BAB I PENDAHULUAN. dilakukan apabila menghadapi masalah hukum. Class action merupakan contoh

dokumen-dokumen yang mirip
P U T U S A N. Nomor 191/Pdt/2015/PT BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

TINJAUAN HUKUM MENGENAI JUAL BELI RUMAH DENGAN OPER KREDIT (Studi Kasus Putusan Nomor : 71/Pdt.G/2012/PN.Skh) Oleh : NOVICHA RAHMAWATI NIM.

HAK GUGAT ORGANISASI (LEGAL STANDING) PADA PERKARA HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI NDONESIA ABSTRAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum

P U T U S A N Nomor : 185/Pdt/2015/PT.BDG.

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

Soal Pilihan Ganda Bab Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

I. PEMOHON - Magda Safrina, S.E., MBA... Selanjutnya disebut Pemohon

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 19 /PBI/2008 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam P

No. 12/36/DPNP Jakarta, 23 Desember 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensinya di dunia. Naluri self preservasi selalu. mengatasi bahaya-bahaya yang dapat mengancam eksistensinya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan umum merupakan salah satu dari tujuan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P U T U S A N. Nomor : 126/PDT/2014/PT.PBR DEMI KEADIILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2009 mengenai. Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A20110 TENTANG

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/9/PBI/2008 TENTANG

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

No. 12/ 33 /DKBU Jakarta, 1 Desember 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

PT. : : : ABSTRAK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penanganan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bermasalah yang tidak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. Baik di Indonesia maupun di seluruh dunia banyak orang-orang yang

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMEGANG KARTU ATM ATAS KERUGIAN PENGAMBILAN UANG OLEH ORANG LAIN (analisis: putusan No. 201 K/pdt.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan

ANALISIS YURIDIS WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN KREDIT BAGI USAHA KECIL DI PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN LUMAJANG

TINDAK PIDANA PENIPUAN MENGGUNAKAN BILYET GIRO (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Gresik Putusan No: 246/Pid.B/2014/PN.Gsk)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

P U T U S A N NOMOR : 41/PDT/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

بسم اهلل ار حمن ار حممم

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan dapat dengan mudah menarik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu keprihatinan dalam penyelesaian hukum di Indonesia adalah faktor ketidaktahuan masyarakat tentang bagaimana upaya hukum yang harus dilakukan apabila menghadapi masalah hukum. Class action merupakan contoh upaya hukum yang belum banyak diketahui secara jelas oleh masyarakat awam atau praktisi hukum sekalipun. Class action dirancang sedemikian efektif dan efisien dari segi biaya maupun administrasi di pengadilan guna menjembatani perkara yang menyangkut kepentingan banyak orang. Secara hukum class action didasarkan atas Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok. Gugatan perwakilan kelompok (class action) didefinisikan sebagai prosedur pengajuan gugatan, dimana satu orang atau lebih yang mewakili kelompok mengajukan gugatan untuk dirinya sendiri dan sekaligus mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau kesamaan dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya (vide Pasal 1 huruf a Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2002). Gugatan perdata tersebut diajukan guna memperjuangkan kepentingannya dan kepentingan kelompoknya yang merasa dirugikan. Skripsi ini akan meneliti gugatan perwakilan kelompok pada Pengadilan Negeri Garut yang diajukan pada tahun 2012 oleh sekelompok orang nasabah

Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD BPR) Bungbulang yang telah dilikuidasi terhadap Pemerintah Kabupaten Garut. 1 Sekelompok nasabah PD BPR Bungbulang tersebut merasa telah dirugikan karena Pemerintah Kabupaten Garut sebagai pemilik PD BPR Bungbulang dianggap telah melakukan perbuatan ingkar janji. Pemerintah Kabupaten Garut tidak mau membayarkan atau mencairkan dana deposito dan tabungan milik nasabah yang disimpan pada PD BPR Bungbulang yang telah dilikuidasi tersebut. Penelitian ini menjadi penting setidaknya karena dua hal, pertama, gugatan perwakilan kelompok ini merupakan gugatan kepada pengelola bank di Indonesia yang untuk pertama kali dimenangkan oleh pihak penggugat. Penggugat dipandang oleh Majelis Hakim telah memenuhi semua persyaratan gugatan perwakilan kelompok, sehingga gugatan tersebut dimenangkan oleh penggugat. 2 Kedua, walau tidak ditemukan antinomi (discrepancy) antara petitum dan amar, namun patut diuji ketentuan hukum yang mendasari Putusan Majelis Hakim dalam mengabulkan gugatan para nasabah. Walaupun gugatan perwakilan kelompok telah mendapatkan pengakuan di beberapa peraturan perundang-undangan, namun dalam praktiknya timbul beberapa permasalahan sehingga tidak sedikit gugatan perwakilan kelompok yang diputus tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard) antara lain karena penggugat tidak mempunyai kapasitas (legal standing), gugatan yang diajukan tidak memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan 1 Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor 12/PDT/G/2013/PN.GRT dibacakan tanggal 17 Oktober 2013, putusan ini telah berkekuatan hukum tetap. 2 Artikel detiknews tanggal 26 Februari 2015 dengan judul Pertama di Indonesia, Class Action Nasabah Menang Lawan Bank, diakses dari http://news.detik.com/berita/ 2843788/pertama-di-indonesia-class-action-nasabah-menang-lawan-bank, tanggal 31 Maret 2015. 2

anggota kelompok, dan penggugat dalam petitum tidak memerinci nilai ganti rugi riil yang diderita kelompok. 3 Eksistensi class action dalam instrumen hukum di Indonesia diakui setelah berlakunya UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Keberadaan UU ini menjadi tonggak bagi pengakuan class action di Indonesia. Pada tahun 1999 eksistensi class action kembali diakui dengan diundangkannya UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Mahkamah Agung mengakomodir gugatan class action dengan dikeluarkannya Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok. 4 Sehubungan dengan hal tersebut, skripsi ini mengajukan penelitian mengenai kaitan antara gugatan perwakilan kelompok dengan perbuatan ingkar janji (wanprestasi) dalam kasus antara nasabah Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD BPR) Bungbulang Garut Melawan Pemerintah Kabupaten Garut. Dalam kasus ini yang menjadi penggugat adalah Nasabah PD BPR Bungbulang Garut yang berjumlah 764 orang, yang terbagi atas 703 orang yang menyimpan uang dalam bentuk simpanan deposito/simpanan berjangka dan 61 orang yang menyimpan uang dalam bentuk tabungan. Sedangkan para tergugat adalah Bupati Kabupaten Garut sebagai Tergugat I, Sekretaris Daerah Pemerintah 3 Amirullah Arsyad, Gugatan Class Action, diakses dari http://amrulgunper82.blogspot. com/2010/12/hukum-acara-perdata-gugatan-class.html pada tanggal 31 Maret 2015. 4 Dedi Saputra, Tinjauan Yuridis Terhadap Penggunaan Instrumen Gugatan Class Action dalam Proses Ganti Rugi Kasus-Kasus Korupsi di Indonesia, (Skripsi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2007), hal 6, diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/12158/1/09E02083.pdf pada tanggal 31 Maret 2015. 3

Kabupaten Garut sebagai Tergugat II, dan Kepala Bagian Perekonomian Pemerintah Kabupaten Garut sebagai Tergugat III, yang diwakili oleh kuasa hukumnya, serta Pimpinan PD BPR Bungbulang Garut sebagai Tergugat IV dan Dewan Pengawas PD BPR Bungbulang Garut sebagai Turut Tergugat. Kasus ini berawal pada bulan November 2007, berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 9/61/KEP.GBI/DpG/2007 tentang Pencabutan Izin Usaha PD BPR Bungbulang Garut, PD BPR Bungbulang Garut dinyatakan sebagai bank dalam likuidasi, wajib menutup seluruh kantornya untuk umum dan menghentikan segala kegiatan usahanya. Setelah izin usaha PD BPR Bungbulang Garut dicabut, maka Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) membentuk Tim Likuidasi. Tim Likuidasi PD BPR Bungbulang Garut pada tahun 2011 dan 2012 melakukan pembayaran simpanan kepada nasabah PD BPR Bungbulang yang simpanannya dijamin oleh LPS, yaitu sekitar Rp2.343.922.559,08 (dua miliar tiga ratus empat puluh tiga juta sembilan ratus dua puluh dua ribu lima ratus lima puluh sembilan rupiah delapan sen). 5 Sedangkan terhadap simpanan nasabah-nasabah deposito dan tabungan yang bunga deposito dan bunga tabungannya di atas bunga yang dijamin oleh LPS sebesar Rp8.582.838.138,04 (delapan miliar lima ratus delapan puluh dua juta delapan ratus tiga puluh delapan ribu seratus tiga puluh delapan rupiah empat sen) belum berhasil diselesaikan/dibayarkan oleh Tim Likuidasi PD BPR Bungbulang. Para nasabah PD BPR Bungbulang Garut (Para Penggugat) yang tidak dapat mengambil atau mencairkan deposito/simpanan berjangka maupun 5 Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor 12/Pdt.G/2013/PN.Grt, hal. 91. 4

tabungan tersebut, menganggap Para Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar janji (wanprestasi) yang sangat merugikan Para Penggugat. Para nasabah PD BPR Bungbulang yang merasa dirugikan tersebut menyampaikan gugatan ke Pengadilan Negeri Garut melalui mekanisme Gugatan Perwakilan Kelompok (class action) atas dasar perbuatan ingkar janji. Dalam provisi, para penggugat memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Garut menetapkan dan mengesahkan gugatan Para Penggugat a quo sebagai Gugatan Perwakilan Kelompok (class action). Sedangkan dalam pokok perkaranya, para penggugat menuntut 14 poin yang antara lain menetapkan Para Tergugat mempunyai kewajiban pokok untuk mengembalikan/membayar seluruh simpanan dalam bentuk deposito/simpanan berjangka maupun dalam bentuk tabungan serta membayar ganti kerugian materiil berupa bunga deposito/simpanan berjangka maupun bunga tabungan dan ganti kerugian immateriil kepada Para Penggugat. Kasus ini telah diputus oleh Pengadilan Negeri Garut dan mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) pada tanggal 17 Oktober 2013. Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini mengajukan judul Gugatan Class Action Dalam Proses Ganti Rugi Nasabah PD BPR Bungbulang, Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor 12/PDT/G/2013/PN.GRT. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Apakah Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor 12/PDT/G/2013/PN.GRT telah sesuai dengan ketentuan Kitab Undang- 5

Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS)? 2. Bagaimana tanggung jawab pemilik PD BPR Bungbulang terhadap simpanan nasabah yang tidak dibayarkan oleh Tim Likuidasi LPS? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor 12/PDT/G/2013/PN.GRT telah sesuai dengan ketentuan KUH Perdata dan UU LPS. 2. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab pemilik PD BPR Bungbulang terhadap simpanan nasabah yang tidak dibayarkan oleh Tim Likuidasi LPS. 1.4. Definisi Operasional Untuk memahami isi skripsi ini, maka akan diuraikan beberapa istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, antara lain: 1. Perbuatan ingkar janji (wanprestasi) adalah suatu peristiwa atau keadaan, di mana debitur tidak telah memenuhi kewajiban prestasi perikatannya dengan baik, dan debitur punya unsur salah atasnya. Maksud unsur salah tersebut adalah adanya unsur salah pada debitur atas tidak dipenuhi kewajiban itu sebagaimana mestinya. 6 6 J. Satrio, Wanprestasi Menurut KUHPerdata, Doktrin dan Yurisprudensi, cet.1, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2012), hal. 3. 6

2. Gugatan perwakilan kelompok (class action) adalah suatu tata cara pengajuan gugatan, dalam mana satu orang atau lebih yang mewakili kelompok mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri mereka sendiri dan sekaligus mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok dimaksud. 7 3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 8 Jasa lalu lintas pembayaran adalah jasa perbankan meliputi pengiriman uang, inkaso, 9 pembukaan letter of credit, kliring dan jual beli valuta asing. 10 Karena BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, maka BPR tidak dapat menciptakan uang giral (bilyet giro dan cek), dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian serta memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. 11 7 Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok, Psl 1 huruf a. 8 Indonesia. Undang-Undang Tentang Perubahan Atas UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. UU No. 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790. Psl 1 (4). 9 Inkaso adalah kuasa nasabah kepada bank untuk menyajikan, meminta membayarkan atau menyerahkan begitu saja kepada pihak yang namanya disebut didalam surat-surat berharga a.l. wesel, cek, kuitansi, surat aksep. 10 Lukman Santoso, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011), hal. 47-48. 11 Ikhtisar Perbankan, diakses dari http://www.ojk.go.id/lembaga-perbankan tanggal 14 November 2015. Periksa juga Lukman Santoso, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011), hal. 48. 7

1.5. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif/penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum normatif merupakan suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Logika keilmuan yang ajeg dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri. 12 Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan hanya meneliti bahan pustaka/data sekunder belaka. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian normatif ini adalah pendekatan kasus (case approach). Pendekatan kasus bertujuan mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktek hukum. 13 Pendekatan kasus merupakan upaya untuk mengkaji dan meneliti rasio sebuah putusan hukum (ratio decidendi), yaitu alasan hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai kepada putusannya. Pertimbangan-pertimbangan hukum pada suatu putusan hakim dapat dilihat pada putusan Menimbang dan Pokok Perkara. Ratio decidendi dapat ditemukan dengan memperhatikan fakta materiil. Faktafakta tersebut berupa orang, tempat, waktu, dan segala yang menyertainya asalkan tidak terbukti sebaliknya. Fakta materiil menjadi rujukan, karena para pihak berpangkal dari fakta materiil dalam membangun argumentasi guna meneguhkan posisi masing-masing. Dari suatu fakta materiil dapat terjadi dua kemungkinan 12 Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Cet. 1 (Malang: Bayumedia Publishing, 2008), hal. 57. 13 Johnny Ibrahim, Op. Cit, hal. 268. 8

putusan yang saling berlawanan, yang menentukan adalah ratio decidendi putusan tersebut. 14 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 15 1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi setiap individu atau masyarakat. Bahan hukum primer disebut juga bahan hukum yang bersifat otoritatif. Dalam penelitian ini yang dipergunakan berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan, yaitu UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 24 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, UU No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan dan UU No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok dan Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor 12/PDT/G/2013/PN.GRT. 2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis, memahami, dan menjelaskan bahan hukum primer, seperti buku-buku, majalah, koran, bahan kepustakaan, bahan bacaan lepas lainnya, serta materi kuliah yang telah diberikan pada perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul yang berkaitan dalam penulisan ini. 14 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, hal. 119 dan 123. 15 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet.2, (Jakarta: Kencana Prenada M, 2012). hal. 181. 9

Alat pengumpul data yang digunakan adalah studi dokumen/bahan pustaka yang berkaitan dengan gugatan class action dan ganti kerugian antara lain Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor 12/PDT/G/2013/PN.GRT. Sedangkan metode analisis data menggunakan metode kualitatif, dimana peneliti akan menganalisis data-data terkait dengan gugatan perwakilan kelompok. Laporan yang dihasilkan dalam penulisan ini menjelaskan permasalahan persyaratan pengajuan secara class action, keabsahan perjanjian penyimpanan yang dibuat oleh PD BPR Bungbulang dan Nasabah Penyimpan PD BPR Bungbulang, wanprestasi terhadap perjanjian tersebut dan mengevaluasi apakah putusan hakim telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 1.6. Sistematika Penulisan Agar memenuhi syarat sebagai karya tulis ilmiah maka diperlukan suatu sistematika agar pembahasan menjadi terarah sehingga apa yang menjadi tujuan pembahasan dapat dijabarkan dengan jelas. Adapun sistematika penulisan yang penulis susun adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Bab I menguraikan tentang latar belakang, pokok permasalahan, tujuan penelitian, kerangka konsepsional, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Bab ini membahas mengenai tinjauan umum tentang perjanjian yaitu hukum perikatan pada umumnya, pengaturan perjanjian, tinjauan umum tentang prestasi, dan tinjauan umum tentang wanprestasi. Bab III : Tinjauan Umum Mengenai Gugatan Perwakilan Kelompok 10

Bab III akan dijelaskan mengenai pengertian gugatan perwakilan kelompok (class action), persyaratan gugatan perwakilan kelompok, tahapan proses pemeriksaan gugatan perwakilan kelompok, putusan hakim dan pendistribusian ganti rugi, serta perbandingan class action dengan gugatan perdata biasa, citizen lawsuit, dan legal standing. Bab IV : Analisis Putusan Perkara Gugatan Ganti Rugi Antara Nasabah PD BPR Bungbulang Dengan Pemerintah Kabupaten Garut Bab ini berisi uraian kasus posisi, serta analisa gugatan perwakilan kelompok (class Action) atas dasar perbuatan ingkar janji antara sekelompok nasabah PD BPR Bungbulang yang uang simpanannya tidak dibayarkan/dicairkan melawan Pemerintah Kabupaten Garut. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab kelima merupakan rangkuman dari seluruh hasil pembahasan melalui kesimpulan dan saran mengenai skripsi ini. 11