PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

dokumen-dokumen yang mirip
pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

FAKTOR - FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) PADA USIA DEWASA DI RS HAJI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

Persutujuan Pembimbing. Jurnal

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab


BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di RSI SITI Khadijah Palembang

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak


BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

Transkripsi:

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Oleh Vebrina Dali NIM : 841411019 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Hari/ Tanggal : Jum at/ 03 Juli 2015 Waktu Oleh VEBRINA DALI NIM. 841 411 019 Telah dipertahankan di depan dewan penguji : 09.00 10.00 WITA Penguji: 1. Suwarly Mobiliu, S.Kp., M. Kep 1. NIP. 19610531198311 2 001 2. dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes 2. NIP. 19710307 200012 2 003 3. dr. Vivien Novarina A. Kasim, M.Kes 3. NIP. 19830519200812 2 002 4. Ns. Nasrun Pakaya, S.Kep, M.Kep 4. NIP. 19761118199602 1 002 Gorontalo, 03 Juli 2015

ABSTRAK Vebrina Dali. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Hj. Suwarly Mobiliu, S.Kp., M.Kep., dan Pembimbing II dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Terdapat berbagai faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya PJK, diantaranya usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dari faktor-faktor tersebut dengan kejadian PJK. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif secara cross sectional. Dilakukan pada 80 responden dengan teknik accidental sampling. Uji yang digunakan pada analisa bivariat adalah uji Chi-Square. Dari hasil uji didapatkan hubungan yang signifikan antara faktor resiko yang diteliti (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga) dengan kejadian PJK (p value < 0,05). Analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda, didapatkan bahwa hipertensi merupakan faktor paling dominan (OR = 131,878). Diharapkan kepada pihak Puskesmas untuk memanfaatkan informasi ini sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit jantung koroner. Kata Kunci: Faktor-Faktor Resiko, Penyakit Jantung Koroner (PJK)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI PUSKESMAS DULALOWO KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Vebrina Dali Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo Email : vebrinadali7@gmail.com ABSTRAK Vebrina Dali. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Hj. Suwarly Mobiliu, S.Kp., M.Kep., dan Pembimbing II dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Terdapat berbagai faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya PJK, diantaranya usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dari faktor-faktor tersebut dengan kejadian PJK. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif secara cross sectional. Dilakukan pada 80 responden dengan teknik accidental sampling. Uji yang digunakan pada analisa bivariat adalah uji Chi-Square. Dari hasil uji didapatkan hubungan yang signifikan antara faktor resiko yang diteliti (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga) dengan kejadian PJK (p value < 0,05). Analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda, didapatkan bahwa hipertensi merupakan faktor paling dominan (OR = 131,878). Diharapkan kepada pihak Puskesmas untuk memanfaatkan informasi ini sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit jantung koroner. Kata Kunci: Faktor-Faktor Resiko, Penyakit Jantung Koroner (PJK)

PENDAHULUAN Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. 1 Di Indonesia sendiri sudah terdapat banyak kasus mengenai penyakit jantung koroner. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, penyakit jantung koroner termasuk dalam peringkat 10 besar kematian penyakit tidak menular rawat inap di rumah sakit dengan presentase jumlah yang meningkat dari 6,74% pada tahun 2009 menjadi 7,13% pada tahun 2010. Berdasarkan presentase dari jumlah tersebut, penyakit jantung koroner kemudian dijadikan sebagai salah satu penyakit tidak menular yang menjadi prioritas utama dalam proses perawatannya. 2 Sementara itu untuk Provinsi Gorontalo sendiri berdasarkan Riskesdas 2013, Gorontalo merupakan provinsi dengan prevalensi PJK tertinggi ke-8 di Indonesia dengan presentase sebesar 1,8%. 3 Dari hasil penelitian faktor resiko PJK yang dilakukan oleh Jeini Ester Nelwan pada tahun 2011 tentang karakteristik individu penderita penyakit jantung koroner di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa yang paling banyak mengalami PJK adalah kelompok umur dengan usia >59 tahun yaitu 79%. Sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 73% dan perempuan 27%. Sementara itu sebanyak 51% tidak memiliki riwayat keluarga dan 49% memiliki riwayat keluarga. 4 Penelitian tentang faktor resiko kejadian penyakit jantung koroner juga dilakukan oleh Fadma Yuliani, Fadil Oenzil dan Detty Iryani pada tahun 2014. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa adanya hubungan yang sangat bermakna (P<0,05) antara faktor resiko dengan kejadian PJK pada penderita diabetes tipe 2. Faktor-faktor yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, dislipidemia, hipertensi, obesitas dan merokok. 5 Meskipun faktor resiko suatu penyakit diyakini meningkatkan risiko timbulnya penyakit, faktor tersebut tidak bersifat absolut. Artinya bila seseorang 1 Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014. www.depkes.go.id/resources/.../pmk-no-75-th-2014-ttg- Puskesmas.pdf. 4 April 2015 (20.00). 2 Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. http://litbang.depkes.go.id. 20 Februari 2015 (19:30). 4 Nelwan, Jeini Ester. 2011. Karakteristik Individu Penderita Penyakit Jantung Koroner di Sulawesi Utara Tahun 2011. 1(1): 11-16 5 Yuliani, Fadma dkk. 2014. Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 3(1): 37-40

memiliki satu faktor resiko atau kombinasi dari beberapa jenis faktor resiko, tidak berarti bahwa secara otomatis ia akan mengalami penyakit yang bersangkutan, dalam konteks ini adalah PJK, tetapi ia memiliki kemungkinan lebih besar akan terjadinya PJK dibanding dengan mereka yang tidak memiliki faktor resiko. 6 Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo menunjukkan bahwa sebanyak 26,5% dari anggota PROLANIS di Puskesmas tersebut merupakan pasien penderita PJK. Sebagian besar dari mereka telah lanjut usia dan memiliki riwayat penyakit lain seperti hipertensi dan diabetes mellitus. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa mereka juga memiliki pola hidup yang tidak sehat seperti jarang berolahraga, merokok dan memiliki berat badan yang berlebihan. Atas dasar pertimbangan inilah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan cara cross sectional. Bertempat di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo pada tanggal 22-29 Mei 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota PROLANIS yang berjumlah 189 orang. Tekhnik pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Dalam penelitian ini dilakukan analisis univariat pada setiap variabel yang diteliti kemudian dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan dari faktor resiko usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, kebiasaan merokok dan olahraga dengan kejadian PJK. Setelah itu dilakukan analisis multivariat untuk mengetahui faktor resiko yang paling dominan berhubungan dengan kejadian PJK diantara beberapa faktor resiko yang diteliti. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit Jantung Koroner Responden di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2015 Penyakit Jantung Jumlah Presentase Koroner PJK 40 50 % Tidak 40 50 % PJK Total 80 100 % 6 Soeharto, Iman. 2002. Penyakit jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahu bahwa dari 80 populasi anggota Prolanis yang diteliti, sebanyak 40 responden (50%) mengalami PJK dan 40 responden lainnya (50%) tidak mengalami PJK. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2015 Usia Jumlah Presentase 40 tahun 60 75 % < 40 tahun 20 25 % Total 80 100 % Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa responden penelitian untuk kelompok usia 40 tahun sebanyak 60 responden (75%) dan untuk kelompok usia < 40 tahun sebanyak 20 responden (25%). Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2015 Jenis Kelamin Jumlah Presentase Laki-Laki 35 43,8 % Perempuan 45 56,2 % Total 80 100 % Dari tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 80 responden yang diteliti sebanyak 35 responden (43,8%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 45 responden (56,2%) berjenis kelamin perempuan. Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2015 Riwayat Keluarga Jumlah Presentase Ada riwayat PJK 45 56,2 % Tidak ada riwayat PJK 35 43,8 % Total 80 100 % Berdasarkan tabel 4.4 diketahui 45 responden (56,2%) memiliki keluarga dengan riwayat PJK dan sebanyak 35 responden (43,8%) tidak memiliki keluarga dengan riwayat PJK. Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2015 Hipertensi Jumlah Presentase Hipertensi 59 73,8 % Tidak Hipertensi 21 26,2 %

Total 80 100 % Berdasarkan tabel 4.5 diketahui sebanyak 59 responden (73,8%) yang mengalami hipertensi dan sebanyak 21 responden (26,2%) tidak mengalami hipertensi. Tabel 4.6 Distribusi Berdasarkan Penyakit Diabetes Mellitus Responden di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2015 Diabetes Mellitus Jumlah Presentase Diabetes Mellitus 53 66,2 % Tidak Diabetes Mellitus 27 33,8 % Total 80 100 % Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebanyak 53 responden (66,2%) yang mengalami diabetes mellitus dan sebanyak 27 responden (33,8%) yang tidak mengalami diabetes mellitus. Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Obesitas di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2015 Obesitas Jumlah Presentase Obesitas 48 60 % Tidak Obesitas 32 40 % Total 80 100 % Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa dari 80 responden yang diteliti, sebanyak 48 responden (60%) mengalami obesitas dan sebanyak 32 responden (40%) termasuk dalam kelompok tidak obesitas. Tabel 4.8 Distribusi Berdasarkan Kebiasaan Merokok Responden di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2015 Kebiasaan Merokok Jumlah Presentase Merokok 28 35 % Tidak 52 65 % Merokok Total 80 100 % Berdasarkan tabel 4.8 diketahui sebanyak 28 responden (35%) memiliki kebiasaan merokok dan sebanyak 52 responden (65%) tidak merokok.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Olahraga di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2015 Kebiasaan Olahraga Jumlah Presentase Olahraga Tidak Rutin 47 58,8 % Olahraga Rutin 33 41,2 % Total 80 100 % Berdasarkan tabel 4.9 diketahui sebanyak 47 responden (58,8%) memiliki kebiasaan olahraga yang tidak rutin dan sebanyak 33 responden (41,2%) memiliki kebiasaan olahraga yang rutin. Analisis Bivariat Tabel 4.10 Hubungan Faktor Resiko Usia dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2015 Kejadian PJK Faktor Usia PJK Tidak PJK Total n % n % n % 40 thn 37 46,2 23 28,8 60 75 < 40 thn 3 3,8 17 21,2 20 25 Total 40 50 40 50 80 100 p value 0,000 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh p Value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor usia dengan kejadian PJK. Tabel 4.11 Hubungan Faktor Resiko Jenis Kelamin dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2015 Kejadian PJK Jenis Tidak Total Kelamin PJK PJK n % n % n % Laki-Laki 25 31,2 10 12,5 35 43,8 Perempuan 15 18,8 30 37,5 45 56,2 Total 40 50 40 50 80 100 p value 0,001

Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh p value = 0,001 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin dengan kejadian PJK. Tabel 4.12 Hubungan Faktor Resiko Riwayat Keluarga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Kejadian PJK Riwayat Tidak Total Keluarga PJK PJK n % N % n % Ada Riwayat 35 43,8 10 12,5 45 56,3 Tidak ada riwayat 5 6,2 30 37,5 35 43,7 Total 40 50 40 50 80 100 p value 0,000 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh p Value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor riwayat keluarga dengan kejadian PJK. Tabel 4.13 Hubungan Faktor Resiko Hipertensi dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Kejadian PJK Hipertensi Tidak Total PJK PJK n % N % n % Hipertensi 39 48,8 20 25 59 73,8 Tidak Hipertensi 1 1,2 20 25 21 26,2 Total 40 50 40 50 80 100 p value 0,000 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor hipertensi dengan kejadian PJK.

Tabel 4.14 Hubungan Faktor Resiko Diabetes Mellitus dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Kejadian PJK Diabetes Tidak Total Mellitus PJK PJK n % n % n % Diabetes 35 43,8 18 22,5 53 66,2 Mellitus Tidak Diabetes 5 6,2 22 27,5 27 33,8 Mellitus Total 40 50 40 50 80 100 p value 0,000 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh p Value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor diabetes mellitus dengan kejadian PJK. Tabel 4.15 Hubungan Faktor Resiko Obesitas dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Kejadian PJK Tidak Total Obesitas PJK PJK n % n % n % Obesitas 25 31,2 3 3,8 28 35 Tidak Obesitas 15 18,8 37 46,2 52 65 Total 40 50 40 50 80 100 p value 0,000 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh P Value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor obesitas dengan kejadian PJK.

Tabel 4.16 Hubungan Faktor Resiko Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Kejadian PJK Kebiasaan Tidak Total Merokok PJK PJK n % N % n % Merokok 23 28,8 5 6,2 28 35 Tidak 17 21,2 35 43,8 52 65 Merokok Total 40 50 40 50 80 100 p value 0,000 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh p Value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor kebiasaan merokok dengan kejadian PJK. Tabel 4.17 Hubungan Faktor Resiko Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Kebiasaan Olahraga Kejadian PJK Tidak Total PJK PJK n % n % n % Olahraga Tidak 32 40 15 18,8 47 58,8 Rutin Olahraga Rutin 8 10 25 31,2 33 41,2 Total 40 50 40 50 80 100 p value 0,000 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh p Value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor kebiasaan olahraga dengan kejadian PJK. Analisis Multivariat Analisis ini dilakukan dengan uji regresi logistik ganda untuk mengetahui faktor resiko paling dominan diantara faktor resiko lain yang berpengaruh. Tabel 4.18 Hasil Seleksi Kandidat Multivariat Variabel p Value Usia 0,520 Jenis Kelamin 0,650 Riwayat Keluarga 0,003

Hipertensi 0,019 Diabetes Mellitus 0,014 Obesitas 0,056 Kebiasaan 0,256 Merokok Kebiasaan 0,527 Olahraga Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa riwayat keluarga, hipertensi, diabetes mellitus, dan obesitas masuk pada analisis multivariat selanjutnya. Sedangkan usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga tidak lolos seleksi karena memiliki nilai p value > 0,25. Tabel 4.19 Model Multivariat Tahap Pertama Variabel p Value Exp(B) atau OR Riwayat 0,001 61,438 Keluarga Hipertensi 0,009 131,878 Diabetes 0,007 30,069 Mellitus Obesitas 0,006 29,508 Dari tabel tersebut kemudian dikeluarkan variabel hipertensi yang memiliki nilai p value terbesar (p value = 0,009). Selanjutnya variabel riwayat keluarga, diabetes mellitus dan obesitas dimasukkan ke dalam model berikutnya untuk melihat perubahan OR yang terjadi jika salah satu variabel dikeluarkan. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa setelah variabel hipertensi dikeluarkan diperoleh perubahan OR > 10%. Karena perubahan OR > 10%, maka variabel hipertensi dikembalikan dalam model kemudian dilakukan analisis kembali dengan mengeluarkan salah satu variabel yang memiliki p value terbesar kedua setelah hipertensi. Analisis ini dilakukan berulang kali dengan mengeluarkan masing-masing satu variabel secara bergantian untuk melihat perubahan OR. Dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa perubahan OR yang terjadi adalah > 10% sehingga didapatkan model multivariat akhir seperti pada tabel 4.21 dibawah ini. Tabel 4.21 Model Akhir Multivariat Variabel p Value Exp(B) atau OR Riwayat Keluarga 0,001 61,438 Hipertensi 0,009 131,878 Diabetes Mellitus 0,007 30,069 Obesitas 0,006 29,508

PEMBAHASAN 1. Hubungan Faktor Resiko Usia dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Dari hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian penyakit jantung koroner (p value = 0,000). sebanyak 37 responden mengalami PJK dan termasuk pada kelompok usia 40 tahun. Hal ini disebabkan karena adanya proses penuaan. Proses penuaan ini dapat mengakibatkan beberapa organ tidak lagi berfungsi dengan baik yang dapat memicu berbagai macam penyakit salah satunya adalah PJK. Seperti halnya yang dikatakan oleh Price (2005) bahwa kerentanan terhadap terjadinya PJK meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kejadian PJK meningkat lima kali lipat pada usia 40-60 tahun. 7 Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rosmiatin (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian PJK (p value = 0,001). 8 Sementara itu pada hasil penelitian Dtrong dan McGill (1995) menyatakan bahwa atherosclerosis berawal pada masa anak-anak dan perlahan-lahan menjadi lebih besar pada umur dewasa yang selanjutnya mendorong terjadinya penyumbatan arteri. 6 2. Hubungan Faktor Resiko Jenis Kelamin dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Dari hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor jenis kelamin dengan kejadian PJK dengan p value = 0,001. Sebanyak 35 responden laki-laki dan 48 responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa pasien perempuan lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan pasien laki-laki. Selain itu, pada penelitian ini juga ditemukan sebanyak 15 responden perempuan yang mengalami PJK. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa sebagian besar dari mereka telah mencapai usia menopause, dimana pada saat itu terjadi penurunan hormon esterogen. Hormon ini selain berperan pada sistem reproduksi perempuan, juga berperan sebagai imunitas perempuan terhadap resiko terjadinya PJK. Seperti yang dikemukakan oleh Price (2005), perempuan agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini sampai usia setelah menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pada laki-laki. 7 3. Hubungan Faktor Resiko Riwayat Keluarga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor riwayat keluarga dengan kejadian penyakit jantung koroner (p value = 0,000). 7 Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1. Jakarta: EGC 8 Rosmiatin, Mira. 2012. Analisis Faktor-Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit jantung Koroner Pada Wanita Lanjut Usia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Jakarta

Sebanyak 35 responden PJK yang memiliki keluarga dengan riwayat PJK. Hal ini disebabkan karena pengaruh sifat genetik yang diturunkan dari anggota keluarga lainnya yang mengalami PJK. Seperti yang dikatakan Price (2005), bahwa riwayat penyakit jantung koroner dalam keluarga meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur. Sehingga seseorang akan menjadi lebih beresiko terkena PJK jika memiliki anggota keluarga yang mengalami PJK. 7 Pada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mira Rosmiatin (2012) mengemukakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga dengan PJK dengan p value = 0,26. Dari hasil analisa tersebut diperoleh pula nilai OR = 0,26 yang artinya pasien dengan riwayat keluarga PJK memiliki resiko untuk mengalami PJK sebesar 0,26 kali bila dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat keluarga PJK. 8 4. Hubungan Fakto Resiko Hipertensi dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor hipertensi dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan nilai p value = 0,000. Sebanyak 39 responden yang mengalami PJK juga mengalami hipertensi. Hal ini disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan beban kerja jantung sehingga membutuhkan suplay oksigen yang lebih banyak. Adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner menyebabkan jantung tidak mendapatkan suplay oksigen yang dibutuhkan. Tekanan darah yang tinggi juga dapat memperparah sumbatan yang terdapat pada pembuluh darah jika tidak segera ditangani dengan tindakan medis yang tepat. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadma Yuliani dkk (2014) yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan kejadian PJK pada pasien diabetes mellitus tipe 2 (p value = 0,007). 5 Berdasarkan hasil penelitian, pendapat para ahli dan hasil penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian penyakit jantung koroner. Jika seseorang mengalami hipertensi, maka resiko untuk terkena PJK akan semakin besar. Karena itu perlu dilakukan usaha pengendalian resiko ini dengan cara mengontrol penyakit hipertensi yang dimiliki. 5. Hubungan Faktor Resiko Diabetes Mellitus dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor diabetes mellitus dengan kejadian penyakit jantung koroner (p value = 0,000). Sebanyak 35 responden yang mengalami diabetes mellitus juga mengalami PJK. Hal ini disebabkan oleh komplikasi dari penyakit diabetes yang diderita oleh responden. Kadar gula darah yang terus meninggi dan tidak terkontrol akan berdampak pada kerusakan organ-organ penting lainnya, seperti jantung, mata, ginjal dan lain-lain.

Penderita diabetes cenderung memiliki prevalensi aterosklerosis yang lebih tinggi, demikian pula pada kasus aterosklerosis koroner dini. 9 Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lewis, et all (2011) yang menyatakan bahwa kejadian PJK meningkat lebih besar 2-4 kali pada orang yang terkena diabetes mellitus, karena seseorang dengan penyakit ini cenderung lebih cepat mengalami degenerasi jaringan dan disfungsi endotel. Oleh karena penyakit ini sangat berhubungan erat dengan PJK maka diperlukan usaha untuk mengontrol penyakit ini agar tidak merujuk pada PJK. 8 6. Hubungan Faktor Resiko Obesitas dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan p value = 0,000. Hal ini sependapat dengan teori yang dinyatakan oleh Soegih, bahwa obesitas akan menambah beban kerja jantung dan terutama adanya penumpukan lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan resiko PJK. 9 Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rosmiation (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan kejadian PJK (p value = 0,03). 8 7. Hubungan Faktor Resiko Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor kebiasaan merokok dengan kejadian PJK (p value = 0,000). Seseorang dengan resiko tinggi PJK dianjurkan untuk berhenti merokok. Merokok berperan dalam memperburuk kondisi penyakit arteri koroner dengan cara menghirup asap rokok yang akan meningkatkan kadar CO dalam darah yang akan mengikat hemoglobin yang mengangkut oksigen. Sehingga membuat jantung bekerja lebih berat untuk menghasilkan energi yang sama besarnya. 10 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadma Yuliani (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan kejadian PJK pada pasien DM tipe 2 (p value = 0,000). 5 Maka dapat disimpulkan bahwa mereka yang memiliki kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko dirinya untuk mengalami PJK dibanding dengan mereka yang tidak merokok. 8. Hubungan Faktor Resiko Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner hasil penelitian didapatkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara faktor kebiasaan olahraga dengan kejadian PJK (p value = 0,000). 9 Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Olahraga dapat membantu mengurangi bobot badan, mengendalikan kadar kolesterol, dan menurunkan tekanan darah yang merupakan faktor resiko lain terkena jantung dan stroke. 10 Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Annisa Yuliana Salim dkk (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara olahraga dengan kejadian PJK. Ketidaksiginifikan pada penelitian tersebut dikarenakan sampel yang diambil terlalu sedikit dan masih banyak faktor resiko lain yang belum diteliti. Namun jika dilihat dari OR (odd ratio) menunjukkan bahwa orang yang tidak rutin berolahraga beresiko lebih besar terkena PJK (OR = 2,250). 11 9. Faktor Resiko Paling Dominan yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Dari hasil analisis multivariat didapatkan Odd Ratio (OR) dari hipertensi adalah 131,878 yang artinya orang yang mengalami hipertensi dapat beresiko terkena PJK 131,878 kali lebih tinggi dari mereka yang tidak mengalami hipertensi. Sedangkan riwayat keluarga memiliki OR sebesar 61,438 yang artinya orang yang memiliki riwayat keluarga PJK beresiko terkena PJK 61,438 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga PJK. Dari hasil analisis ini juga didapatkan OR dari diabetes mellitus adalah 30,069 yang artinya orang dengan penyakit diabetes mellitus 30,069 kali lebih beresiko untuk terkena PJK dibanding mereka yang tidak mengalami diabetes mellitus. Selain itu, dalam penelitian ini juga didapatkan OR dari faktor obesitas adalah 29,508 yang artinya mereka yang obesitas beresiko untuk terkena PJK 29,508 kali lebih tinggi dibanding mereka yang tidak obesitas. Faktor resiko yang paling dominan berpengaruh terhadap PJK dapat dilihat dari nilai Exp(B) atau OR. Semakin besar nilai Exp(B) maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap kejadian PJK. Berdasarkan hasil analisis, faktor resiko yang paling dominan pertama terhadap PJK adalah hipertensi, yang kedua adalah riwayat keluarga, kemudian diabetes mellitus dan yang terakhir adalah obesitas. KESIMPULAN 1. Kejadian penyakit jantung koroner di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo sebanyak 50%. 2. Terdapat hubungan antara faktor resiko usia dengan penyakit jantung koroner dengan nilai p value = 0,000. 3. Terdapat hubungan antara faktor resiko jenis kelamin dengan penyakit jantung koroner dengan nilai p value = 0,001. 4. Terdapat hubungan antara faktor resiko riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner dengan nilai p value = 0,000. 10 Sutanto. 2010. CEKAL (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: ANDI 11 Salim, Annisa Yuliana dan Anjar Nurrohmah. 2013. Hubungan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Moewardi 10(1): 48-56

5. Terdapat hubungan antara faktor resiko hipertensi dengan penyakit jantung koroner dengan nilai p value = 0,000. 6. Terdapat hubungan antara faktor resiko diabetes mellitus dengan penyakit jantung koroner dengan nilai p value = 0,000. 7. Terdapat hubungan antara faktor resiko kebiasaan merokok dengan penyakit jantung koroner dengan nilai p value = 0,000. 8. Terdapat hubungan antara faktor resiko obesitas dengan penyakit jantung koroner dengan nilai p value = 0,000. 9. Terdapat hubungan antara faktor resiko kebiasaan olahraga dengan penyakit jantung koroner dengan nilai p value = 0,000. 10. Faktor resiko yang paling dominan berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner adalah faktor resiko hipertensi. SARAN 1. Pihak Puskesmas Pihak puskesmas hendaknya memanfaatkan informasi ini sebagai bahan masukan untuk peningkatan pelayanan sehingga dapat melakukan pencegahan terjadinya PJK dan melakukan pengobatan yang sesuai dengan mengendalikan faktor-faktor resiko yang ada. 2. Institusi Pendidikan Institusi pendidikan hendaknya menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan dan juga untuk referensi untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya. 3. Profesi Keperawatan Perawat hendaknya dalam melaksanakan asuhan keperawatan perlu melihat kembali faktor-faktor resiko yang ada sehingga dapat menyusun rencana intervensi yang tepat bagi pasien. 4. Responden Responden hendaknya memanfaatkan hasil penelitian ini dengan bijaksana agar responden dapat melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit jantung koroner. 5. Peneliti Hendaknya memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi dan perlu adanya pengembangan penelitian selanjutnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner sehingga dapat menambah referensi ilmu pengetahuan tentang PJK sebagai upaya dalam mencegah terjadinya penyakit ini. DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo, Sulistyo. 2012. FaktorResiko Kejadian PJK (Penyakit Jantung Koroner) Pada Kelompok Usia Muda (Studi di Kabupaten Ponorogo). Laporan Hasil Penelitian Dosen Pemula. Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. http://litbang.depkes.go.id. 20 Februari 2015 (19:30). Baradero, Mary dkk. 2002. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC. BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis). www.bkkbn.go.id/documents/jkn/06-prolanis.pdf. 4 April 2015 (20:00). BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN. bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/.../07-program%20rujuk%20balik.pdf. 4 April 2015 (20.00). Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014. www.depkes.go.id/resources/.../pmk-no-75- Th-2014-ttg-Puskesmas.pdf. 4 April 2015 (20.00). Hermansyah dkk. 2012. Aktifitas Fisik dan Kesehatan Mental Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD Labuang Baji Makassar 1(2): 79-83. Irianto, Koes. 2012. Alfabeta. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa. Bandung: Kabo, Peter. 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner: Kesaksian Seorang Ahli Jantung dan Ahli Obat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kurniadi, Helmanu dan Ulfa Nurrahmani. 2014. STOP! Gejala Penyakit Jantung Koroner, Kolesterol Tinggi, Diabetes Mellitus, Hipertensi. Yogyakarta: Istana Media. Lapau, Buchari. 2013. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Buku Obor. Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Nelwan, Jeini Ester. 2011. Karakteristik Individu Penderita Penyakit Jantung Koroner di Sulawesi Utara Tahun 2011. 1(1): 11-16. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi Cetakan Kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta. Oley, Julia S. 2014. Gambaran Kebiasaan Makan Makanan Etnis Minahasa yang Beresiko Penyakit Jantung Koroner di Lingkungan 5 Kelurahan Paal 2 Kota Manado 2(1): 14-19. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1. Jakarta: EGC. Purba, A. 2006. Kardiovaskular dan Faal Olahraga. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Rosmiatin, Mira. 2012. Analisis Faktor-Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit jantung Koroner Pada Wanita Lanjut Usia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Jakarta. Salim, Annisa Yuliana dan Anjar Nurrohmah. 2013. Hubungan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Moewardi 10(1): 48-56. Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soeharto, Iman. 2002. Penyakit jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sutanto. 2010. CEKAL (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: ANDI. Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal. Jakarta: Salemba Medika. Tapan, Erik. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Yuliani, Fadma dkk. 2014. Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 3(1): 37-40.