk 402.697 jiwa (2013), kepadatan penduduk 12.000/km 2 Dilalui 3 sungai (S.Winongo, S.Code & S.Gadjahwong), Terdapat 278,7 Ha kawasan kurang layak huni yaitu sekitar 8.57% dari luas wilayah Kota Yogyakarta

Profil Permukiman dan Perumahan Kumuh berdasar SK Walikota Nomor 393 Tahun 2014 1. Terdapat 206 RW yang ditetapkan sebagai lokasi kawasan tidak layak huni yang tersebar pada 35 kelurahan di Kota Yogyakarta 2. Total luasan kawasan tidak layak huni 278,70 Ha 3. Umumnya, permukiman kumuh terdapat di sepanjang bantaran Kali Winongo, Kali Code, dan Kali Gadjah Wong. Permukiman kumuh tersebut menyebar di sepanjang kali dari pusat kota hingga pinggir kota. Permasalahan yang umum terjadi di permukiman kumuh terdiri dari pelayanan air minum, air limbah, dan jaringan drainase yang belum merata. Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat juga masih kurang, sehingga turut serta menyebabkan terjadinya kekumuhan.

Profil Permukiman Kumuh berdasar updating 2015 NO Kategori Luas (Ha) 1 Kawasan perumahan dan Permukiman Kumuh 264,89 2 Kategori Kumuh Rendah 20,65 Sedang 216,52 Tinggi 27,72 3 Rekomendasi Penanganan Peremajaan 223,56 Pemugaran 41,33 Permukiman Kembali - 4 Rekomendasi Prioritas Penanganan Rendah Sedang Tinggi Sumber: Profil Pendataan Perumahan dan Permukiman Kumuh Di Kota Yogyakarta Tahun 2015 3 Kawasan 28 Kawasan 5 Kawasan

Proses Raperda Kumuh Kota Yogyakarta 2015 Januari 2016 Februari 2016 Pembahasan Raperda Kumuh bersama Tim Pusat (Tim Teknis dan Tim tenaga Ahli); Dinas Kimpraswil Bappeda Bagian Hukum DPRD Kota P3ADK Bagian Tata Pemerintahan Bagian Organisasi BPN Pembahasan Raperda Kumuh KEMENKUMHAM Bagian Hukum Dinas Kimpraswil Bappeda Dinas Perizinan Bagian Tata Pemerintahan Kimpraswil Bagian Hukum DPRD Kota Pelimpahan di DPRD Pembentukan BaMus di DPRD Kota Yogyakarta per tanggal 12 Februari 2016 88 pasal 49 pasal

RANCANGAN RAPERDA

RAPERDA KOTA BAB I KETENTUAN UMUM BAB II KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH BAB III PENCEGAHAN TERHADAP TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH BARU BAB IV PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH BAB V PENYEDIAAN TANAH BAB VI PENDANAAN BAB VII TUGAS DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH BAB VIII POLA KEMITRAAN DAN PERAN MASYARAKAT BAB IX LARANGAN BAB X KETENTUAN PENYIDIKAN BAB XI KETENTUAN PIDANA BAB XII KETENTUAN PERALIHAN BAB XIII KETENTUAN PENUTUP DRAFT RAPERDA PUSAT BAB I KETENTUAN UMUM BAB II KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH BAB III PENCEGAHAN TERHADAP TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH BARU BAB IV PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH BAB V PENYEDIAAN TANAH BAB VI PENDANAAN DAN SISTEM PEMBIAYAAN BAB VII TUGAS DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH BAB VIII POLA KEMITRAAN DAN PERAN MASYARAKAT BAB IX KETENTUAN LAIN DAN LARANGAN BAB X KETENTUAN PENYIDIKAN BAB XI SANKSI ADMINISTRATIF BAB XII KETENTENTUAN PIDANA BAB XIII KETENTUAN PENUTUP

Konsideran (Menimbang) a. bahwa penataan kawasan perumahan dan permukiman diperlukan penanganan tersendiri yang menghormati hak-hak asasi penghuninya sebagai penunjang kehidupan dari aspek- aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang berorientasi masa depan, berwawasan lingkungan, serta peka terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat; b. bahwa dalam rangka penataan kawasan perumahan dan permukiman kumuh di wilayah Kota Yogyakarta, maka perlu pengaturan pencegahan tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh;

Konsideran (Mengingat) a. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 859); c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7); d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22); e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); f. Peraturan Pemerintah Nomor 88 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomor 320); g. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1992 tentang Yogykarta Berhati Nyaman (Lembaran Daerah Nomor 37 Tahun 1992 Seri D); h. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Yogyakarta Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2007 Nomor 25 Seri D); i. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta Tahun 2010-2029 (Lembaran Daerah Nomor 2 Tahun 2010); j. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Nomor 2 Tahun 2012); k. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Yogyakarta Tahun 2015 2035 (Lembaran Daerah Tahun 2015 Nomor 1);

BAB I KETENTUAN UMUM

Ketentuan Umum Pengertian Pasal 1 Tujuan: Pasal 2 Maksud: Pasal 3 Lingkup: Pasal 4 1. Pencegahan a. mencegah tumbuh dan Maksud Pengaturan a. kriteria dan tipologi 2. Peningkatan kualitas berkembangnya mengenai pencegahan dan perumahan kumuh dan 3. Perumahan kumuh perumahan kumuh dan peningkatan kualitas permukiman kumuh; 4. Permukiman kumuh permukiman kumuh baru terhadap perumahan b. pencegahan terhadap 5. Masyarakat dalam mempertahankan kumuh dan permukiman tumbuh dan Berpenghasilan Rendah perumahan dan kumuh untuk memberikan berkembangnya 6. Prasarana permukiman yang telah kepastian dan sebagai perumahan kumuh dan 7. Sarana dibangun agar tetap pedoman dalam mencegah permukiman kumuh baru; 8. Utilitas umum terjaga kualitasnya; dan meningkatkan kualitas c. peningkatan kualitas 9. Izin Mendirikan b. meningkatkan kualitas terhadap perumahan terhadap perumahan Bangunan Gedung terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dan permukiman 10.Kawasan permukiman kumuh dan permukiman kumuh. kumuh; 11.Setiap orang kumuh dalam d. penyediaan tanah; 12.Rumah mewujudkan perumahan e. pendanaan dan sistem 13.Perumahan dan kawasan pembiayaan; 14.Permukiman permukiman yang layak f. tugas dan kewajiban 15.Lingkungan hunian 16.Daerah huni dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, pemerintah daerah; dan g. pola kemitraan, peran 17.Pemerintah Daerah dan teratur. masyarakat, dan 18.Walikota kearifan lokal.

BAB II KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Pasal 5-6 Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ditinjau dari Bangunan Gedung tata bangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana tata ruang; merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan persyaratan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman dengan: Koefisien Dasar Bangunan yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL;dan/atau Koefisien Lantai Bangunan yang melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau RTBL. persyaratan teknis bangunan gedung yang tidak sesuai. merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan persyaratan: pengendalian dampak lingkungan; pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum; keselamatan bangunan gedung; kesehatan bangunan gedung; kenyamanan bangunan gedung; dan kemudahan bangunan gedung.

Pasal 7-12 penyediaan air minum: akses air minum yang aman tidak tersedia; dan/atau tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar yang berlaku. jalan lingkungan : jaringan jalan lingkungan yang tidak tersambung ke seluruh lingkungan perumahan atau permukiman; dan/atau kualitas permukaan jalan lingkungan sebagian atau seluruhnya buruk/rusak. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ditinjau dari PSU drainase lingkungan: drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan; drainase tidak tersedia; drainase lingkungan tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan; drainase lingkungan tidak terpelihara; dan/atau kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk. proteksi kebakaran : tidak adanya prasarana proteksi kebakaran; dan/atau sarana proteksi kebakaran pengelolaan persampahan: Sistem, prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis; dan/atau Sarana dan prasarana pengelolaan persampahan tidak terpelihara pengelolaan air limbah: sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis; dan/atau prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis.

Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Pasal 13 Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara geografis. perumahan kumuh dan permukiman kumuh di tepi sungai; perumahan kumuh dan permukiman kumuh di dataran; perumahan kumuh dan permukiman kumuh di daerah rawan bencana. perumahan kumuh dan permukiman kumuh di atas air; perumahan kumuh dan permukiman kumuh di perbukitan;

BAB III PENCEGAHAN TUMBUH & BERKEMBANGNYA PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH BARU

pengawasan dan pengendalian; dilakukan atas kesesuaian terhadap: perizinan; izin mendirikan bangunan izin gangguan izin lingkungan Standar teknis Tahap perencanaan Tahap pembangunan Standar teknis bangunan gedung Standar teknis jalan lingkungan Standar teknis air minum Standar teknis drainase lingkungan Standar teknis air limbah Standar teknis persampahan Standar teknis kebakaran Kelaikan fungsi Tahap pemanfaatan Kelayakan bangunan gedung Kelayakan jalan lingkungan Kelayakan air minum Kelayakan drainase lingkungan Kelayakan air limbah Kelayakan persampahan Pencegahan Perumahan kumuh dan Permukiman Kumuh pemberdayaan masyarakat; dilakukan melalui: pendampingan; dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat melalui pembentukan dan peningkatan kapasitas kelompok swadaya masyarakat melalui kegiatan: 1. Penyuluhan 2. Pembimbingan 3. Bantuan Teknis Pelayanan Informasi Pasal 14-22

BAB IV PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Pasal 23-37 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh 1. Penetapan lokasi pendataan yang melibatkan masyarakat, mll 1. identifikasi lokasi; dan 2. penilaian lokasi SK Walikota Lokasi Kumuh 4. Pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan, dilakukan scr swadaya oleh msyarakat dengan upaya: pemeliharaan; dan perbaikan 2. perencanaan penanganan Tahap-tahap perencanaan: 1) persiapan; 2) survei; 3) penyusunan data dan fakta; 4) analisis; 5) penyusunan konsep penanganan; dan 6) penyusunan rencana penanganan. pemugaran; dan Peremajaan. 3. Penanganan

Penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh Pasal 31 Pasal 37 Pemugaran untuk perbaikan dan/atau pembangunan kembali perumahan dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni. Merupakan kegiatan perbaikan rumah, prasarana, sarana, dan/atau utilitas umum. Tahap pra konstruksi: a. identifikasi permasalahan & kajian kebutuhan; b. sosialisasi dan rembuk warga pada masyarakat terdampak; c. pendataan masyarakat terdampak; d. penyusunan rencana pemugaran; dan e. musyawarah untuk penyepakatan Tahap konstruksi: a. proses pelaksanaan fisik pemugaran; dan b. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan fisik. Tahap pasca konstruksi: pemanfaatan; pemeliharaan & perbaikan Peremajaan untuk mewujudkan rumah, perumahan, dan permukiman yang lebih baik, melalui pembongkaran dan penataan secara menyeluruh dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal sementara bagi masyarakat terdampak Tahap pra konstruksi: a. kajian permasalahan & kebutuhan peremajaan; b. pendataan masyarakat terdampak; c. sosialisasi dan rembuk warga terdampak d. penyusunan rencana peremajaan e. penghunian sementara; f. musyawarah dan diskusi penyepakatan. g. proses ganti rugi Tahap konstruksi: a. Pelaksanaan konstruksi fisik peremajaan; b. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan fisik; dan c. penghunian kembali masyarakat terdampak. Tahap pasca konstruksi: pemanfaatan; pemeliharaan & perbaikan;

BAB V PENYEDIAAN TANAH

Penyediaan tanah Pasal 38 Pemerintah daerah dapat menyediakan tanah dalam rangka peningkatan kualitas perumahan kumuh dan kawasan permukiman kumuh Penyediaan tanah untuk peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dilakukan melalui: a. pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum; b. pemberian hak atas tanah terhadap tanah yang langsung dikuasai negara; c. konsolidasi tanah oleh pemilik tanah; d. peralihan atau pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah; e. pemanfaatan dan pemindahtanganan tanah barang milik negara atau milik daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; f. pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar; g. pemanfaatan tanah Kasultanan Yogyakarta dan/atau Kadipaten Pakualaman dengan persetujuan Keraton Yogyakarta dan/atau Kadipaten Pakualaman. Penyediaan tanah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

BAB VI PENDANAAN DAN SISTEM PEMBIAYAAN

Pembiayaan Pasal 39 Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) Sumber dana berasal dari fasilitasi: Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Sumber Dana Lain Yang Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundangundangan Sistem pembiayaan yang dibutuhkan dalam rangka pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh dirumuskan dalam rencana penanganan yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB VII TUGAS DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH

Tugas dan Kewajiban Pemerintah Daerah Pasal 40 1) merumuskan kebijakan dan strategi daerah serta rencana pembangunan daerah terkait pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh; 2) melakukan survei dan pendataan skala daerah mengenai lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh; 3) melakukan pemberdayaan kepada masyarakat; 4) melakukan pembangunan kawasan permukiman serta sarana dan prasarana dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh; 5) melakukan pembangunan rumah dan perumahan yang layak huni bagi masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan; 6) memberikan bantuan sosial dan pemberdayaan terhadap masyarakat miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah; dan 7) melakukan pembinaan terkait peran masyarakat dan kearifan lokal di bidang perumahan dan permukiman.

Pasal 41-42 Kewajiban Pemerintah Daerah Dalam Pencegahan Tumbuh & Berkembangnya Perumahan dan Permukiman Kumuh Pengawasan 1. melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kesesuaian perizinan pada tahap perencanaan perumahan dan permukiman 2. melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kesesuaian standar teknis pada tahap pembangunan perumahan dan permukiman; dan 3. melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kesesuaian kelaikan fungsi pada tahap pemanfaatan perumahan dan permukiman Pemberdayaan Masyarakat memberikan pendampingan kepada masyarakat utk meningkatkan kesadaran dan partisipasi Pelayanan Informasi Informasi rencana tata ruang, perizinan dan standar teknis perumahan dan permukiman serta pemberitaan hal-hal terkait upaya pencegahan perumahan kumuh dan permukiman kumuh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, melakukan koordinasi dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB VIII POLA KEMITRAAN DAN PERAN MASYARAKAT

Pola Kemitraan dan Peran Masyarakat Pasal 43-44 Pola Kemitraan dan Peran Masyarakat Pola kemitraan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan BUMN, BUMD, swasta, dan masyarakat Peningkatan peran masyarakat mengawasi kesesuaian perizinan dengan bangunan; berperan dalam setiap kegiatan Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam rangka pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh; dan memanfaatkan dan membantu pelayanan informasi yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

BAB IX LARANGAN

Larangan Pasal 45 1. menyelenggarakan pembangunan perumahan yang tidak dibangun sesuai dengan perizinannya. 2. membangun perumahan dan/atau permukiman di luar kawasan yang diperuntukkan. 3. membangun perumahan, dan/atau permukiman di tempat yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi barang ataupun orang. 4. menolak atau menghalang-halangi kegiatan pemukiman kembali rumah, perumahan, dan/atau permukiman yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah setelah terjadi kesepakatan dengan masyarakat setempat. 5. mengalihfungsikan prasarana, sarana, dan utilitas umum di luar fungsinya. 6. menjual satuan permukiman yang belum selesai status hak atas tanah. 7. membangun Lisiba. 8. menjual kaveling tanah matang tanpa rumah. 9. memberikan keterangan yang tidak benar dalam proses pendataan, pemantauan, evaluasi, pengendalian dan pengawasan. 10. mengubah semua data yang sudah sesuai dengan fakta di lapangan yang dihasilkan dalam proses pelaksanaan pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh.

BAB X KETENTUAN PENYIDIKAN

Ketentuan Penyidikan Pasal 46 Selain oleh Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dalam melaksanakan tugas penyidikan, penyidik berwenang : 1. menerima laporan atau pengaduan seseorang tentang adanya tindak pidana; 2. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian; 3. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; 4. melakukan penggeledahan dan penyitaan benda dan/atau surat; 5. memotret seseorang; 6. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; 7. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksa perkara; 8. mengadakan penghentian penyidikan; dan 9. melakukan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

BAB XI KETENTUAN PIDANA

Pidana Pasal 47 1. Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Pasal 46 diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). 2. Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masuk kas Daerah. 3. Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XII KETENTUAN PERALIHAN

Peralihan Pasal 48 1. Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua dokumen perizinan mengenai perumahan dan permukiman yang telah diterbitkan, dinyatakan tetap berlaku. 2. Dalam hal bangunan gedung tidak memiliki IMB, maka penilaian ketidakteraturan dan kepadatan bangunan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung paling lama 2 (dua) tahun sejak Peraturan Daerah ini ditetapkan

BAB XIII KETENTUAN PENUTUP

Penutup Pasal 49 Peraturan daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.

TERIMA KASIH