Sejarah PKL Pasar Rebo:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tantangan pembangunan di Indonesia saat ini adalah mengatasi

Pemukiman Cililitan Besar Terancam Digusur:

PEDOMAN WAWANCARA PROFESIONALISME APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia yang dibuat oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. padat. Pemukiman kumuh terjadi disetiap sudut kota. Banyaknya pengamen,

I. PENDAHULUAN. berjalan ke arah yang lebih baik dengan mengandalkan segala potensi sumber daya yang

I. PENDAHULUAN. pemerintah dalam era otonomi daerah seperti saat ini. Hal tersebut disebabkan

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia yaitu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta Dalam Pengelolaan Retribusi Pelayanan. Kota Yogyakarta, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang

BAB 4 METODE PERANCANGAN

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG

VI. SIMPULAN DAN SARAN. pamong praja, maka penulis memberikan simpulan bahwa koordinasi yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

I. PENDAHULUAN. Pasar sebagai arena atau suatu tempat pertukaran baik dalam bentuk fisik

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

EVALUASI KINERJA PARKIR DI GRAHA AMERTA RSUD DR.SOETOMO SURABAYA : Muhammad Usman NIM : Dosen Pembimbing : Dr. H. Sri Wiwoho M., ST., MT.

PROYEK AKHIR EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG EMPAT JL. URIP SUMOHARJO JL. RAYA DARMO JL. PANDEGILING SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. antar aktor dalam proses negosiasi dan resolusi konflik Pasar Kranggan Yogyakarta. Seperti

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN PENGENALAN UP. TERMINAL OLEH : KEPALA UP. TERMINAL ANGKUTAN JALAN RENNY DWI ATUTI, ST. MT

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA ADMNISTRASI JAKARTA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 55

I. PENDAHULUAN. menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL), kemacetan lalu lintas, papan reklame yang

BAB I PENDAHULUAN. Tata ruang dalam perkotaan lebih kompleks dari tata ruang pedesaan,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2002 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tugas Akhir Evaluasi Fungsi Halte Sebagai Tempat Henti Angkutan Umum BAB V PENUTUP

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

Ini Dia Kronologis Kebakaran Hutan Yang Habiskan Lahan Riau

BAB IV GAMBARAN UMUM PAGUYUBAN KAMPUNG ILMU. Dukuh Kecamatan Bubutan RT 07 RW 08 Kota Surabaya. Lokasi ini terletak

III. METODOLOGI PENELITIAN

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas untuk mempermudah mobilitas masyarakat kota melalui sistem dan. maupun berpindah tempat untuk memenuhi kebutuhannya.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 08 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PARKIR

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA.

Sirajuddin hanya seorang pelayan bakso dia bukan seorang teroris namun dibunuh oleh Densus 88.

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

TERMINAL BUS KELAS A DI PULO GEBANG KAWASAN TIMUR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada kehidupan sosial individu saat ini. Di Indonesia, berita mengenai

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

TERMINAL PULO GEBANG DENGAN FASILITAS PENDUKUNG SHOPPING MALL, JAKARTA TIMUR PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HIGH-TECH

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

LAMPIRAN-LAMPIRAN. A. Transkrip wawancara kepada bapak Bapak Sutrisno, ST selaku Kepala

BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 05A TAHUN 2011 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang.

tapi Tidak Bagi Warga

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

TIMELINE : PENOLAKAN ADANYA CUCIAN MOBIL YANG TERLETAK DI JL. KENCANA RAYA BLOK G5 NO. 8-9 KENCANA LOKA BSD TANGSEL.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 08 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PARKIR

I.PENDAHULUAN. Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi pilihan yang termudah untuk bertahan hidup.

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dari hasil survei inventaris jalan didapat data-data ruas Jalan Pintu Satu Senayan. Panjang. ( m )

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN DAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pranata Pembangunan Pertemuan 14 Penertiban Kaki lima

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza,

BAB II KEBIJAKAN PENGELOLAAN PKL DAN KARAKTER KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN DI KOTA SOLO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era sekarang ini Salatiga banyak mengalami kemajuan pembanguan secara fisik.hal

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi untuk kehidupan di kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Semarang,

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem setoran pada angkutan umum transportasi massa seperti

IV. DATA PENELITIAN. Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi kondisi

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

lampiran Foto : Hasil Pemantauan Titik Pantau Adipura 2012 Hari/Tgl : 12 Mei 2012

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja dan menyediakan barang/jasa murah, serta reputasinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kawasan Kota Bumiayu adalah kawasan yang menjadi pusat

Transkripsi:

Sejarah PKasar Rebo: Lokasi Pedagang Kaki Lima Pasar Rebo terletak di perempatan Jl Raya Bogor dengan Jl Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Pada tahun 1995, awalnya lokasi tersebut ditempati hanya dua orang pedagang buah-buahan, yaitu setelah adanya perpindahan terminal baru dari Terminal Cililitan ke Terminal Kampung Rambutan. Jumlah pedagang pada saat ini mencapai 200 pedagang buah-buahan dan beberapa Warung Kopi serta Warung Nasi. Mereka berasal dari Jawa Tengah, Kuningan, Jawa Timur, Madura, dll mayoritas berasal dari daerah Jawa. Aktivitas jualan selama 24 jam, non-stop dari pagi hingga pagi hari. Pedagang Pasar Rebo adalah pedagang spesial berjualan buah-buahan, cirikhas mereka selalu berjualan tidak jauh dari lokasi terminal bus Antar Kota Antar Provinsi. Kehadiran para pedagang sebenarnya memanjakan para konsumen dan penumpang yang akan bepergian atau pulang setelah melakukan aktivitas. Para konsumen tinggal membeli di trotoar dan kemudian naik bus. Atau konsumen yang mengendari kendaraan pribadi, tinggal pesan tanpa harus turun dari kendaraan, pasti akan dilayani dengan baik. Pada tahun 2003 pernah dilakukan penggusuran oleh aparat setempat karena dianggap melanggar Perda No.11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum. Pada lokasi pedagang kaki lima di perempatan Jalan TB Simatupang Jalan Raya Bogor akan segera diresmikan jalan Fly Over untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Dengan adanya pembangunan Fly Over bisa sebagai alasan untuk melakukan penggusuran pedagang kaki lima yang makin hari semakin bertambah semrawut dan bertambah banyak. Para pedagang kemudian melakukan advokasi ke Kantor Walikota Jakarta Timur, aksi para pedagang membuahkan hasil. Setelah mengadakan dialog dengan Walikota Jakarta Timur, akhir para pedagang diminta untuk melakukan penataan dengan tenda, agar tidak semrawut maka jumlah pedagang dibatasi hanya di atas trotoar tidak boleh sampai ke badan jalan. Pada tanggal 1 Februari 2005, pedagang kaki lima Pasar Rebo mendapat Surat Perintah Bongkar (SPB) dari pihak Kecamatan,. Alasan perintah bongkar dari dari pihak Kecamatan tidaklah jelas. Seminggu sebelumnya para pedagang sebelum mendapat SPB, sebanyak 10 orang pedagang dipanggil oleh pihak Kecamatan, bernama bapak Lubis, sebagai Manpol. Beliau menyarankan agar pedagang di kelompok bapak Kastono untuk bergabung dengan kelompok Matani. Jikalau sampai pada hari Senin, 1 Februari 2005, tidak ada jawaban maka akan dilakukan penggusuran. Menurut para pedagang, yang tidak bersedia bergabung dengan kelompok Matani, karena ia bukan berasal dari pedagang. Matani adalah seorang pemilik tanah, yang tanahnya digunakan oleh pedagang, yang Indok/1

kemudian Matani mengajukan diri ke Walikota Jakarta Timur untuk menjadi pengurus. Alasan lain pedagang tidak bersedia bergabung dengan Yance, karena penarikan retribusi untuk PKL dinilai sangat besar dan memberatkan pedagang. Rabu, 2 Februari 2005: Perwakilan pedagang Pasar Rebo: Kastono, Wiwin, Abdul Azes, Muhanda Subekti, Sutarno, Tumirah, Solikin, Fatikin, Patmono, Syafei. Para pedagang mengaku resah, setelah mendapat Surat Perintah Bongkar dari Kecamatan. Untuk menghadapi penggusuran PKL, pada pedagang dengan cara penataan pedagang dan membentuk paguyuban. Selama ini kesemrawutan dan pedagang yang berjualan semaunya, sering dijadikan alasan untuk melakukan penggusuran. Masalah penggusuran adalah persoalan bersama, maka perlu ada perjuangan bersama, tidak cukup hanya diserahkan kepada pengurus saja. Untuk mengahadapi dan antisipasi masalah penggusuran, para pedagang telah melakukan penataan yaitu dengan cara menanam pot-pot, dan tenda biru. Setiap lapak dikenakan biaya sebesar Rp 30.000, penataan pot dan tenda biru sudah dilaksanakan oleh para pedagang sendiri. Pembentukan paguyuban PKasar Rebo, harus mempunyai tujuan: Paguyuban sebagai wadah pergerakan para pedagang. Sebagai tempat tukar-menukar informasi dan komunikasi. Tempat pertemuan Ajang belajar bersama, baik ada masalah dan tidak ada masalah. Evaluasi bersama. Alternativ penanganan penggusuran: 1. Mencari lokasi baru, lahan kosong (sebelum terjadi penggusuran), PKL sendiri yang melakukan survei lokasi, dan kemudian diajukan ke Walikota Jakarta Timur. 2. Penataan sementara (tenda disamaratakan, lapak tidak menonjol, tidak dapat menambah jumlah PKL). DAFTAR NAMA PEDAGANG KAKI LIMA JALAN RAYA BOGOR, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR NO NAMA UMUR 1. Dewi 20 P Buah-buahan RT 02, RW 03, Susukan, 2. Sutarno 22 L Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan 3. N. Fitriah 20 P Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan 4. Husen 35 L Buah-buahan RT 02, RW 02, Susukan Indok/2

NO NAMA UMUR 5. Mariha 20 P Buah-buahan RT 02, RW 02, Susukan 6. Rofi Atun 23 P Buah-buahan RT 02, RW 02, Susukan 7. Ropi i 45 L Buah-buahan RT 02, RW 02, Susukan 8. Sugeng Wibowo 40 L Buah-buahan RT 02, RW 02, Susukan 9. Siti Kasminah 51 P Buah-buahan RT 02, RW 02, Susukan 10. Suwadi P 53 L Buah-buahan RT 02, RW 02, Susukan 11. Suradi 40 L Buah-buahan RT 03, RW 03, Susukan, 12. Symsudin 43 L Warung Kopi RT 03, RW 03, Susukan, 13. Nara 42 L Buah-buahan RT 02, RW 02, Susukan 14. Suparmi 42 P Buah-buahan RT 02, RW 02, Susukan 15. Sumini 46 P Buah-buahan RT 03, RW 03, Susukan, 16. Sudirman 51 L Buah-buahan RT 03, RW 03, Susukan, 17. Baharudin 40 L Warung Nasi RT 03, RW 03, Susukan, 18. Herman 50 L Warung Kopi RT 03, RW 03, Susukan, 19. Wasilah 41 P Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan, 20. Warsono 52 L Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan, 21. Syafi i 33 L Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan, 22. Kastono 45 L Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan, 23. Purwati 43 P Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan, 24. Sugiyono 55 L Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan, 25. Mira 45 P Warung Nasi RT 03, RW 03, Susukan, 26. Busro 28 L Buah-buahan RT 02, RW 02, Susukan, 27. Gunarto 22 L Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan, 28. Subeki 39 L Buah-buahan RT 03, RW 03, Susukan, 29. Mulyadi 42 L Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan, 30. Abdul Aziz 38 L Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan, 31. Sugeng 24 L Buah-buahan RT 02, RW 05, Susukan, Indok/3

NO NAMA UMUR Widodo 32. Triyanto 26 L Buah-buahan RT 04, RW 01, Kalisari, Pasar Rebo 33. Yatin 36 L Rokok RT 02, RW 05, Susukan, 34. Sutrisno 37 L Buah-buahan RT 02, RW 02 Susukan, 35. Wiwin 25 L Buah-buahan RT 02, RW 02, Susukan, Jakarta, 1 Februari 2005 Penataan Pedagang Kaki Lima Pasar Rebo: Masalah penataan dan tendanisasi; para pedagang masih menunggu perkembangan dan kepastian akan janji bapak Matani, bahwa pada bulan Juli 2005 akan dibangun tendanisasi. Setiap pedagang diminta membayar Rp 2.500.000 dalam rangka penataan tendanisasi oleh Matani. Kastono, sebagai koordinator pedagang telah memberikan 50% dari seluruh jumlah uang yang berhasil dikumpulkan sebanyak 30 pedagang. Pada awal bulan Juni, Matani akan meminta uang Rp 250.000 per pedagang, alasan uang tersebut akan dipergunakan untuk pembangunan tenda auwning. Permintaan Matani, para pedagang telah sepakat tidak akan memberikan, apalagi janji akan segera membangun auwning sampai sekarang tidak ada realisasinya. Kekompakan di dalam kelompok Kastono masih terpecah-pecah, tampak para pedagang berjalan sendiri-sendiri. Bahkan ada kesalahpahaman, dahulu ketika pengurus menghadap UKM Jakarta Timur, para pedagang mengatakan langsung tidak bersedia bergabung dengan kelompok Matani, karena ia menjadi pengurus bukan dari pedagang, adalah sebagai pemilik lahan. Akan tetapi ketika ada kunjungan di lapangan langsung oleh pihak Walikota Jakarta Timur, pedagang mengatakan bergabung dengan Matani. Penyataan ini menunjukkan adanya inkonsistensi para pedagang sendiri, karena bertolak belakang ketika bertemu dengan UKM, bapak Bintang. Ada sinyalir, para pedagang Pasar Rebo hanya akan memanfaatkan FAKTA untuk kepentingan pribadi pedagang, tidak sebagai sebuah organisasi. Kendala lain adalah lemahnya data di lapangan, dan tidak ada informasi yang lengkap serta lemah dalam pengorganisasian. Perkembangan Terakhir: Para pedagang diundang oleh pihak Usaha Kecil Menengah (UKM) membicarakan masalah penataan PKL dan telah dipasang plang JT. Namun plang yang sudah terpasang tertabrak bus, para pedagang menuntut ganti rugi. Setelah bermusyawarah pihak awak bus memberikan uang ganti rugi sebesar Rp 300.000, selanjutnya plang JT hari Sabtu, 18 Maret 2006 sudah dipasang kembali. Indok/4

Masalah uang yang ditarik oleh Matani, alasan untuk mengurus ke UKM akan tetapi sudah dua tahun lebih tidak ada kabarnya dan disinyalir uang tersebut dipakai untuk pribadi. Para pedagang kecewa maka menuntut Matani untuk mengembalikan, dengan cara membawa seorang polisi akhirnya Matani mengembalikan separuhnya. Jakarta, 30 November 2006 INDOK FAKTA Indok/5