II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. ahli dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan. Kajian geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pengertian Geografi menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Sumadi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan,

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

PROFIL KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI TAMBAK DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGGAI (JURNAL)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Petani Singkong

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Semarang dalam Suharyono dan Moch. Amien (2013: 19) bahwa geografi adalah

II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. Manusia sebagai individu maupun golongan

II TINJAUAN PUSTAKA. Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang

I.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan dan kewilayahan (Suharyono, 1994:26). Selanjutnya dalam

UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN POKOK MINIMUM KELUARGA NELAYAN DI DESA MAJA KECAMATAN KALIANDA. Muhammad Rido 1) Budiyono 2) Yarmaidi 3)

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

DAFTAR PUSTAKA. Anonimus Monografi Kecamatan Kotagajah Tahun Anonimus SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional). BPS. Jakarta.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe),

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Jamur Tiram

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

SOSIOLOGI KEBUTUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERDASARKAN KLASIFIKASI KETENAGA KERJAAN Oleh : Ahmad Darmawi

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga. Ketahanan pangan merupakan kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan serta dididik sampai menjadi dewasa. Kewajiban suami selain menafkahi ekonomi keluarga, juga diharapkan menjadi

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Mohammad

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pemerintah serta ditetapkan melalui undang-undang. Berdasarkan undang-undang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

III. METODOLOGI PENELITIAN. situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Sumadi Surya Brata, 2000: 18).

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI WANITA SEBAGAI KEPALA KELUARGA DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT (JURNAL) Oleh NANDA FITRIANI

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat)

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan. Pendapatan merupakan balas jasa bekerja setelah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Cirebon Berdasarkan. Kelompok Usaha Industri Jasa Perdagangan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pengertian umum, pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

CURAHAN WAKTU KERJA DAN ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdassarkan sebaran kuisioner terhadap 72 responden RTS-PM (Rumah Tangga

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan seperti pembangkit listrik, transportasi, industri, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. baik, menghadapi segala tantangan dan tuntutan perubahan lokal, nasional, dan

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

ANALISIS KEPEMILIKAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PADA SOPIR ANGKOT DI KOTA SALATIGA

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Geografi Menurut Ikatan Geografi Indonesia (1988) dalam Nursid Sumaadmadja (2001:11), geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala gejala yang ada di permukaan bumi baik lingkungan alamnya maupun makhluk hidupnya termasuk manusia. Geografi sosial adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara penduduk dengan keadaan alam serta aktivitas dan usaha manusia dalam menyesuaikan dan menguasai keadaan alam demi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya (Bintarto, 1977:17). Unsur pokok yang dipelajari dalam geografi sosial adalah manusia, lingkungan alam, hubungan dan pengaruh timbal balik antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan lingkungan alam. 2. Pengertian Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik adalah sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh suatu benda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:308), selanjutnya menurut pendapat dari

12 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:308), Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti mempunyai sifat khusus. Karakteristik dapat artikan sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh suatu benda. Selanjutnya menurut Aris Ananta (1993:21), karakteristik sosial dapat mencakup status keluarga, tempat lahir, tingkat pendidikan. Sedangkan karakteristik ekonomi meliputi antra lain aktivitas ekonomi, jenis pekerjaan, status pekerjaan, lapangan pekerjaan dan pendapatan Keadaan sosial ekonomi setiap daerah berbeda tergantung sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Dalam hal ini Irwan Efendi (2005:77) merinci keadaan sosial ekonomi sebagai berikut. Keadaan sosial: 1. Jumlah dan besarnya keluarga 2. Agama dan adat istiadat 3. Sejarah dari daerah tersebut 4. Kepemimpinan 5. Tingkat pendidikan penduduk 6. Lembaga-lembaga sosial yang ada serta peranannya. Keadaan ekonomi: 1. Tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat 2. Kesehatan masyarakat 3. Koperasi dan fasilitas pemasaran 4. Fasilitas pemberitaan 5. Masalahan perburuhan dan kesempatan kerja 6. Usaha atau kegiatan yang berkaitan dengan usahatani 7. Sistem managemen dari usahatani 8. Bentuk-bentuk kerja dan sistemnya 9. Sistem upah buruh Berdasarkan pendapat-pendapat di atas bahwasanya karakteristik ialah gambaran mengenai sifat-sifat khusus berdasarkan aspek sosial dan aspek ekonomi. Adapun karakteristik sosial ekonomi dalam penelitian ini mencakup:

13 2.1. Umur Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan) (kamus bahasa indonesia, 2005: 1244). Sedangkan menurut Kartono (1995: 56), umur adalah usia seseorang pada saat ulang tahun yang terakhir. Dengan demikian umur merupakan salah satu identitas seseorang yang mampu mencerminkan kondisi seseorang dalam aktivitas kehidupanya sehari-hari, kaitanya dalam produktivitas kerja. Pekerjaan sebagai buruh pembuat emping merupakan salah satu pekerjaan informal. Dalam pengerjaanya di dalam sektor ini sangat dianjurkan orang yang berusia produktif. Hal ini sejalan dengan pendapatan Payaman J. Simanjuntak (2001: 46), menyatakan bahwa: umur mempengaruhi tingkat partisipasi kerja. Penduduk berumur muda umunya mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga.bahkan umumnya mereka bersekolah. Penduduk dalam kelompok umur 25-55 tahun, terutama laki-laki, umumnya dituntut untuk ikut serta mencari nafkah dan oleh sebab itu TPK relatip besar. Lebih lanjut lagi penduduk di atas 55 tahun sudah mulai menurun kemampuanya untuk bekerja, dan TPK umumnya rendah. Berdasarkan uraian di atas, bahwasanya umur dapat mempengaruhi kemampuan kerja seseorang. Selanjutnya dalam penelitian ini penggolongan umur produktif buruh berdasarkan Daldjoeni (1977: 74), bahwa: a. Umur 0-14 tahun (belum produktif) b. Umur 15-19 tahun (belum produktif penuh) c. Umur 20-54 tahun (produktif penuh) d. Umur 55-64 tahun (tidak produktif penuh lagi) e. Umur 65+ (tidak produktif lagi)

14 Berdasarkan penjelasan di atas, umur dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja seseorang. Kaitanya dengan pekerjaan sebagai buruh atau buruh yang merupakan jenis pekerjaan kasar dan berat, dibutuhkan pekerja kuat yang biasanya masih dalam usia prodiktif. Hal ini akan berpengaruh terhadap upah yang mereka dapatkan. Semakin lanjut umur seseorang maka semakin berkurang juga kemampuanya dalam bekerja sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal, sehingga pendapatanya pun juga rendah. 2.2. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan proses berkesinambungan yang dilaksanakan manusia dalam rangka meningkatkan harkat kehidupannya, baik secara formal maupun informal. Pendidikan juga diartikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang tujuannya untuk menentukan kualitas kehidupan manusia itu sendiri. Dalam UU. RI. tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Faud Ihsan (2005:1-2), Pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan

15 kebudayaan. Pendidikan memegang peranan penting bagi manusia, oleh sebab itu tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap jenis pekerjaanya, serta pendidikan juga mempunyai kaitan dengan tinggi rendahnya pendapatan seseorang. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Loekman Soetrisno (1997:25), yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan wahana yang ampuh untuk mengangkat manusia dari berbagai ketertinggalan, termasuk dalam lembah kemiskinan, melalui pendidikan selain memperoleh kepandaian berupa ketrampilan berolah pikir manusia juga memperoleh wawasan baru yang akan membantu upaya meningkatkan harkat hidup mereka. Pendidikan yang rendah menyebabkan keluarga miskin dan harus mau menerima pekerjaan yang rendah baik dari segi upah maupun jenis pekerjaanya. Lebih lanjut lagi Payaman J. Simanjuntak (2001:46), menyatakan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja. Dengan semakin tinggi pendidikan, kecenderungan untuk bekerja semakin besar. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dapat dikatakan bahwa pendidikan sangat penting bagi perkembangan kehidupan manusia dalam mendapatkan lapangan pekerjaan dan kehidupan dengan penghasilan yang lebih baik. Dengan pendapatan yang rendah maka seseorang harus merelakan dirinya untuk mau bekerja pada sektor informal saja, salah satunya yaitu bekerja sebagai buruh pembuat emping. Dimana pada pekerjaan tersebut upah yang didapatpun rendah dan bahkan mungkin tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

16 Dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan, jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal dan informal. Pembagian mengenai Jenjang pendidikan formal di sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, Selainjenjang pendidikan itu dapat diadakan pendidikan prasekolah, yang tidak merupakan prasyarat untuk memasuki pendidikan dasar (Faud Ihsan, 2005:22). Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama pendidikan formal yang ditempuh oleh buruh pembuat emping. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 17, 18, dan 19 tentang Sistem pendidikan bahwa pendidikan dibagi menjadi 3 jenjang pendidikan, yaitu sebagai berikut: a. Pendidikan dasar = Tamat SD dan tamat SMP b. Pendidikan menengah = Tamat SMA/SMK c. Pendidikan tinggi = Tamat Diploma/Sarjana 2.3. Jumlah Jiwa Dalam Keluarga Jumlah jiwa dalam keluarga dapat diartikan banyaknya individu yang terdapat dalam suatu keluarga dan menjadi beban dalam mencukupi berbagai kebutuhan pokok untuk hidup yang harus dapat dipenuhi demi kelangsungan hidupnya. Selanjutnya Daldjeoni (1977:76) mengemukakan bahwa tanggungan keluarga adalah anggota keluarga yang belum bekerja atau tidak bekerja, yaitu mereka yang dibawah umur atau lanjut usia. Ada kecenderungan keluarga berpendapatan rendah memiliki jumlah anak lebih banyak dibandingkan dengan keluarga berpendapatan tinggi. Hal ini tentu saja

17 akan menjadi beban tersendiri bagi kepala keluarga yang berpendapatan rendah. Dengan pendapatan yang minim pada keluarga miskin, kepala keluarga harus menanggung kebutuhan hidup keluarganya. Keadaan demikian dapat menimbulkan beberapa permasalahan pada keluaraga miskin. Permasalahan tersebut diantaranya adalah anak putus sekolah dan bekerja di bawah umur yang disebabkan kepala keluarga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Menurut pendapat Abu Ahmadi (2002:250), menyatakan bahwa: 1. Besar, bila jumlah tanggungan 5 orang atau lebih dari 5 orang. 2. Kecil, bila jumlah tanggungan kurang dari 5 orang. 2.4. Pendapatan Keluarga Pendapatan adalah gambaran yang jelas tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga yang digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu pendapatan tinggi, sedang dan rendah. Menurut Masri Singarimbun (1976:63) pendapatan adalah arus kesempatan untuk membuat pilihan-pilihan diantara berbagai alternatif penggunaan sumber-sumber yang langka. Pendapatan juga merupakan suatu gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga (termasuk barang-barang dan hewan piaraan yang dipakai untuk membagi ekonomi keluarga dalam tiga kelompok yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi).

18 Besar kecilnya pendapatan itu sendiri akan membawa pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Emil Salim (1994:44) bahwa rendahnya pendapatan akan menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) terdapat perincian pendapatan sebagai berikut: pendapatan sektor formal merupakan yaitu segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi dari sektor formal, pendapatan sektor informal merupakan segala penghasilan baik itu berupa uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontras dari sektor informal dan pendapatan sektor subsistem terjadi apabila produksi dengan konsumsi terletak disatu tangan atau masyarakat kecil (Mulyanto Sumardi, 1985:94). Sedangkan menurut pendapat Loekman Soetrisno (1997:25), menyatakan, pendidikan yang rendah menyebabkan keluarga miskin dan harus mau menerima pekerjaan yang rendah baik dari segi upah maupun jenis pekerjaanya. Pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah pendapatan total yaitu pendapatan yang diterima buruh ditambah dengan pendapatan yang diterima istri buruh dan ditambah dengan pendapatan anggota keluarga lainya yang diberikan kepada kepala keluarga untuk keperluan keluarga. Selanjutnya tingkat pendapatan keluarga buruh dapat dikelompokan menjadi 2 kriteria, berdasarkan rata-rata pendapatan seluruh keluarga buruh yaitu: 1. Pendapatan keluarga di bawah atau sama dengan rata-rata

19 2. Pendapatan keluarga di atas rata-rata Kriteria tingkat pendapatan tersebut diperoleh berdasarkan interval dengan rumus sebagai berikut : Jumlah seluruh pendapatan keluarga respoden Banyaknya jumlah responden Semakin tinggi penghasilan seseorang maka akan tercukupi kebutuhan hidupnya sedangkan semakin rendah penghasilan seseorang maka akan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada umumnya tingkat pendidikan buruh yang rendah akan memperoleh pekerjaan yang kasar dan biasanya pendapatan yang diperoleh juga rendah. Pendapatan keluarga buruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan total keluarga buruh yang diperoleh dari upah buruh yang diperoleh dari membuat enmping dalam waktu satu bulan dan ditambah dengan pendapatan yang diperoleh anggota keluarga lainya dan dihitung dengan nilai rupiah. 2.5. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Kebutuhan pokok adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk dapat hidup wajar. Menurut Daan Dimara dalam Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1985:300) kebutuhan pokok adalah kebutuhan akan bahan makanan, perumahan, sandang serta barang-barang dan jasa serta pendidikan, kesehatan dan partisipasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa kebutuhan pokok manusia ini dibedakan menjadi dua kebutuhan yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder, selain itu menurut perhitungan Totok Mardikanto (1990:12) dinyatakan bahwa kebutuhan

20 pokok bagi kehidupan manusia yang harus dicukupi meliputi : sandang, pangan, papan, perumahan, kesehatan, pendidikan dasar dan keamanan. Ukuran pemenuhan kebutuhan pokok dapat diketahui dari pemenuhan kebutuhan minimum atas sembilan bahan pokok per kepala per tahun. Menurut Arie Kusuma Dewa dalam Totok Mardikanto (1990:23) pemenuhan kebutuhan pokok berdasarkan sembilan bahan pokok sebagai berikut: kebutuhan pokok minimum per kapita per tahun mencakup sembilan bahan pokok yang meliputi; beras 140 kg, ikan asin 15 kg, gula pasir 3,5 kg, tekstil kasar 4 meter, minyak tanah 60 liter, minyak goreng 6 kg, garam 9 kg, sabun cuci 20 kg dan kain batik 2 potong. Karena standar yang dikemukakan oleh Arie Kusuma Dewa menggunakan standar bahan pokok (barang) sehingga perlu dirupiahkan dengan harga yang berlaku pada saat survey di daerah penelitian yaitu di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Agar lebih jelasnya, rincian kebutuhan pokok minimum perkapita per tahun di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk betung Barat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3. Rincian Kebutuhan Pokok Minimum Perkapita Per Tahun di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011 No Jenis Kebutuhan Jumlah Harga Satuan Total Pokok Kebutuhan (Rupiah) (Rupiah) 1 Beras 140 Kg 7.000,- 980.000,- 2 Ikan Asin 15 Kg 28.000,- 420.000,- 3 Gula Pasir 3,5 Kg 11.000,- 38.500,- 4 Tekstil Kasar 4 Meter 20.000,- 80.000,- 5 Minyak Goreng 6 Kg 11.000,- 66.000,- 6 Minyak Tanah 60 Liter 9.000,- 540.000,- 7 Garam 9 Kg 5.000,- 45.000,- 8 Sabun 20 Kg 10.000,- 200.000,- 9 Kain Batik 2 Potong 52.500,- 105.000,- Jumlah 2.474.500,- Sumber : Data Pra Survey, pada 11 Januari 2011 di Kelurahan Negeri Olok Gading

21 Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pokok minimum perkapita per tahun berdasarkan harga jual 9 bahan pokok sebesar Rp 2.474.500 dan bila dihitung per bulan maka kebutuhan pokok minimumnya adalah Rp 2.474.500 dibagi 12 bulan = Rp 206.208 kemudian untuk mencari kebutuhan pokok per keluarga per bulan maka Rp 206.208 dikalikan dengan jumlah anggota keluarga, sehingga akan didapat total kebutuhan pokok minimum keluarga per bulan. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka didapatkan ketentuan apabila jumlah pemenuhan kebutuhan pokok minimum per kepala keluarga per bulan kurang dari atau sama dengan pendapatan bersih yang diperoleh kepala keluarga per bulan maka pemenuhan kebutuhan pokok minimum kepala keluarga per bulan terpenuhi, tetapi apabila jumlah pemenuhan kebutuhan pokok minimum per kepala keluarga per bulan lebih dari pendapatan bersih yang diperoleh kepala keluarga per bulan maka pemenuhan kebutuhan pokok minimum kepala keluarga per bulan tidak terpenuhi. 2.6. Kepemilikan Rumah atau Tempat Tinggal Kondisi kesejahteraan suatu keluarga dapat dilihat dari banyaknya barang berharga yamg dimilikinya. Semakin banyak jumlah kepemilikan barang berharga maka akan dapat dikatakan semakin sejahtera Keluarga tersebut. Kepemilikan adalah proses pembuatan dan cara memiliki (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:583). Sedangkan berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku Kedua dalam Http://wikipedia.org/kriteria_barang_berharga,

22 diakses Kamis, 13 Oktober 2011 pukul 21.00 pm barang berharga adalah tiap barang yang menjadi objek dari hak milik yang tinggi nilainya dan mahal. Barang dibedakan atas barang bergerak dan tidak bergerak. Barang bergerak adalah barang yang dapat berpindah sendiri atau dipindahkan, sedangkan barang tidak bergerak adalah barang yang tidak dapat berpindah sendiri atau berpindah ke tempat lain tanpa dipindahkan dengan cara merusak sebagian atau keseluruhan dari barang tersebut terlebih dahulu. Rumah atau tempat tinggal termasuk dalam kategori barang tidak bergerak Berdasarkan dua pengertian di atas, rumah atau tempat tinggal termasuk dalam kategori barang tidak bergerak. Kepemilikan barang berharga adalah kepemilikan tiap barang yang menjadi objek dari hak milik yang tinggi nilainya dan mahal harganya bagi pemiliknya. Barang berharga yang dimaksud bukan hanya barang yang mahal harganya, tetapi juga merupakan peralatan kebutuhan pokok serta barang untuk kemegahan, kebanggaan, kecantikan dan kesenangan. Kepemilikan rumah atau tempat tinggal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepemilikan rumah yang diantaranya sebagai beikut : a. Kepemilikan rumah yang diantaranya terbagi atas milik sendiri, b. Kepemilikan rumah dengan menyewa (kontrak) c. Kepemilikan rumah atau tempat tinggal dengan cara menumpang 3. Buruh Menurut UU No.13 tahun 2003, buruh adalah orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Jadi pada dasarnya, semua yang

23 bekerja di (baik diperusahaan/luar perusahaan) dan menerima upah atau imbalan adalah buruh. Menurut Siswanto Sastrohadi Wiryo (2003:27) buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan maupun tulisan yanmg biasanya imbalan kerja itu diberikan secara harian. Menururt undang-undang No.3 th.1947 pasal 6 ayat 1(tentang kecelakaan) menegaskan bahwa buruh adalah setiap orang yang bekerja pada majikanya diperusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan dengan mendapat upah. Sedangkan pasal 1 ayat 1 huruf (a) undang-undang nomor 22 tahun 1957 juga menegaskan tentang pengertian buruh yaitu barang siapa yang bekerja pada majikan dengan mendapat upah (Abdul Rachmad Budiono, 1999:2). Meskipun beberapa rumusan dan kedua pasal tersebut agak berlainan tetapi dikatakan bahwa rumusan dan kedua pasal tersebut menunjukan pada pengertian yang sama, yaitu kedua unsur yang sama : (1) orang yang bekerja pada orang lain (majikan) dan (2) adanya upah sebagai imbalan yang telah dilakukan. Dalam perkembangan perburuhan indonesia, istilah buruh didiupayakan diganti dengan pekerja, hal ini karena istilah buruh yang kurang sesuai dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu ditekan dan berada dibawah pihak lain (majikan). Hal ini sesuai dengan usulan

24 pemerintah (depnaker) pada waktu Kongres FBSI II tahun 1985 yang mengajukan pengupayaan penggantian istilah buruh menjadi pekerja. Menurut Lulu Husni, (2007:34) istilah buruh kurang sesuai dengan perkembangan sekarang, buruh sekarang ini tidak sama dengan buruh masa lalu yang hanya bekerja pada sektor formal seperti bank, hotel dan lain-lain. Karena itu lebih tepat jika menyebutnya dengan istilah pekerja 4. Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah tangga dapat didefinisikan secara terpisah yaitu pengertian ibu dan pengertian keluarga secara sendiri-sendiri. Ada beberapa pengertian mengenai ibu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitui (1) Wanita yang telah melahirkan seorang anak, (2) Sebutan wanita yang sudah bersuami, (3) Panggilan yang lazim kepada wanita baik yang sudah maupun yang belum menikah. Untuk pengertian rumah tangga,dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti (1) Suatu hal yang berkenaan dengan urusan kehidupan di dalam rumah (seperti hal belanja rumah), (2) Suatu hal yang berkenaan dengan keluarga kemudian Richard G. Lipsey dkk, (1998:103) mengartikan keluarga sebagai semua orang hidup dibawah sebuah atap dan yang membuat keputusan keuangan bersama. Dari pendapat diatas dimaksud dengan Ibu Rumah tangga adalah seorang wanita yang telah bersuami baik yang telah memiliki seorang anak maupun belum memiliki seorang anak yang bekerja untuk mengurusi keluarganya (seperti memasak, mencuci, mengasuh anak dan lain-lain). Dalam hal ini ibu Rumah

25 tangga yang dimaksud adalah ibu-ibu yang bekerja sebagai buruh pembuat emping. 5. Emping Menurut wikipedia diakses pada tanggal 15 januari 2011 pukul 20.00 WIB, emping adalah sejenis makanan ringan yang dibuat dengan menghancurkan bahan baku (biasanya biji melinjo) hingga halus kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Proses pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana. Emping melinjo dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung kualitas emping. Emping yang bermutu tinggi adalah emping yang sesuai dengan standar (SNI 01-3712-1995) yaitu emping yang tipis sehingga kelihatan agak bening dengan diameter seragam kering sehingga dapat digoreng langsung. Emping dengan mutu yang lebih rendah mempunyai ciri lebih tebal, diameter kurang seragam, dan kadang-kadang masih harus dijemur sebelum digoreng. Sampai sekarang, pembuatan emping yang bermutu tinggi masih belum dapat dilakukan dengan bantuan alat mekanis pemipih. Emping ini masih harus dipipihkan secara manual oleh pengrajin emping yang telah berpengalaman. Emping yang dimaksud dalam penelitian ini adalah emping yang terbuat dari biji malinjo atau tangkil yang didapatkan dari agen kemudian di diolah dengan cara dipipihkan kemudian dijemur sampai kering. Emping yang telah kering kemudian diserahkan kembali kepada agen dan kemudian mendapatkan upah Rp6.000,00/Kg dari setiap emping mentah yang telah jadi.

26 B. Hasil Penelitian Yang Relevan Berdasarkan hasil penelitian Sutarto (2010) yang berjudul "Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Buruh Pabrik Penggilingan Padi Wakiyo Berkah di Desa Sumber Rejo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010", Dapat diketahui : "1). umur responden 100% tergolong dalam usia produktif. 2). Sebagian besar (68,18%) tingkat pendidikan responden tergolong ke dalam pendidikan dasar. 3). Sebagian besar (81,82%) jumlah anggota rumah tangga responden mempunyai anggota rumah tangga kecil. 4). Pendapatan rumah tangga responden 59,09% di bawah rata-rata. 5). kriteria kemiskinan rumah tangga responden 59,09% tergolong miskin. 6). Kepemilikan barang berharga rumah tangga responden sebagian besar (90,91%) tergolong sedang, yaitu dengan skor antara 14-24." Sedangkan hasil penelitian Restia Nilandari (2010) yang berjudul "Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Pada Pengusaha Ternak Ayam Petelur Di Desa Tanjung Kesuma Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011", Dapat diktahui dari 36 responden dan hasilnya sebagai berikut : (1) tingkat pendidikan responden sebanyak 77,8% pendidikan dasar dan 22,2% pendidikan menengah, (2) jumlah tanggungan keluarga responden sebanyak 66,7% memiliki jumlah tanggungan yang banyak dan 33,3% memiliki jumlah tanggungan keluarga sedikit, (3) tingkat pendapatan responden seluruhnya (100%) memiliki pendapatan yang rendah yaitu kurang dari atau sama dengan Rp 767.500, (4) Pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga responden menunjukkan sebanyak 5,6% responden dapat memenuhi kebutuhan pokok minimum keluarga yaitu sebesar Rp 206.208 per kapita per bulan dan 94,4% responden kebutuhan pokok minimum keluarganya tidak terpenuhi, (5) strategi untuk memenuhi kebutuhan pokok responden sebanyak 33,3% memilih strategi berhemat dalam mengatur pola makan, 30,6% memilih menghutang ke teman/tetangga, 16,7% memilih menghutang ke warung, 11,1% memilih menghutang ke rentenir, 5,5% memanfaatkan pinjaman pemberi kredit dan 2,8% memanfaatkan pinjaman koperasi. Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut, Dapat kita lihat memiliki kesamaan dengan penelitian penulis yang berjudul " Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Pembuat Emping Di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk

27 Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011", Kesamaan itu terdapat pada kajian yang di Teliti tentang Sosial Ekonomii yang meliputi Umur, Pendapatan, Jumlah Jiwa dalam Keluarga dan Pemenuhan Kebutuhan Pokok. C. Kerangka Pikir Setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup akan dipenuhi dari hasil kerja dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan manusia yang cukup banyak jenisnya akan berpengaruh terhadap karakteristik sosial ekonomi para penduduk terhadap manusia yang bekerja. Jenis pekerjaan tersebut pada umumnya akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan keluarga serta jumlah anggota yang dimiliki. Hal ini tercermin dari jenis pekerjaan mereka yaitu sebagai pekerja unskill atau pekerja kasar dimana untuk mengerjakan pekerjaan jenis ini dibutuhkan orangorang yang masih dalam usia produktif, dimana masih memiliki fisik dan tenaga yang kuat. Pekerjaan yang mereka dapatkan diakibatkan oleh rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki sehingga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan mereka. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh juga tergantung dari banyak sedikitnya hasil yang mereka dapat produksi. Selanjutnya pendapatan tersebut akan berpengaruh kepada tingkat kemiskinan keluarga serta kepemilikan rumah atau tempat tinggal keluarga. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan 1

Bagan 1. Kerangka Pikir Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Pembuat Emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011 28