BAB I PENDAHULUAN. jika di Jepang juga terdapat bahasa daerah atau dialek. Pada awalnya penulis. yang sedang penulis pelajari di dalam perkuliahan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. pula ada bahasa tanpa masyarakat, karena bahasa merupakan alat penghubung

Bab 1. Pendahuluan. Kushartanti dan Untung (2005,hal.3) menyatakan bahwa bahasa merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan dalam komunikasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. antar individu satu dengan individu yang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa

Bab 1. Pendahuluan. digunakan dalam berkomunikasi pada saat bersosialisasi dengan orang lain sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dan dipelajari oleh berbagai kalangan di Indonesia, karena bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari masyarakat. Dalam bahasa Indonesia contoh onomatope misalnya

2015 KAJIAN STILISTIKA PUISI ANAK D ALAM RUBRIK PERCIL PIKIRAN RAKYAT TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Selain itu, manusia juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya air dan udara yang menjadi salah satu

KAJIAN CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan melalui bahasa. Di dunia terdapat bermacam-macam bahasa

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang sebagai negara yang maju dan besar tidak hanya memiliki teknologi yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya, hubungan tersebut terjalin karena adanya komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Wihartini, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serupa. Ragam bahasa menurut Pateda (1987:52) terbagi menjadi berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak dikenal adanya kata serapan (gairaigo). Banyaknya pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun berada, manusia tidak akan pernah lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia terus melakukan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN COMPRÉHENSION ÉCRITE MELALUI PENERAPAN PROSEDUR BERTANYA Oleh Tri Kusnawati 1

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Sudjianto dan Dahidi

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya, tidak ada masyarakat negara lain yang memakai bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Jepang, ungkapan disebut dengan hyougen. Menurut Ishimori (1994:710),

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial, untuk berkerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

2015 ANALISIS MAKNA KANYOUKU DALAM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN KATA MIZU

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Terampil berbahasa sangat penting dikuasai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia semakin banyak masyarakat yang mempelajari bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makhluk hidup yang paling sempurna derajatnya adalah manusia, manusia

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dan cara penyampaiannya. Dalam beberapa masyarakat, percakapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bhirawa Widya Putranti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa asing bukanlah suatu hal yang mudah. Perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang (goi) terbagi atas wago,

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia dalam hidupnya sangatlah beragam. Baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tingkah laku sosial (social behavior) yang dipakai dalam komunikasi.

Bab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang.

Bab 1. Pendahuluan. Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial dimana dalam kehidupan sehari-harinya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu bahasa yang wajib di kuasai. Terbukti dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga berguna untuk membangun jaringan internasional. Seiring dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika penulis belajar bahasa Jepang di tahun pertama memasuki jurusan Sastra Jepang, dapat dikatakan bahwa pengetahuan penulis terhadap bahasa Jepang adalah nol besar. Oleh karena itu, penulis sama sekali tidak mengetahui jika di Jepang juga terdapat bahasa daerah atau dialek. Pada awalnya penulis hanya mengetahui bahwa yang disebut dengan bahasa Jepang hanyalah bahasa yang sedang penulis pelajari di dalam perkuliahan. Pada akhir tahun pertama belajar bahasa Jepang di UGM, penulis pertama kali mendapatkan perkuliahan mengenai ragam hormat dalam bahasa Jepang. Melalui perkuliahan tersebut, penulis mengetahui adanya ragam hormat dalam bahasa Jepang, namun penulis belum terlalu memahami mengenai perbedaan pemakaian ragam hormat antara laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang dewasa, status sosialnya, hubungan sosialnya dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mulai saat itu penulis mulai tertarik untuk mempelajari ragam hormat bahasa Jepang lebih jauh lagi. Dengan tujuan untuk mendapatkan referensi tambahan, membiasakan diri, serta mempercepat pemahaman terhadap bahasa Jepang terutama mengenai ragam hormat, penulis mulai mempelajari bahasa Jepang melalui berbagai media, seperti lagu, novel, drama, maupun film-film jepang. Ketika mendengarkan dialog bahasa Jepang yang muncul di dalam film, lagu, maupun drama Jepang tersebut, penulis 1

2 menemukan banyak sekali pola kalimat ataupun kosakata yang terdengar mirip dengan bahasa Jepang yang penulis pelajari di perkuliahan. Namun, tetap terdengar sedikit berbeda dan aneh. Untuk memastikan kembali apakah kosakata yang penulis dengar itu benar atau tidak, penulis menyimak dialog tersebut berulang-ulang. Kemudian, penulis menyadari bahwa kalimat dalam dialog tersebut memang berbeda dengan pola bahasa yang penulis pelajari di perkuliahan. Hal ini membuat penulis bertanyatanya mengenai jenis bahasa Jepang seperti apa yang dipakai dalam dialog film tersebut dan mengapa berbeda dengan yang penulis pelajari di perkuliahan. Selanjutnya, ketika penulis mencoba untuk mendengarkan percakapan orang-orang Jepang di INCULS, FIB, UGM, penulis kembali menemukan perbedaan pola kalimat dengan bahasa Jepang yang penulis dapatkan di perkuliahan. Hal ini semakin membuat penulis penasaran. Kemudian, penulis mendapatkan penjelasan dari seorang teman yang sudah mahir bahasa Jepang. Setelah itu, penulis baru mengetahui bahwa Jepang memiliki bahasa daerah atau dialek. Dia juga menjelaskan bahwa bahasa yang penulis dapatkan dari dialogdialog film sebelumnya juga termasuk dialek. Dengan adanya penjelasan tersebut, ketertarikan penulis untuk mempelajari bahasa Jepang tidak hanya berhenti pada ragam hormat, melainkankan juga pada dialek. Dari beberapa referensi, penulis mengetahui adanya keberagaman dialek dalam bahasa Jepang. Namun, dari sekian banyak dialek yang ada, penulis lebih sering menemukan dialek dari daerah Kansai baik itu dari lagu ataupun dramadrama Jepang. Selain itu, berdasarkan pengalaman pribadi penulis, baik itu

3 melalui penggunaan contoh-contoh kalimat yang penulis dapatkan dalam bukubuku pelajaran bahasa Jepang, situs-situs internet, cerita dari teman-teman sesama pembelajar bahasa Jepang, dan lain sebagainya, penulis lebih sering mendapatkan penyebutan kota-kota di Jepang yang berada di wilayah Kansai, seperti Kyoto, Osaka, Kobe, Nara. Dari beberapa referensi, penulis mendapatkan informasi bahwa kota-kota di wilayah Kansai tersebut memiliki nilai historis tersendiri bagi Jepang. Sekarang ini, Osaka dapat dikatakan sebagai kota terbesar kedua di Jepang yang menjadi pusat bisnis dan perkantoran selain Tokyo. Kyoto merupakan kota yang terkenal sebagai pusat budaya Jepang, seperti halnya Yogyakarta yang terkenal sebagai pusat budaya negara kita terutama di pulau Jawa. Sedangkan Kobe merupakan salah satu kota pelabuhan vital yang menjadi penghubung Jepang dengan dunia luar melalui jalur laut dari dulu sampai sekarang. Beberapa hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis, sehingga penulis mulai lebih tertarik untuk mempelajari dialek Kansai dibandingkan dialek yang lain. Di tahun ketiga, penulis mengikuti program kegiatan dengan peserta kegiatan yang terdiri dari beberapa mahasiswa Sastra Jepang UGM dan mahasiswa dari berbagai jurusan di Universitas Ritsumeikan, Kyoto, Jepang. Kegiatan ini merupakan kegiatan berkelanjutan antara dua universitas yang dilatarbelakangi oleh terjadinya gempa besar di Yogyakarta pada tahun 2006. Dari keikutsertaan dalam kegiatan tersebut, akhirnya penulis lebih banyak mendapatkan teman orang Jepang yang berasal dari wilayah Kansai dibandingkan wilayah yang lain. Hal ini semakin membulatkan tekad penulis untuk mempelajari

4 dialek Kansai lebih jauh lagi. Oleh karena penulis juga tertarik terhadap ragam hormat bahasa Jepang, akhirnya muncul pertanyaan baru dalam benak penulis mengenai ada tidaknya ragam hormat dalam dialek Kansai. Lalu, adakah perbedaannya baik dari segi bentuk maupun penggunaannya dengan ragam hormat bahasa Jepang standar. Dari beberapa sumber termasuk bertanya kepada teman dari Universitas Ritsumeikan tersebut, penulis mengetahui adanya ragam hormat dalam dialek Kansai. Setelah penulis melakukan penelusuran lebih jauh, penulis mendapatkan beberapa referensi yang memuat mengenai dialek Kansai termasuk beberapa ragam hormatnya. Salah satu buku yang membahas mengenai dialek Kansai ini adalah buku yang berjudul Colloquial Kansai Japanese. Di dalam buku tersebut, Palter (1995:32) juga sedikit menjelaskan mengenai contoh-contoh ragam hormat dalam dialek Kansai. Salah satunya terdapat pada kalimat berikut : (1) Nani tabeharimasuka? Anda akan makan apa? (Colloquial Kansai Japanese, 1995:33) Selain itu, penulis juga menemukan beberapa karya menarik yang mengangkat tema perbandingan antara Tokyo dan Osaka, baik dari karakteristik kedua kota itu sendiri maupun perilaku orang-orang yang tinggal di sana. Salah satu karya yang membandingkan Tokyo dan Osaka dengan berbagai perbedaannya adalah buku yang berjudul Tettei Hikaku! Kantoujin to Kansaijin

5 (2005) yang disusun oleh Nihon Hakugaku Kurabu Klub Ahli Pengetahuan Jepang. Di dalam buku tersebut dipaparkan perbedaan-perbedaan yang terlihat dari orang-orang yang tinggal di kedua kota tersebut, mulai dari tingkah laku, kepribadian, selera dalam hal berpakaian, makanan, tempat tinggal, dan juga gaya berbicara yang berbeda karena adanya dialek Kansai. Karena ketertarikan penulis terhadap ragam hormat dan dialek, serta kemudahan akses dalam menggali informasi mengenai dialek Kansai dibandingkan dengan dialek yang lain, dalam penelitian ini penulis memutuskan untuk mengambil tema perbandingan antara ragam hormat dalam dialek Kansai dengan bahasa Jepang standar untuk diteliti. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini penulis memutuskan untuk mengkaji permasalahan pada bagaimana persamaan dan perbedaan bentuk serta penggunaan ragam hormat dalam dialek Kansai dengan bahasa Jepang standar. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang ada pada rumusan masalah. Penulis akan mencari tahu dan mendeskripsikan bagaimana pembentukan ragam hormat dalam dialek Kansai. Sebagai pembanding, peneliti juga akan mencari tahu dan mendeskripsikan bentuk ragam hormat dalam bahasa Jepang standar, kemudian membandingkannya. Melalui

6 perbandingan antara keduanya, akan dipaparkan persamaan dan perbedaan pembentukan serta penggunaan ragam hormat yang ada pada keduanya. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dikhususkan untuk meneliti ragam hormat yang ada dalam dialek Kansai dari berbagai sumber. Ragam hormat dalam bahasa Jepang standar akan digunakan sebagai pembanding. Berdasarkan perbandingan antara keduanya akan dipaparkan persamaan dan perbedaan pembentukan serta penggunaannya. 1.5 Tinjauan Pustaka Sampai disusunnya penelitian ini, penulis belum menemukan adanya penelitian di lingkungan UGM yang membahas secara khusus mengenai perbandingan variasi ragam hormat dalam dialek Kansai dan bahasa Jepang standar. Berdasarkan penelusuran penulis, di lingkungan UGM terdapat penelitian yang membahas mengenai dialek Kansai. Namun, penelitian tersebut tidak membahas mengenai ragam hormat yang ada dalam dialek Kansai. Penelitian tersebut adalah skripsi yang ditulis oleh Gusni Hernias Prastyani (2007). Dalam skripsinya yang berjudul Makna dan Fungsi Pemarkah Negatif di dalam Dialek Osaka, Gusni membahas sekilas mengenai salah satu dialek yang ada di wilayah Kansai yaitu dialek Osaka. Dalam penelitian ini Gusni lebih menitikberatkan pada pemaparan bentuk-bentuk pemarkah negatif yang ada dalam dialek Osaka kemudian mendeskripsikan makna dan fungsinya.

7 Selain itu, penulis juga menemukan skripsi dan tesis di lingkungan UGM yang membahas mengenai ragam hormat dalam bahasa Jepang. Namun, baik skripsi maupun tesis tersebut tidak membandingkan ragam hormat bahasa Jepang dengan ragam hormat yang ada dalam dialek Kansai. Dalam skripsi yang berjudul Studi Kontrastif Kosakata dalam Tingkat Tutur Bahasa Jepang dan Bahasa Bali (2010), Ni Made Ernawati memaparkan leksem-leksem yang terdapat dalam Keigo (bahasa Jepang) dan Kruna alus (bahasa Bali), kemudian mengidentifikasi persamaan dan perbedaan kosakata dalam kedua bahasa tersebut menggunakan studi kontrastif. Sedangkan dalam tesis yang berjudul Tingkat Tutur Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa (Analisis Kontrastif) (2004), Eman Suherman memaparkan pembentukan dan penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Jepang dan bahasa Jawa sebagai obyek penelitian. Kemudian dengan menggunakan studi kontrastif, di dalam karya tersebut dipaparkan persamaan dan perbedaan yang ada dengan tujuan untuk mempermudah pembelajaran bahasa Jepang. Kemudian, penulis melakukan penelusuran lebih lanjut di luar lingkungan UGM. Di lingkungan FIB, Universitas Indonesia, penulis menemukan salah satu skripsi yang membahas mengenai dialek Osaka. Dalam skripsi yang berjudul Beberapa Karakteristik Dialek Osaka yang ditemukan di dalam Novel Tanabe Seiko berjudul Neko mo Shakushi mo (1992), Maria Karsia meneliti mengenai beberapa karakteristik kosakata dialek Osaka yang ditemukan dalam novel tersebut. Kosakata-kosakata yang dijadikan bahan penelitian dalam skripsi tersebut tidak dibatasi pada kosakata ragam hormat dialek Kansai. Kemudian,

8 Maria memaparkan bagaimana padanan kosakata tersebut dalam bahasa Jepang standar. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian kali ini, penulis lebih menitikberatkan pada bagaimana bentuk ragam hormat yang ada dalam dialek Kansai kemudian membandingkannya dengan penggunaannya dalam bahasa standar. Penulis juga memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ragam hormat tersebut, serta mencari tahu persamaan dan perbedaan yang ada di antara keduanya. 1.6 Metode dan Teknik Penelitian Metode dan langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini adalah dengan cara : pengumpulan data, pengelompokan data, analisis data, penyajian hasil analisis dari data. Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah metode observasi atau penyimakan. Sedangkan teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah teknik observasi nonpartisipasi atau teknik simak bebas libat cakap. Teknik simak bebas libat cakap adalah penjaringan data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan (Mastoyo, 2007:44). Data-data berupa kalimat yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 24 kalimat dengan sumber dari buku-buku pelajaran, drama, maupun situs internet. Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan metode agih atau metode distribusional. Sudaryanto via Mastoyo (2007:54) mendefinisikan metode

9 agih sebagai metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Sedangkan penyajian analisis data akan dipaparkan dalam bentuk deskripsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:258), deskripsi adalah uraian; pemaparan atau penggambaran dengan katakata secara jelas dan terperinci. 1.7 Sistematika Penyajian Penelitian ini disajikan dalam empat bab, yang terdiri dari : Bab I merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penyajian. Bab II merupakan landasan teori yang digunakan dalam penelitian mencakup teori sosiolinguistik, dialektologi, serta variasi bahasa. Bab III merupakan analisis, uraian pembentukan dan penggunaan ragam hormat dalam dialek Kansai dan bahasa Jepang standar sebagai pembanding. Kemudian pendeskripsian perbandingan persamaan maupun perbedaan penggunaan ragam hormat antara keduanya. Bab IV adalah kesimpulan dari bab-bab sebelumnya dan merupakan intisari dalam penelitian ini.