TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH PADA NASABAH YANG PAILIT DI PT. BNI SYARI AH CABANG NGAGEL SURABAYA Nur Azizah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tanpa campur tangan orang lain, dimana masing-masing individu. mempunyai kepentingan terhadap individu yang lain dari awal hingga

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH PADA NASABAH YANG TELAH PAILIT DI PT. BNI SYARI AH CAPEM NGAGEL SURABAYA

MUD{A>RABAH, dan PAILIT (TAFLI><S) DALAM HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB III. PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH PADA NASABAH Yang PAILIT di PT. BNI SYARIAH CABANG NGAGEL SURABAYA

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB II TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

Dalam hukum Islam tidak dijelaskan secara terperinci mengenai tingkatan. memberikan hak yang istimewa kepada kreditur/ pedagang yang mendapati

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah. penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut

BAB II LANDASAN TEORI. tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV. Sebagaimana deskripsi pada dua bab terdahulu dapat dipahami. bahwa dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan oleh perbankan syari ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan suci ini, Allah memberikan petunjuk melalui para rasul-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB II MUD}A<RABAH DALAM HUKUM ISLAM. pihak sesuai dengan kesepakatan. Didalam pembiayaan mud{a>rabah pemilik

Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah mempunyai arti menghambakan diri kepada

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan tidak ada hidup tanpa risiko sebagaimana tidak ada hidup tanpa

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB III PEMBAHASAN. Lancar) yang merupakan produk unggulan dari Koperasi Jasa Keuangan. Syariah tersebut. SIRELA (Simpanan Suka Rela Lancar) merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya persoalan itu bagi kehidupan manusia. Cita-cita di bidang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG METODE BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH. No.12, yang dimaksud pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah:

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG TUBAN

RESCHEDULING DAN KOLEKTABILITAS

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan perekonomian di suatu negara. Lembaga keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bunga merupakan harga yang harus dibayar/diterima untuk

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

BAB II Landasan Teori

KONSEP UTANG DAN MODAL DALAM ISLAM. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II LANDASAN TEORI

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

BAB IV ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN PERLINDUNGAN NASABAH. A. Analisis praktek akad pembiayaan mudharabah di BMT Amanah Bangsri

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

Transkripsi:

954 Nur Azizah TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH PADA NASABAH YANG PAILIT DI PT. BNI SYARI AH CABANG NGAGEL SURABAYA Nur Azizah Abstrak: Completion of financing on customer mud}a>rabah bankrupt due to factors beyond the mudarib error in BNI Shariah done by selling or execute a security object. Completion of the financing mud}a>rabah led to the auction or sale of the collateral by taking the standard price between the price set by the government at market prices. While the banks sell at set prices that are considered good and have been taken into account by the bank. According to Islamic law, the settlement mud}a>rabah financing to customers who have been bankrupt by the sale of the collateral is not allowed because it is not in accordance with Islamic law. Key word: Islamic law, mud}a>rabah, financing Pendahuluan Dalam bermuamalah manusia harus memperhatikan aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah SWT dan RasulNya. Untuk memenuhi kebutuhanya, manusia diberi kebebasan dalam berhubungan dengan manusia lain, karena kebebasan merupakan unsur dasar manusia dalam mengatur dirinya dalam memenuhi kebutuhan yang ada. Namun kebebasaan manusia ini tidak berlaku mutlak, kebebasan itu dibatasi oleh kebebasan manusia lain. Oleh karenanya dalam pergaulan hidup, tiap-tiap orang mempunyai kepentingan terhadap orang lain, sehingga diperlukan saling toleransi agar tidak terjadi konflik yang menyebabkan manusia akan kehilangan peluang untuk memenuhi kebutuhannya. 1 Berbagai usaha dilakukan guna memenuhi kebutuhan tersebut, untuk menjaga kebutuhan yang sifatnya lebih mendesak, pada tahap-tahap permulaan yang dibutuhkan adalah mengupayakan lembaga yang dapat bertindak sebagai penyalur 1 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, cet. II, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), 1.

Nur Azizah 955 (intermediary), sekaligus membatasi peningkatan konsumsi yang terkandung dalam akses perubahan sosial. 2 Lembaga Perbankan syariah memiliki prinsip pokok, yaitu profit and loss sharing (pembagian keuntungan dan kerugian) memiliki ketahanan yang cukup baik sebagai unit ekonomi dalam sistem keuangan Indonesia, sehingga memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Dalam prakteknya, hubungan ekonomi syariah ditentukan oleh adanya hubungan akad yang terdiri dari lima konsep dasar yaitu: simpanan, bagi hasil, margin keuntungan, sewa dan jasa (fee). 3 Dewasa ini salah satu aspek penting dalam perbankan shari ah adalah pembiayaan (financing), berdasarkan prinsip shari ah yaitu penyedian uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan prinsip persetujuan atau kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah atau bagi hasil, karena pembiayaan (financing) menjadi salah satu pokok untuk memenuhi pihak yang defisit. 4 Salah satu jenis pembiayaan dalam bank syariah adalah dengan menggunakan akad mud{a>rabah. Mud{a>rabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (s{a>h{ib al-ma>l) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola, keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi akan ditanggung oleh pemilik modal selama bukan akibat kelalaian pengelola. 5 Bank bertindak sebagai pengusaha (mud{a>rib) dalam hal ini bank menerima dana dari nasabah penyimpan dana (depositor), 2Mudiyono, Dimensi-dimensi Masalah Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat, cet. I, (Yogakarta: APMD Press, 2005), 263. 3 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UP AMP YKPN, 2005), 86. 4 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet, Cet II, 2003), 200. 5 Syahdeini Sutan Reni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Yogyakarta: BPFE, 2008 ), 7.

956 Nur Azizah dan sebagai s{a>h{ib al-ma>l dalam hal menyediakan dana bagi para nasabah debitor selaku mud{a>rib. Bank syariah dalam kedudukannya selaku s{a>hib al-ma>l, terhadap para nasabah penyimpan dana dari bank itu bertanggung jawab untuk mengganti kerugian kerugian kepada para nasabah penyimpanan dana terbesar apabila terjadi miss management (salah urus). Misalnya karena direksi bank syariah tersebut telah dengan sengaja melanggar rambu-rambu kesehatan bank yang telah ditentukan oleh bank Indonesia. 6 Sebagian besar dana yang dipergunakan oleh bank syariah dalam menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan adalah dana nasabah penyimpanan/nasabah investor, sehingga dana nasabah penyimpanan/ nasabah investor wajib mendapat perlindungan hukum. Pembiayaan merupakan proses yang dimulai dari analisis kelayakan pembiayaan sampai kepada realisasinya. Namun realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan. Setelah realisasi pembiayaan maka bank syariah perlu melakukan pemantauan dan pengawasan, bila suatu saat terjadi pembiayaan bermasalah dikarenakan beberapa alasan. Bank syariah harus mampu menganalisis penyebab pembiayaan bermasalah sehingga dapat melakukan upaya untuk melancarkan kembali kualitas pembiayaan tersebut. Bila terjadi kegagalan dalam pembiayaan maka sumber pelunasan pembiayaan adalah dari usaha nasabah yang menghasilkan pendapatan (revenue) yang disebut first way out dan second way out berupa agunan (collateral). Second way out berupa jaminan tertentu atas suatu benda, apabilah terjadi pembiayaan macet, bank berhak menjual benda agunan yang dibebani dengan hak jaminan dan mengambil hasil penjualan atas benda tersebut sebagai sumber pelunasan pembiayaan, jaminan merupakan hal penting untuk diperhitungkan bagi bank karena merupakan sumber pelunasan bilamana nasabah mengalami kegagalan pembiayaan syariah. 7 6 Mohammad Wahyudi, Wawancara, Surabaya, 16 april 2014. 7 Ibid.

Nur Azizah 957 Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabahnya di samping mengedepankan barang yang dijaminkan, juga terdapat beberapa tahap yang dilakukan oleh bank syariah tahap penganalisaan yang dikenal 5 C (character, capacity, capital, collateral and condition of economi). 8 Begitu juga yang dilakukan oleh PT BNI Syariah Cabang Ngagel Surabaya. Hal ini bertujuan agar hubungan antara bank dengan nasabah yang dibiayai berjalan dengan baik, dimana bank selalu berkeinginan agar dana yang direalisasikan bermanfaat bagi debitur. Sebaliknya, bank juga menginginkan bahwa debitur akan dapat membayar kembali angsuranya. Tetapi dalam prakteknya terkadang ada beberapa nasabah atau debitur mengalami kesulitan dalam membayar kembali angsurannya, ketidakmampuan debitur untuk membayar angsurannya adalah merupakan gejala dari timbulnya suatu kredit bermasalah dalam dunia perbankan. 9 Ketidaklancaran atau kemacetan pembayaran angsuran pembiayaan oleh nasabah menyebabkan kolektibilitas pembiayaan (penggolongan status pembiayaan). Kolektibilitas pembiayaan merupakan media untuk membantu pihak PT. BNI Syariah Cabang Ngagel Surabaya dalam mengambil kebijakankebijakan penting yang terkait dengan pemantauan ataupun penyelesaian pembiayaan yang telah diberikan kepada nasabah. Penggolongan kolektibilitas antara lain: 10 a. Kolektibilitas 1 yang berarti pembiayaan dalam status Lancar. b. Kolektibilitas 2 yang berarti pembiayaan dalam status Dalam Perhatian Khusus. c. Kolektibilitas 3 yang berarti pembiayaan dalam status Kurang Lancar d. Kolektibilitas 4 yang berarti pembiayaan dalam status Diragukan. e. Kolektibilitas 5 yang berarti pembiayaan dalam status Macet. 11 8 Ibid. 9 Ibid. 10 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah,(Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 69. 11 Ibid, 71.

958 Nur Azizah Persoalan pokok yang menjadi kemacetan pembiayaan adalah ketidaksanggupan debitur untuk melunasi atau ketidaksanggupan untuk memperoleh pendapatan yang cukup untuk melunasi pembiayaan yang telah disepakati. Upaya yang dilakukan oleh PT. BNI Syariah Cabang Ngagel dalam mengatasi pembiayaan bermasalah antara lain penagihan, penjadwalan kembali (rescheduling) dengan memperpanjang tempo pembayaran agar nasabah dapat melunasinya. 12 Nasabah yang mendapat rescheduling minimal memasuki penggolongan status kolektibilitas dalam golongan dalam perhatian khusus. PT. BNI Syariah Cabang Ngagel masih memberikan peluang kepada nasabah yang tidak prospektif (kurang produktif) dikarenakan agar pembiayaannya bisa segera selesai. Permasalahan yang kemungkinan muncul jika rescheduling diberikan kepada nasabah yang tidak prospektif (kurang produktif) adalah PT. BNI Syariah Cabang Ngagel mengalami penurunan dalam perolehan margin. Misal, nasabah yang mengalami pailit dalam usahanya debit labanya akan terambil 15% untuk kolektibilitas yang kedua, 25% untuk kolektibilitas yang ketiga, 50% untuk kolektibilitas yang keempat, dan 80% untuk kolektibilitas kelima. Tetapi seiring berjalannya waktu ternyata nasabah tersebut tidak mampu melunasi pembiayaan sampai debet labanya terambil sebesar 80%. 13 Seperti kasus pembiayaan mud{a>rabah yang dilakukan oleh Bapak Frengki. Bapak Frengki adalah seorang pengusaha kebab turki yang berada di kabupaten Sidoarjo, usaha bapak frengki tersebut berkembang pesat. Dalam jangka waktu 2 tahun beliau mempunyai 5 cabang kebab turki. Selama itu usaha bapak Frengki tidak ada kendala sama sekali karena bahan baku yang digunakan untuk membuat kebab dapat diminimalkan. Tetapi dengan adanya kebijakan pemerintah untuk menghentikan daging impor, maka likuiditas usaha bapak frengki terganggu. Sehingga menyebabkan beliau 12 Mohammad Wahyudi,Wawancara, Surabaya, 16 April 2014. 13 Ibid,Wawancara.

Nur Azizah 959 tidak dapat mengangsur pembiayaannya dan mengalami kebangkrutan. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang dilakukan dalam kehidupan sebenarnya 14 terhadap penyelesaian pembiayaan mud{a>rabah pada nasabah yang telah pailit di PT. BNI Syariah Cabang Ngagel Surabaya. Data yang diperlukan untuk dapat memberikan deskripsi yang baik, penelitian ini bersumber dari data lapangan saja dan menjadi sumber data primer. Untuk mengumpulkan data yang benar dan tepat di tempat penelitian, penulis menggunakan tiga metode yaitu wawancara, dokumentasi, dan observasi. Untuk memudahkan analisis, data yang sudah diperoleh perlu diolah, adapun teknik yang akan digunakan dalam pengolahan data adalah Editing, organizing dan analisis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu yaitu penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menemukan informasi sebanyak-banyaknya dari suatu fenomena, dengan menjelaskan gambaran data tentang praktik penyelesaian pembiayaan mud{a>rabah pada nasabah yang pailit di PT.BNI Syari ah Cabang Ngagel Surabaya. Untuk mencapai kesimpulan data ini dianalisis dengan analisis deskriptif dengan menggunakan pola pikir induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirya dikemukakan pemecahan persoalan yang bersifat umum. 15 Pola pikir ini berpijak pada teori-teori mud{a>rabah, tafli>s, dan hukum Islam, kemudian dikaitkan dengan fakta di lapangan tentang penyelesaian pembiayaan mud{a>rabah pada nasabah yang telah pailit yang bersifat khusus. Definisi mud{a>rabah 14 Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 28. 15 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta: Gajah Mada University, 1975), 16.

960 Nur Azizah Mud{a<rabah ialah akad perjanjian kerjasama antara dua orang dimana salah satu pihak memberikan harta yang ia miliki kepada pihak lain agar meniagakannya dengan mendapatkan sebagian keuntungan yang ditentukan seperti separu atau sepertiga atau semisalnya dengan syarat-syarat yang ditentukan. Ulama Fiqh sepakat bahwa mud{a<rabah diisyaratkan dalam Islam berdasarkan al-qur an, Sunah, Ijma. 16 Al-Qur an surat Al- Jumu ah ayat 10: { Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. 17 Dalam hadits juga disebutkan, tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual-beli yang ditanggahkan, melakukan qiradh (member modal), dan yang mencampurkan gandum dengan jelas untuk keluarga, bukan untuk diperjualbelikan. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib). 18 Demikian juga Ijma. Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta anak yatim secara mud{a<rabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadi<t{ yang dikutip Abu Ubaid. 19 Syarat dan Rukun Pembiayaan Mud}a>rabah Rukun 20 dan syarat 21 pembiayaan mud}a>rabah: 1) Pemilik modal (s{a<hib al-ma>l) harus cakap hukum. 2) Pemilik Usaha (Mud}>arib) harus cakap hukum. 16 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), 224. 17 Ibid., 554. 18 Rachmat Syafie,Fiqih Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), 225. 19 Ibid, 226. 20 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, 55. 21 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 172.

Nur Azizah 961 3) Proyek/usaha ( amal) sebagai perimbangan modal yang disediakan oleh s{a>hib al-ma>l, dengan mempertimbangkan syarat sebagai berikut: a) Kegiatan usaha adalah hak mud}a>rib, tanpa campur tangan s{a>hib al-ma>l kecuali untuk pengawasan. b) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan mud}a>rabah, yaitu memperoleh keuntungan. c) Pengelola tidak boleh menyalai hukum syariah dan harus mematuhi semua perjanjian. 4) Modal (ra su al-ma>l) yaitu sejumlah uang atau asset untuk tujuan usaha dengan syarat: a) Modal harus jelas jumlah dan jenisnya. b) Dapat berbentuk uang atau barang yang dapat dinilai pada waktu akad. c) Modal tidak berbentuk piutang. Modal harus dibayar kepada mud}a>rib baik secara bertahap maupun sekaligus, sesuai dengan kesepakatan dalam akad mud}a>rabah. 5) Ijab qabul (S{ighat) dituangkan secara tertulis yang menyangkut semua ketentuan yang disepakati dalam akad. 6) Nisbah bagi hasil adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal yang telah diserahkan oleh s{a>hib al-ma>l kepada mud}a>rib, dengan syarat sebagai berikut: a) Pembagian keuntungan harus untuk kedua pihak. b) Pembagian keuntungan harus dijelaskan secara tertulis pada saat akad dalam bentuk nisbah bagi hasil. c) Penyedia dana menanggung semua kerugian kecuali kerugian akibat kesalahan yang disengaja oleh mud}a>rib. Jenis-jenis Pembiayaan Mud}a>rabah Pembiayaan mud}a>rabah terbagi menjadi dua jenis yakni mud}a>rabah mut{laqah dan mud}a>rabah muqayyadah. 22 Manfaat Pembiayaan Mud}a>rabah 22 Ismail Nawawi, Perbankan Syariah (Issu-issu Manajemen Fiqh Muamalah Pengkayaan Teori Menuju Praktik), (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), 438.

962 Nur Azizah Terdapat beberapa manfaat pada pembiayaan mud{a<rabah diantaranya adalah 23 : a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative speed. c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. e. Prinsip bagi hasil dalam mud}a>rabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) sesuatu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. Aplikasi Mud}a>rabah dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada sisi pembiayaan mud}a>rabah diterapkan untuk: 24 a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. b. Investasi khusus, seperti investasi mud}a>rabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan s{a>hib alma>l. Risiko Pembiayaan Mud}a>rabah Risiko yang terdapat dalam pembiayaan mud}a>rabah diantaranya: 25 23 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik.., 97-98. 24 Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik.., 97 25 Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik.., 98.

Nur Azizah 963 a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak. b. Lalai dan kesalahan yang disengaja. c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. Pengertian pailit (Tafli<s) Taflis satu akar dengan fulu<s yang berarti uang. 26 Dalam arti bahasa adalah tidak mempunyai harta dan pekerjaan yang bisa menutupi kenutuhannya. 27 Dalam bahasa fiqh digunakan kata ifla<s yang berarti tidak mempunyai harta atau fulu<s. 28 Menurut ulama fiqh, seseorang debitur atas pengaduan kreditur dapat diajukan sebagai tergugat ke pihak pengadilan sehingga ia dikatakan pailit. 29 Pada hadi>th Nabi SAW. Yang diriwayatkan oleh ad-daruqutni dan al-hakim. Dalam hadi>th tersebut, Nabi SAW. Menyatakan Mu adh sebagai orany yang terlilit hutang dan tidak mampu melunasinya. Kemudian Rasulullah SAW. Melunasi hutang tersebut dengan sisa harta yang dimiliki Mu adh. Karena para pemberi hutang merasa piutangnya tidak sepenuhnya terlunasi, maka mereka melakukan protes kepada Rasulullah SAW. Protes ini kemudian dijawab oleh Rasulullah SAW. Dengan mengatakan tidak ada yang bisa diberikan kepada kamu selain itu. 30 Syarat-syarat Tafli<s Syarat-syarat pernyataan tafli<s menurut beberapa ulama Fiqh adalah sebagai berikut: a. Adanya permohanan dari kreditur baik seorang atau lebih. b. Hutang debitur melampauikekayaannya. c. Hutang-hutang debitur yang melampaui kekayaannya itu telah jatuh waktu dan wajib dilunasi. 26 Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Intermasa, 1996),90. 27 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madhab, (Jakarta: Lentera,1999), 700. 28 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 191. 29 Dahlan, Ensiklopedi, 1361. 30 Haroen, Fiqh, 192.

964 Nur Azizah Pernyataan Pailit (Tafli<s) Terdapat perbedaan pendapat ulama fiqh tentang pernyataan pailitnya seseorang dan statusnya di bawah pengampuan, apakah perlu ditetapkan melalui keputusan hakim atau tidak. Ulama madhab Maliki dalam persoalan ini memberikan pendapat secara terperinci, sebagai berikut: 1. sebelum seseorang di nyatakan pailit, para kreditur berhak melarang debitur bertindak secara hukum terhadap sisa hartanya dan hak mereka, seperti mewariskan dan menghadiakan hartanya, dan melakukan akad mud{a>rabah dengan orang lain. Tindakan hukum yang bersifat jual beli dapat dibenarkan. 2. persoalan hutang piutang ini tidak diajukan kepada hakim, pihak debitur dan pihak kreditur dapat melakukan as-s{ulh{ (perdamaian). Dalam kaitannya dengan ini, debitur pailit tidak diperbolehkan bertindak secara hukum yang sifatnya memindahkan hak milik atas sisa hartanya, seperti wasiat, hibah, dan kawin. Apabila tercapai perdamaian, maka para kreditur berhak membagi sisa harta pihak debitur pailit sesuai dengan prosentase piutagnya. 3. pihak kreditur mengajukan gugatan (seluruh atau sebagian) kepada hakim agar pihak debiturdinyatakan pailit, serta mengambil sisa hartanya untuk membayar hutanghutangnya. Gugatan yang diajukan harus disertai dengan bukti bahwa hutang pihak debitur melebihi sisa hartanya dan waktu pembayaran hutang telah jatuh tempo.apabila hakim telah menetapkan pernyataan pailit kepada pihak debitur, maka pihak kreditur berhak mengambil sisa harta pihak debitur dan membagi-baginya sesuai dengan prosentase piutang masing-masing. Akan tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa seseorang dinyatakan pailit hanya berdasarkan ketetapan hakim, sehingga apabilah belum ada keputusan hakim tentang statusnya sebagai

Nur Azizah 965 debitur pailit, maka segala bentuk tindakan hukumnya dinyatakan masih tetap sah. 31 Status Hukum Tafli<s Menurut Imam Abu Hanifah, debitur yang pailit karena terlilit hutang tak boleh ditahan atau dipenjarekan, karena memenjarakan seseorang berarti mengekang kebebasannya sebagai makhluk merdeka. Hal ini, menurutnya, lebih berbahaya dibandingkan dengan mud{arat yang didera para kreditur. Oleh sebab itu, menurut Imam Abu Hanifah, hakim tidak boleh memaksa debitur pailit untuk menjual hartanya tetapi hakim boleh memerintahkannya untuk melunasi hutangnya. Apabila perintah hakim ini tidak diikuti, maka hakim boleh menahannya sampai ia melunasi hutangnya, atau hakim mengajurkan agar debitur pailit ini menjual sisa hartanya untuk membayar hutang. 32 Adapun menurut pendapat Hanifah, madhab Shafi I, imam Malik, Abu Yusuf, imam Muhammad, dan al-shaukani berpendapat bahwa orang tersebut harus dipenjarakan sehingga ia memberikan apa yang menjadi kewajibannya, atau ia mati dalam penjara kemudian penguasa menjual harta bendanya dan membagi-bagikannya kepada para kreditur. 33 Dengan demikian, kedua pendapat tersebut sebenarnya tidak ada pertentangan karena intinya adalah pihak debitur meskipun pailit ia masih berkewajiban untuk menyelesaikan urusanurusannya dengan pihak kreditur. Berakhirnya Kepailitan Ulama Madhab Syafi I dan Hambali berpendapat: Apabila harta muflis telah dibagi-bagikan kepada para pemberi hutang sesuai dengan prosentasenya (sekalipun tidak lunas), maka status di bawah pengampuan dinyatakan hapus, karena sebab yang menjadikan ia berada di bawah pengampuan telah hilang. Mereka menganalogikan antara orang yang berada di 31 Ibid, 260. 32 Ibid, 261. 33 Ibid, 334.

966 Nur Azizah pengampuan disebabkan gila. Bagi orang gila yang telah sembuh dari penyakitnya, maka statusnya sebagai orang yang berada di bawah pengampuan gugur dengan sendirinya, tanpa harus ditetapkan oleh putusan hakim. Demikian juga dengan muflis. Hal ini sejalan dengan kaidah ushul fiqh yang menyatakan: hukum itu beredar sesuai dengan penyebabnya, apabila ada penyebabnya maka ada hukumnya, dan apabila penyebabnya sudah hilang, keadaannya kembali seperti semula. Dr. Wahbah az-zuhaili (guru besar Fiqh dan Ushul fiqh) menyatakan bahwa ketetapan hakim dalam menentukan status seseorang berada di bahwa pengampuan harus mempunyai syarat. Apabilah syarat tersebut syarat tersebut terpenuhi oleh orang yang dinyatakan pailit, maka secara otomatis statusnya bebas dari pengampuan tanpa harus melalui ketetapan hakim terlebih dahulu. Namun kebebasan statusnya ini perlu disebarluaskan agar masyarakat mengetehauinya, sehingga tidak merugikan dirinya dalam melakukan transaksi ekonomi. Mazhab Hanafi berpendapat apabila ternyata tidak ada lagi harta untuk membayar hutang kepada kreditur, maka debitur dibebaskan sejalan dengan surat al- Baqarah ayat 280. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 34 Madhab Syafi'i, Malik, Abu Yusuf dan Muhammad, membolehkan penjualan harta debitur atas permintaan krediturnya. Diriwayatkan oleh Abu Hanifah, bahwa tidak boleh dilakukan pengawasan terhadap orang yang berhutang, dan tidak boleh menjual kekayaannya. 34 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT Rilis Grafika, 2009), 47

Nur Azizah 967 Al-Syaukani membolehkan menyita harta orang yang bangkrut (pailit) untuk membayar hutangnya, sekalipun harta tersebut tidak memadai untuk membayar hutangnya secara keseluruhan. Pelaksanaan Penyelesaian Pembiayaan Mud{a<rabah di BNI Syari ah cabang Ngagel Surabaya kasus yang terjadi adalah pada seorang nasabah yang bernama Bapak Frengki, Bapak Frengki bekerja sebagai pengusaha kebab turki dia melakukan pembiayaan mud{a>rabah di BNI Syari ah pada tahun 2007 sebanyak Rp. 750.000.000,- termasuk marjin dan bagi hasil keuntungan yang diinginkan BNI Syari ah, dengan jangka waktu angsuran selama 5 tahun. Pada tahun ketiga nasabah mengalami kendala dalam hal pelunasan angsuran tersebut. sehingga pihak bank menempuh beberapa cara dan strategi agar ada jalan keluar dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah tersebut. secara teori untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah, ada dua strategi yang dapat ditempuh, yaitu: 1. Penyelamatan pembiayaan, yaitu melalui perundingan kembali antara bank dan nasabah dengan memperingati syarat-syarat pengembalian tersebut dengan diperingannya syarat-syarat pengembalian tersebut diharapkan nasabah memiliki kemampuan kembali untuk menyelesaikan pembiayaan itu. 2. Penyelesaian pembiayaan, yaitu melalui lembaga hukum seperti pengadilan atau direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara atau Badan lainnya dikarenakan langkah penyelamatan tidak dimungkin lagi. Tujuanya adalah untuk menjual atau mengeksekusi benda jaminan. Seperti yang disebutkan pada pembahasan sebelumnya, tindakan penanganan terhadap pembiayaan mud{a>rabah bermasalah dilakukan oleh unit CWO. CWO bertugas untuk memantau dan membina nasabah bermasalah. Beberapa tindakan yang diambil oleh CWO dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang terjadi pada nasabah yang bernama Frengki tersebut adalah langkah pertama karena

968 Nur Azizah keterlambatan pada awal bulan ia April masuk pada kolektibilitas 1 dan 2, maka pihak bank mengigatkan melalui telepon. Tujuannya adalah untuk mengingatkan nasabah apabila nasabah lupa untuk melaksanakan kewajibanya. Dan bank memasukkan Frengki pada daftar debitur menunggak. Pada minggu kedua, masuk kolektibilitas 1 dan 2 terutama kolektibilitas 2 akan dikirim surat oleh Bank yaitu Surat Konfirmasi. Kemudian minggu ketiga ditelepon ulang dan diusahakan agar bapak Frengki melakukan pembayaran angsuran sebesar pembayaran 2 bulan. Setelah satu bulan, ternyata pihak bapak Frengki menerima Surat Penagihan (SP1) yang dikirim oleh bank, apabilah masih tidak diindahkan oleh nasabah tersebut, maka bank akan mengirimkan SP2. Karena selang 1 bulan SP kedua masih tidak ada tindak lanjut dari nasabah tersebut, maka pihak bank mengirimkan SP3. Ternyata setelah pengiriman SP3 oleh bank, pihak nasabah tersebut tidak melaksanakan kewajibanya, maka pihak bank melakukan kunjungan ketempat nasabah dengan membawa Surat Kesanggupan Pembayaran Kewajiban Angsuran. Pada saat itu, pihak bank menempelkan stiker warna putih yang bertuliskan Dimohon agar pemilik rumah ini menghubungi BNI Syari ah. Setelah satu bulan setelah penempelan stiker putih, masih belum juga ada itikad baik dari nasabah, maka pihak bank segera melakukan penyegelan dan menempelkan stiker berwarna merah yang bertuliskan Rumah ini dalam Pengawasan BNI Syari ah dan Rumah tersebut siap untuk untuk dilelang atau dijual. 35 Pada saat nasabah bermasalah masuk pada katagori macet, maka pihak bank akan melakukan tindakan penyelesaian pembiayaan mud{a<rabah bermasalah. Tindakan yang dilakukan adalah menjual atau mengeksekusi objek jaminan. 36 Akhirnya penyelesaian pembiayaan mud{a<rabah tersebut berujung pada pelelangan atau penjualan barang jaminan, seperti pada penyelesaian kasus bapak Frengki harga rumah dipasarkan pada saat itu dengan tipe yang sama adalah Rp. 525.000.000,-. 35 Novi,Wawancara, Surabaya, 16 Mei 2014. 36 Ibid,.

Nur Azizah 969 Sedangkan bank menjualnya dengan menetapkan harga sebesar Rp. 500.000.000,- harga yang dianggap baik dan sudah diperhitungkan oleh bank. Penjualan barang jaminan tersebut masih terdapat sisa Rp. 25.000.000,-. Angsuran pembiayaan yang belum terselesaikan sebesar Rp. 470.000.000,-. Sisa penjualan barang jaminan itu dikembalikan kepada mud{a>rib sebesar 20 % dari sisa penjualan dan yang 80% digunakan untuk administrasi yang belum terselesaikan. 37 Dalam akad pembiayaan mud{a<rabah BNI Syari ah cabang Ngagel Surabaya menyatakan jika nasabah karna tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran untuk melunasi kembali pembiayaan maka nasabah harus menyerahkan rumah yang dijadikan jaminan pembiayaan tersebut kepada Bank untuk melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut: 38 a. Melakukan eksekusi terhadap barang jaminan berdasarkan ketentuan per-undang-undangan yang berlaku; b. Melaksanakan penjualan terhadap barang jaminan berdasarkan Surat Kuasa Untuk Menjual yang dibuat oleh Nasabah; c. Menetapkan harga penjualan dengan harga yang dianggap baik oleh bank. Harga baik yaitu harga standart antara harga pemerintah dengan harga pasar yang dapat digunakan untuk melunasi sisa pembiayaan yang belum terselesaikan. 39 Pandangan Hukum Islam Terhadap Penyelesaian pembiayaan mud{a<rabah di BNI Syari ah cabang Ngagel Surabaya Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah sehingga memacu produk layanan dan jasa agar dapat melayani keperluan masyarakat. Salah satu produk yang berkembang di BNI Syariah Capem Ngagel Surabaya adalah pembiayaan mud}a>rabah. Pembiayaan mud}a>rabah adalah akad perjanjian kerjasama antara dua orang dimana salah satu pihak 37 Ibid, Wawancara, Surabaya, 24 Juli 2014. 38 Akad pembiayaan mud{a>rabah pasal 17, (BNI Syari ah Surabaya, 2012), 11. 39 Novi, Wawancara, Surabaya, 16 Mei 2014.

970 Nur Azizah memberikan harta yang ia miliki kepada pihak lain agar meniagakannya dengan mendapatkan sebagian keuntungan yang ditentukan seperti separu atau sepertiga atau semisalnya dengan syarat-syarat yang ditentukan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Jumu ah ayat 10: { Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. 40 Dengan berkembangnya produk pembiayaan mud}a>rabah di BNI Syariah Cabang Ngagel Surabaya, maka ada juga pembiayaan yang mengalami masalah. Persoalan pembiayaan bermasalah adalah ketidaksediaan nasabah untuk melunasi atau ketidaksanggupan untuk memperoleh pendapatan yang cukup untuk melunasi pembiayaan seperti yang telah disepakati. Dalam penyelesaian pembiayaan mud}a>rabah bermasalah di BNI Syariah ada beberapa cara yang dilakukan. Hal ini dilakukan bertujuan untuk membantu nasabah dalam mengatasi pembiayaan bermasalahnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. al- Baqarah ayat 280: ة ة نا ة ةا ة ة ن ة ة ة ف ة ة ة ة ة ة ة ن ة ة ة Artinya: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. 41 Dari dua kasus yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya penyelesaian pembiayaan mud}a>rabah bermasalah pada nasabah yang pailit dan masuk kategori macet di BNI Syariah, pihak bank akan melakukan tindakan penyelesaian 40 Ibid., 554. 41Ibid., 47.

Nur Azizah 971 pembiayaan mud{a>rabah bermasalah. Tindakan yang dilakukan adalah menjual atau mengeksekusi objek jaminan. Akhirnya penyelesaian pembiayaan mud{a<rabah tersebut berujung pada pelelangan atau penjualan barang jaminan, seperti pada penyelesaian kasus bapak Frengki harga rumah dipasarkan pada saat itu dengan tipe yang sama adalah Rp. 525.000.000,-. Sedangkan bank menjualnya dengan menetapkan harga sebesar Rp. 500.000.000,- harga yang dianggap baik dan sudah diperhitungkan oleh bank. Praktik penyelesaian pembiayaan ini sudah sesuai dengan hadi>th nabi. Dari Ibnu Kaab bin Malik, dari Ayahnya r.a bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW. Menahan barang kepunyaan Mu adh dan beliau menjualnya untuk melunasi hutangnya yang menjadi bebannya. 42 Penyelesaian pembiayaan mud{a>rabah bermasalah yang berujung dengan pelelangan atau penjualan barang jaminan pada nasabah yang pailit juga sudah sesuai dengan pendapat Hanifah, madhab Shafi I, imam Malik, Abu Yusuf, imam Muhammad, dan al-shaukani. Menurut pendapat Hanifah tersebut membolehkan menyita harta orang yang pailit untuk membayar hutangnya, sekalipun harta tersebut tidak memadai untuk membayar hutangnya secara keseluruhan. Madhab Syafi'i, imam Malik, Imam Abu Yusuf dan imam Muhammad, membolehkan penjualan harta orang yang bangkrut (pailit) atas permintaan krediturnya. Diriwayatkan oleh Abu Hanifah, bahwa tidak boleh dilakukan pengawasan terhadap orang yang berhutang, dan tidak boleh menjual kekayaannya. Al-Syaukani membolehkan menyita harta orang yang bangkrut (pailit) untuk membayar hutangnya, sekalipun harta tersebut tidak memadai untuk membayar hutangnya secara keseluruhan. Maksud hadi>th dan pendapat-pendapat ulama di atas digunakan untuk penyelesaian hutang piutang bukan untuk kerjasama. Tetapi, Dengan melihat penyelesaian pembiayan 42 Ali Ibnu Umar ad-daruqut{ni, Sunan ad-daruqut{ni, J. II, (Beirut: Dar al-fikr, tt), 125.

972 Nur Azizah mud}a>rabah bermasalah yang berujung pada pelelangan dan penjualan barang jaminan, penyelesaian dengan cara ini sangat membantu nasabah yang mengalami pailit dalam usahanya. Hal ini dikarenakan dalam pelelangan dan penjualan barang, harga jual barang dapat menutupi pembiayaan yang belum diselesaikan oleh nasabah. Sehingga tanggungan pembiayaan nasabah dapat terselesaikan. Selain itu pihak bank juga diuntungkan karena modal pada pembiayaan mud{a>rabah tersebut dapat kembali. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyelesaian pembiayaan mud}a>rabah pada nasabah pailit akibat faktor diluar kesalahan mud{a>rib di BNI Syari ah dilakukan dengan cara menjual atau mengeksekusi objek jaminan. Penyelesaian pembiayaan mud{a<rabah tersebut berujung pada pelelangan atau penjualan barang jaminan dengan mengambil harga standart antara harga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan harga pasar. Sedangkan bank menjualnya dengan menetapkan harga yang dianggap baik dan sudah diperhitungkan oleh bank. 2. Dalam hukum Islam penyelesaian pembiayaan mud{a>rabah pada nasabah yang pailit akibat faktor diluar kesalahan mud{a>rib itu tidak diperbolehkan karena tidak sesuai dengan hukum Islam.

Nur Azizah 973 Daftar Pustaka Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Intermasa, 1997), 1361. Abdun Nashir, Nad{ariyah al-ajal Fi al-litizam Fi ash-shari ah al- Islamiyah Wa al-qawaanun al-arabiyah, (tp: Mathba as- Sa adah, 1978), 260. Abi> Khusain Muslim, S{ahi>h Muslim, juz IV (Beiru>t: Da>r Al-Kutub al- Ilmiyyah, tt), 45. Ali Ibnu Umar ad-daruqut{ni, Sunan ad-daruqut{ni, J. II, (Beirut: Dar al-fikr, tt), 125. Ali, Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Anwar, Moh. Fiqh Islam, Cet. Ke-2,1988 63. Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alvabet, Cet II, 2003. Atom, Kolektibilitas, dalam,http;//mengerjakantugas. blogspot.com/2012/03/ fwd-buku-pr-tugas-dan-catatansekolah.html. di akses 2 mei 2014 Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar, Cet VIII, 2007. Djamil, Faturrahman. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012. Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. 2014. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jakarta: Gajah Mada University, 1975. Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2000. Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Intermasa, 1996.

974 Nur Azizah Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana, 2011. Istiqoma. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akibat Hukum Wanprestasi pada Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Al- Hidayah Beji Pasuruan. Skripsi Jurusan Muamalah Fakultas Syariah IAIN Surabaya. 2008. Jawad, Muhammad Mughniyah. Fiqh Lima Madhab. Jakarta: Lentera.1999. Kansil dan Cristine. Kitab Undang-Undang Perusahaan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2001. Kastrini, Dwi Riyanti. Jaminan Fidusia Sebagai Upaya Penyelesaian Murabahah Bermasalah di Bank Bukopin Syariah Surabaya dalam Persepektif Hukum Islam. Skripsi jurusan Muamalah, Fakultas Syariah Iain Sunan Ampel Surabaya, 2009. Malik bin Anas, al-muwat{t{o, J.II, (Beiru>t: al-kutub,tt), 70. Mardalis. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. 1995. Mughniyah, FiqhLima Madhab, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1996), 700. Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UP AMP YKPN, 2005. Narbuko, Chalid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 1997. Nawawi, Ismail. Perbankan Syariah (Issu-issu Manajemen Fiqh Muamalah Pengkayaan Teori Menuju Praktik). Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya. 2012. Ridwan, Muhammad. Manajemen baitul Maal Wa Tamwil. Yogyakarta: UII Press. 2004. Sabiq, Sayyid. Fiqhus Sunnah, Jilid 3. Riyad: Daarul Muayyad. 1997. Sayyid Shabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena, tt), 456.

Nur Azizah 975 Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Yogyakarta: Ekonisio Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2003. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta, 2008. Syafei, Rachmat. Fiqh Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia. 2000. Syafi i, Muhammad Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. 2001. Widodo, Hertanto dkk. Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). Bandung: Mizan. 1999. Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim. 2003. Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Jakarta: PT Rilis Grafika, 2009.