BAB I PENDAHULUAN. Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan merupakan konsep yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

PENGARUH IMPLEMENTASI SCIENTIFIC APPROACH BERMUATAN NILAI PADA PEMBELAJARAN LINGKUNGANTERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN SIKAP SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni Yuningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. rendah hingga makhluk hidup tingkat tinggi. Biologi tidak hanya terdiri atas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PROFIL SCIENCE-RELATED ATTITUDES SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI BERBASIS PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini diuraikan hasil-hasil penelitian penerapan strategi

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

... BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rachmi Fitria Mustari, 2014

DAFTAR ISI Mochamad Yuniardi, 2014 Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

P 75 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN INTEGRASI INTERKONEKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa, menumbuhkan secara sadar Sumber Daya Manusia (SDM) melalui

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran fisika masih didominasi dengan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3

Berkala Fisika Indonesia Volume 1 Nomor 2 Januari 2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

I. PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa alam dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep fisika.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, siswa dituntut dapat berfikir kritis, kreatif dan dapat. memecahkan suatu masalah agar dapat bersaing.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. proses penemuan (Depdiknas, 2003(a)). Oleh karena itu, tuntutan untuk terus. melakukan aktivitas ilmiah (Hidayat, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cihaurgeulis 2 Bandung. Subjek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

DAFTAR ISI BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA...

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu IPA yang mempelajari tentang gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. dalam laboratorium maupun di alam sekitar kehidupan siswa. Dengan. keberhasilan pembelajaran IPA, siswa akan mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik profesional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan merupakan konsep yang diajarkan di kelas VIII semester I pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tetapi ada beberapa sekolah yang membelajarkannya pada semester ke II. Pada KTSP, konsep ini tercantum pada Standar Kompetensi berupa. Memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan dan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Berdasarkan Standar Kompetensi tersebut, tercantum kata memahami, berarti siswa diharapkan paham terhadap konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Bila kita tinjau juga Kompetensi Dasar, yaitu mengidentifikasi, merupakan kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa. Kompetensi ini akan dikuasai bila siswa belajar melalui kegiatan observasi dengan benar. Kemampuan siswa untuk mengobservasi dapat dilatih pada pembelajaran yang mengembangkan kegiatan observasi diantaranya pembelajaran dengan strategi Predict-observe-explain (POE). Observasi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan para ilmuwan dalam metode ilmiah. Kegiatan observasi juga merupakan kegiatan yang bermuatan nilai. Seperti kita ketahui bahwa saat ini pemerintah sedang mengembangkan pembelajaran berkarakter, di mana setiap pembelajaran diharapkan selalu dikaitkan dengan nilai-nilai agar dapat diterapkan 1

2 dalam kehidupan siswa sehingga akan membentuk daya saing dan karakter bangsa. Hasil pendidikan seperti yang diisyaratkan pemerintah dalam Permen Diknas No 14 th 2007 bahwa : Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa, olahraga, dan olahkarya agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Berdasarkan Permen tersebut diharapkan terjadi peningkatan pada berbagai kemampuan siswa, tidak hanya ranah kognitif dari konsep yang dipelajarinya, tetapi terjadi peningkatan kemampuan lainnya. Olahhati, olahrasa, olahkarya dapat dikembangkan pada pembelajaran yang diarahkan untuk tujuan tersebut. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang dirancang dengan mengembangkan karakter atau nilai-nilai. Bila ditinjau dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) seperti yang tercantum pada Permen Diknas No 23 th 2006, bahwa siswa SMP harus memiliki kemampuan dalam kehidupan beragama, bersosial, berinteraksi secara efektif dan santun, memanfaatkan lingkungan dengan penuh tanggung-jawab, kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan kedua Permen Diknas tersebut, maka pembelajaran tidak hanya untuk mengembangkan nilai praktis pada siswa, tetapi juga nilai-nilai lain yang dapat mempengaruhi dan memberi bekal pada kehidupan selanjutnya. Pembelajaran bermuatan nilai sebaiknya dikembangkan dalam pembelajaran karena akan lebih bermakna dan ada penguatan dalam penguasaan materinya, bila dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Bila siswa hanya

3 mempelajari nilai praktis dari konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan, mungkin hanya sedikit dari konsep tersebut yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan siswa. Nilai-nilai yang terkandung dalam konsep jaringan sangat luas untuk memberikan inspirasi bagi kehidupan siswa. Hal ini sesuai dengan hakikat sains yang merupakan produk, proses dan sikap, di mana sains dianggap menduduki posisi penting dalam membangun karakter masyarakat dan bangsa, karena sains mengandung muatan nilai dan sikap di dalamnya (Rustaman, 2003). Sains bukan hanya kumpulan ilmu pengetahuan tetapi juga merupakan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Yudianto (2010), pembelajaran sains- Biologi bermuatan nilai sebagai salah satu bentuk pendidikan sains terpadu yang sesuai dengan hakikat sains. Kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan terhadap penghayatan nilai-nilai melalui penalaran terhadap materi yang dipelajari (olahpikir/nilai Intelektual), kemampuan membuat analogy/perumpamaanperumpamaan dengan kehidupan manusia (olahrasa/nilai sosio-politik), penghayatan secara mendalam sampai menyentuh lubuk hati (olahqolbu/nilai religi), bahkan dari contoh-contoh corak jaringan tumbuhan dapat ditiru menjadi pola seni batik (nilai pendidikan), dan sistem pengangkutan lewat xilem dan floem dapat ditiru dalam pengaturan sistem berlalulintas jalan searah. Jadi nilai-nilai dalam materi tersebut dapat dijabarkan menjadi lebih khusus menjadi nilai intelektual, nilai pendidikan, nilai sosial-politik dan nilai religius, disamping nilai praktis yang biasa diajarkan oleh guru. Ada baiknya saat pembelajaran, seorang guru selalu memberikan dan menanamkan pendidikan karakter atau nilai sehingga generasi muda menjadi

4 orang yang santun, dapat berinteraksi sosial dalam masyarakat, memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, serta memiliki keyakinan akan kebesaran Sang Khalik Yang Maha Pencipta dan Pemilik seluruh alam semesta. Begitu juga hendaknya saat pembelajaran Biologi pada konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Ada banyak nilai yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran konsep ini, seperti yang telah disebutkan berupa nilai sosial, intelektual, pendidikan, dan nilai religius yang tampak pada jaringan saat bekerja sama dalam melaksanakan aktifitas untuk kehidupan tumbuhan tersebut (Yudianto, 2010). Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan merupakan konsep yang abstrak, tetapi tidaklah sulit untuk membuatnya menjadi kongkrit. Jaringan tumbuhan dapat dilihat dengan cara membuat sayatan dan diamati di bawah mikroskop atau melalui gambar baik yang biasa berupa charta maupun berupa gambar yang ditayangkan melalui LCD (liquid crystal display). Agar pembelajaran konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dapat lebih mendalam maka perlu dilakukan kegiatan pengamatan. Kegiatan pengamatan (observasi) merupakan kegiatan bermuatan nilai yaitu melakukan suatu pencarian untuk memperoleh kebenaran seperti yang tersurat dalam Al-Qur an (Al-Alaq: 1-5). Pada Surah tersebut manusia diperintahkan Allah untuk membaca (iqra). Yudianto (2010) menyatakan bahwa : Pengertian Bacalah (iqra) dalam Al-Qur an Surah Al-alaq mengandung pengertian yang mendalam, karena manusia dituntut bukan hanya memiliki kemampuan membaca apa-apa yang dilihatnya (observasi), tetapi juga dituntut untuk mengenal sifat-sifat Allah dan mengambil hikmah dari apa yang diciptakan-nya.

5 Hasil studi kasus di Kecamatan Tanjungsari tahun 2010, pada umumnya guru melakukan pembelajaran konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan ini dengan metode praktikum, melakukan pengamatan berupa irisan melintang batang atau daun, kemudian siswa menggambarkannya. Meskipun siswa melakukan pengamatan di bawah mikroskop tapi mereka belum menghubungkan hasil pengamatan dengan pemahaman konsep. Siswa hanya cukup melihat dan menggambarkan irisan melintang jaringan tumbuhan tanpa ada penjelasan lebih lanjut yang berhubungan dengan hasil pengamatan. Kegiatan pengamatan di sini belum mendalam sehingga kemampuan olahpikir, olahrasa dan olahkarya siswa belum tersentuh. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan tahun 2010 pada salah satu sekolah di Tanjungsari, diperoleh data, yaitu hanya sekitar 9,38% - 40,63% dari 40 orang siswa yang paham terhadap konsep ini (mendapatkan hasil belajar di atas 6,00) setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukkan tingkat penguasaan konsep yang cukup rendah. Selanjutnya bila kita amati gambar hasil praktikum siswa, banyak yang tidak sesuai dengan bayangan yang tampak di bawah mikroskop, ini menunjukkan kemampuan mengobservasi siswa pun masih rendah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di sekolah tempat penelitian, guru melakukan pembelajaran dengan kegiatan observasi kira-kira sebanyak 3 kali dalam satu semester tahun pelajaran 2010/2010. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, bahwa siswa yang melakukan observasi pada pembelajarannya masih belum mampu menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan

6 observasi, padahal kegiatan tersebut telah mereka lakukan saat praktikum. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa masih belum mampu menghubungkan apa yang mereka lakukan secara hands on dengan minds on. Terdapat suatu strategi pembelajaran yang dapat melatih siswa berpikir, melakukan pengamatan untuk membuktikan dugaan awal dan akhirnya sampai pada kemampuan menjelaskan hasil pengamatan untuk mempertegas atau mengklarifikasi dugaan awal tadi. Strategi pembelajaran tersebut adalah POE (Predict-Observe-Explain ). Strategi POE merupakan salah satu strategi belajar yang berpusat pada siswa dan mengembangkan keterampilan IPA. Melalui Strategi POE, konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dapat dipelajari dengan kegiatan memprediksi, mengobservasi dan menjelaskan hasil observasi. Kemampuan awal siswa dapat diketahui dari hasil prediksi. Kegiatan observasi dan eksplain membantu siswa berlatih melakukan proses sains sehingga terjadi kegiatan yang menghubungkan antara hands on dan minds on. Siswa termotivasi untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diajukan guru. Menurut White & Gunstone dalam Hsu (2004), POE merupakan strategi yang efisien untuk memunculkan ide-ide siswa dan juga memunculkan diskusi tentang ide-ide tersebut. Pembelajaran menggunakan Strategi POE telah banyak dilaksanakan di Australia, Afrika Selatan, Cina. yang semuanya menunjukkan adanya keberhasilan dalam pembelajaran, siswa mampu mengikuti pelajaran, memprediksikan, mengobservasi dan menjelaskan suatu gejala yang menjadi konflik dalam pembelajaran mereka. Beberapa contoh hasil penelitian tentang

7 Strategi POE yaitu : (1) penelitian di Afrika Selatan oleh Mthembu (2008) University of Natal, menyelidiki pembelajaran kimia yang menggunakan Strategi POE pada sekolah menengah. Data menunjukkan bagaimana prediksi dan pengamatan dapat memefektivitasi pengetahuan siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa guru dapat menggunakan Strategi POE untuk merancang kegiatan pembelajaran yang dimulai dengan melihat sudut pandang siswa terhadap suatu permasalahan sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. (2) Penelitian oleh Hsu (2004), Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Pendidikan, Nasional Taichung Teachers College Taipe, menyebutkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsepsi siswa terhadap alternatif zat yang mudah terbakar dengan strategi POE dan hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari setengah siswa di setiap kelas tidak dapat menjelaskan konsep dengan alasan ilmiah. Menurut White dan Gunstone dalam Joyce (2006), konsep yang cocok dalam pembelajaran dengan strategi POE adalah konsep yang hands on, yang menimbulkan suatu konflik kognitif dan yang dapat diobservasi siswa untuk menjelaskan masalah yang menjadi konflik tersebut. Syarat ini memungkinkan untuk dilakukan pada pembelajaran konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Materi yang dapat diajarkan dengan strategi POE diantaranya hubungan struktur dengan fungsi jaringan, fungsi xylem yang mengangkut air ke daun. Kedua materi itu memerlukan hands on dan demonstrasi yang dilanjutkan dengan percobaan.

8 Efektivitas suatu pembelajaran tergantung pada tujuan pembelajaran menurut Keachie dalam Arthur (2003). Jika seseorang menganggap bahwa pembelajaran sebagai sebuah pelayanan terhadap konsumen (siswa) maka kriteria efektivitas yang relevan di sini ditunjukkan oleh respon positif siswa terhadap pelayanan yang diterimanya. Bila alasan utama pembelajaran adalah untuk mengumpulkan data evaluasi maka ukuran pretes dan postes (N-gain) menjadi kriteria yang paling relevan untuk mengevaluasi efektivitas pembelajaran. Menurut Firman dalam Wicaksono (2005) efektivitas sebuah pembelajaran ditandai dengan ci`ri-ciri sebagai berikut : 1. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. 3. Memiliki saran untuk menunjang proses pembelajaran Berdasarkan ciri tersebut maka efektifitas suatu pembelajaran dapat ditinjau dari prestasi belajar, proses dan sarana penunjang. Kriteria keefektivan strategi pembelajaran menurut Nurgana, dalam Wicaksono 2005, mengacu pada : 1. Ketuntasan belajar, yaitu apabila telah mencapai sekurang-kurangnya 75% dari total siswa telah mencapai nilai diatas 6,00. 2. Bila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pretes dengan postes. 3. Jika meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar dan siswa belajar dalam keadaan menyenangkan.

9 B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana efektivitas strategi pembelajaran POE bermuatan nilai pada Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dalam meningkatkan pemahaman konsep dan sikap nilai siswa SMP? Pada penelitian ini, efektivitas strategi pembelajaran POE bermuatan nilai mengambil kriteria adanya peningkatan hasil belajar (postes) yang signifikans pada kelas eksperimen bila dibandingkan dengan kelas kontrol. C. PERTANYAAN PENELITIAN Selanjutnya, rumusan masalah dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah strategi POE bermuatan nilai, efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan? 2. Apakah melalui strategi POE bermuatan nilai dalam pembelajaran Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan, efektif meningkatkan sikap nilai siswa? 3. Bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dengan menggunakan metode POE bermuatan nilai? 4. Kendala apa yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran POE bermuatan nilai pada konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan?

10 D. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui efektivitas strategi POE yang bermuatan nilai pada konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dalam meningkatkan pemahaman konsep dan sikap nilai siswa SMP. Setelah dilaksanakannya pembelajaran POE bermuatan nilai, maka akan diketahui tanggapan guru dan siswa, kendala yang dihadapi saat pembelajaran untuk diperbaiki dan diantisipasi pada pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan program yang sedang dikembangkan pemerintah, yaitu pendidikan budaya dan karakter bangsa, maka penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sikap nilai siswa yang yang ditunjukkan dengan tingkat kognitif skala sikap. Semakin seringnya siswa memperoleh informasi yang mempengaruhi sikapnya maka diharapkan dapat membentuk siswa yang berkepribadian, memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat, warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (Kemendiknas,2010). E. MANFAAT Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep dan penerapan nilai-nilai sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar serta mengikuti pembelajaran khususnya pada konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dan konsep lainnya yang sesuai. Untuk mendukung program pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mensosialisasikan pendidikan berkarakter bagi para pendidik

11 dan memberikan gambaran bagi guru sehingga termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran berkarakter seperti pembelajaran dengan strategi POE yang bermuatan nilai. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi pemikiran bagi guru sebagai praktisi pendidikan dalam memperbaiki proses pembelajarannya sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep dan sikap nilai. F. DEFINISI OPERASIONAL Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan, maka akan dijelaskan beberapa istilah sebagai kata kunci pada penelitian ini. 1. Strategi POE bermuatan nilai merupakan strategi pembelajaran yang mengikuti kegiatan seperti strategi POE tetapi pada setiap tahapnya selalu dikaitkan dengan muatan nilai. Kegiatan yang dilakukan siswa adalah memprediksikan, mengobservasi dan mengkomunikasikan hasil observasi menjadi suatu konsep yang dapat dipahami siswa. Strategi POE pada penelitian ini mengembangkan muatan nilai, sehingga pada setiap kegiatan selalu dikaitkan dangan nilai-nilai yang terkandung pada konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Kriteria efektivitas Strategi POE bermuatan nilai ini ditinjau dari nilai hasil belajar (postes) yang signifikans di kelas eksperimen bila dibandingkan dengan kelas kontrol. 2. Pemahaman Konsep merupakan suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah pembelajaran berakhir sehingga dapat menyelesaikan berbagai

12 permasalahan (soal test). Pada penelitian ini pemahaman konsep yang dimaksud adalah kemampuan siswa menjawab tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 25 soal, pada aspek kognitif C2 dan C3. Pemilihan aspek kognitif pada jenjang C2 dan C3 ini bertujuan untuk memfokuskan kemampuan siswa hanya pada pemahaman konsep dan aplikasinya saja. Soal yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep ini terlebih dahulu telah diuji-cobakan dengan tingkat reliabilitas dan validitas pada tingkat yang sedang sampai tinggi. 3. Sikap siswa merupakan sikap sebagai kecenderungan dalam memaknai suatu kebenaran tentang kandungan nilai nilai pada materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan yang diangkat menjadi nilai-nilai dalam kehidupan manusia. Peningkatan sikap nilai di sini dilihat dari hasil yang tercermin pada pilihan skala sikap dalam angket yang dibagikan. Angket skala sikap (skala 0,1,2 dan 3) berisi 20 pernyataan yang terdiri dari 10 pernyataan negatif dan 10 pernyataan positif yang bertolak ukur dari nilai sosial, pendidikan, intelektual dan nilai religius. Soal yang digunakan untuk mengukur sikap nilai ini terlebih dahulu telah diuji-cobakan dengan tingkat reliabilitas dan validitas pada tingkat yang signifikans.