Peningkatan Unjuk Kerja Motor Bensin Empat Langkah Dengan Penggunaan Methyl Tertiary Buthyl Ether Pada Bensin

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Unjuk Kerja Motor Bensin Empat Langkah dengan Penggunaan Busi Dua Elektrode dan Busi Tiga Elektrode

Peningkatan Unjuk Kerja Motor Bensin Empat Langkah dengan Penggunaan Busi Splitfire SF392D dan Kabel Busi Hurricane

Pengaruh Naphtalene Terhadap Perubahan Angka Oktan Bensin, Unjuk Kerja Motor dan Gas Buangnya

Peningkatan Performance dengan Pendingin Udara Masuk pada Motor Diesel 4JA1

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

Pengaruh Perubahan Pemajuan Waktu Penyalaan Terhadap Motor Dual Fuel (Bensin-BBG)

BAB III METODE PENELITIAN. Daya motor dapat diketahui dari persamaan (2.5) Torsi dapat diketahui melalui persamaan (2.6)

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara Masuk Terhadap Kinerja Motor Diesel Tipe 4 JA 1

Peningkatan Unjuk Kerja Motor Diesel dengan Penambahan Pemanas Solar

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

UJI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN CAMPURAN ZAT ADITIF-PREMIUM (C1:80, C3:80, C5:80)

ASPEK TORSI DAN DAYA PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN PREMIUM METHANOL

Ahmad Nur Rokman 1, Romy 2 Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau 1

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Unjuk Kerja Motor Bakar Bensin Dengan Turbojet Accelerator

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

2. Teori Dasar. senyawa tersebut adalah Methyl tertiary Buthyl Ether (MTBE), CH

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

PENGARUH CAMPURAN METANOL TERHADAP PRESTASI MESIN

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF ABD 01 SOLAR KE DALAM MINYAK SOLAR TERHADAP KINERJA MESIN DIESEL

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Penambahan Senyawa Acetone Pada Bahan Bakar Bensin Terhadap Emisi Gas Buang

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DARI VARIASI CAMPURAN ETHANOL-GASOLINE (E30-E50) TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH FUEL INJECTION 125 CC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Grafik bhp vs rpm BHP. BHP (hp) Putaran Engine (rpm) tanpa hho. HHO (plat) HHO (spiral) Poly. (tanpa hho) Poly. (HHO (plat)) Poly.

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

Analisa Turbocharger pada Motor Bensin Daihatsu Tipe CB-23

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

UPAYA PENINGKATAN DAYA MOTOR DENGAN MERUBAH BESARNYA LUBANG KELUARAN GAS BUANG

Pengaturan Kondisi Idle dan Akselerasi pada Motor Berbahan Bakar Gas

Studi Eksperimental Pengaruh Campuran Bahan Bakar Premium dengan Prestone 0 to 60 Octane Booster terhadap Performance Motor 4 Langkah

PENGUJIAN PENGARUH MUTU BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MOTOR BENSIN

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Syaiful Mukmin, Akhmad Farid, Nurida Finahari, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 53-58

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN:

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI ELEKTRODA BUSI TERHADAP PERFORMA MOTOR BENSIN TORAK 4 LANGKAH 1 SILINDER HONDA SUPRA-X 125 CC

ANALISIS PROSES PEMBAKARAN SISTEM INJECTION PADA SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI ABSTRAK

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

PENGARUH PERUBAHAN SUDUT PENYALAAN (IGNITION TIME) TERHADAP EMSISI GAS BUANG PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 (EMPAT) LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENAMBAHAN ADITIF NABATI PADA MESIN GENERATOR SET BENSIN TYPE EC 2900L

UNJUK KERJA MESIN BENSIN 4 SILINDER TYPE 4G63 SOHC 2000 CC MPI

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER


PERBANDINGAN VARIASI DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR OTTO ENGINE BE50

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

BAB II LANDASAN TEORI

Kata kunci: campuran bioetanol-bensin, indikator kinerja mesin, emisi gas buang.

Seminar Nasional (PNES II), Semarang, 12 Nopember 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bensin Prinsip Dasar Motor Bensin

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

OLEH : DADANG HIDAYAT ( ) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bambang Sudarmanta, ST., MT.

I. PENDAHULUAN. Katakunci : Electronic Control Unit, Injection Control, Maximum Best Torque (MBT), Ignition Timing, Bioetanol E100.

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

Jika diperhatikan lebih jauh terdapat banyak perbedaan antara motor bensin dan motor diesel antara lain:

Spesifikasi Bahan dan alat :

I. PENDAHULUAN. Kata kunci - Bioetanol, Electronic Control Unit, Honda CB150R, rasio kompresi, RON.

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT

PENGARUH TEMPERATUR BAHAN BAKAR BIO-SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL PUTARAN KONSTAN

PENGUJIAN CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM METHANOL PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH PENGARUH TERHADAP EMISI GAS BUANG

Jurnal Teknos, No. 27, Desember 2015 Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK KINERJA SEPEDA MOTOR DENGAN VARIASI JENIS BAHAN BAKAR BENSIN

JURNAL ANALISA PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN ZAT CAMPHOR PADA BAHAN BAKAR PREMIUM TERHADAP KINERJA MESIN MOTOR BENSIN (SUPRA X 125)

UJI EKSPERIMENTAL BAHAN BAKAR CAMPURAN BIOSOLAR DENGAN ZAT ADITIF TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL PUTARAN KONSTAN

PENGARUH KATALITIK KONVERTER KUNINGAN TERHADAP PENURUNAN EMISI HC DAN CO MESIN OTTO MULTI SILINDER. Oleh, Samuel P.

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

KAJIAN TENTANG PERBANDINGAN PREMIUM-ETHANOL DENGAN PERTAMAX PADA MOTOR 4 LANGKAH 225 CC

KAJIAN UNJUK KERJA MESIN BENSIN TOYOTA TIPE KE20F DENGAN VARIASI PENAMBAHAN TEKANAN DAN SUHU UDARA MASUK PADA KARBURATOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR 4 TAK BERBAHAN BAKAR CAMPURAN PREMIUM DENGAN VARIASI PENAMBAHAN ZAT ADITIF

PERBANDINGAN PERUBAHAN DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG MOTOR BENSIN BE50

Transkripsi:

Peningkatan Unjuk Kerja Motor Bensin Empat Langkah dengan Penggunaan Methyl Tertiary. (Philip Kristanto et al.) Peningkatan Unjuk Kerja Motor Bensin Empat Langkah Dengan Penggunaan Methyl Tertiary Buthyl Ether Pada Bensin Philip Kristanto, Willyanto Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Michael Alumnus Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Petra Abstrak Angka oktan merupakan acuan untuk mengukur kualitas bensin yang digunakan sebagai bahan bakar motor bensin. Makin tinggi angka oktan maka makin rendah kecenderungan bensin untuk terjadi knocking. Methyl Tertiary Buthyl Ether merupakan suatu larutan kimia yang memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan angka oktan dari bensin. Dari hasil percobaan dengan motor Daihatsu CB-23 diperoleh bahwa dengan penambahan Methyl Tertiary Buthyl Ether dengan konsentrasi 20% dalam bensin dan sudut pengapian 15 derajat sebelum TMA diperoleh daya yang dihasilkan motor paling optimal. Kata kunci: angka oktan, motor bensin, Methyl Tertiary Buthyl Ether. Abstract Octane number is reference to measure quality of gasoline as the fuel of gasoline engine. Gasoline with higher octane number gives less tendency to knocking. Methyl Tertiary Buthyl Ether is a chemical solutions that gives positive effect to rise the octane number. Using a motor Daihatsu CB-23, the best power obtained by using gasoline with 20% Methyl Tertiary Buthyl Ether and ignition timing is 15 degree before TDC. Keywords: Octane number, gasoline engine, Methyl Tertiary Buthyl Ether. Daftar Notasi A Luas penampang torak (m 2 ) BHP Brake horse power (dk) D Diameter (m) i Jumlah silinder L Panjang langkah torak (m) N Tenaga kuda poros (dk) Nd Putaran motor (rpm) P Gaya aksi dynamometer (N) R Panjang lengan dynamometer (m) z Jumlah putaran poros engkol untuk 1 siklus kerja 1. Pendahuluan Bensin (gasoline) merupakan jenis bahan bakar cair yang digunakan dalam proses pembakaran pada motor bakar. Bensin yang dijual di pasaran merupakan campuran sejumlah produk yang dihasilkan dari berbagai proses. Melalui proses pencampuran (blending) Catatan : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Februari 2002. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 April 2002. tersebut maka sifat dari bahan bakar dapat diatur untuk memberikan karakteristik operasi seperti yang diinginkan. Salah satu sifat yang harus dipunyai dari bensin adalah Octane Number dari bahan bakar tersebut. Bahan bakar harus mempunyai Octane Number yang sesuai dengan yang di persyaratkan oleh motor. Motor dengan perbandingan kompresi yang lebih tinggi memerlukan angka oktan yang lebih tinggi pula, untuk mengurangi terjadinya knocking. Untuk menaikkan Octane Number dari suatu bahan bakar biasa diperoleh dengan memberikan TEL (Tetra Ethyl Lead), Methanol, Ethanol atau dengan memberikan Methyl Tetrtiary Butthyk Ether (MTBE). Kesadaran akan masalah pencemaran dalam dasa warsa terakhir ini menyebabkan beberapa negara termasuk Indonesia membatasi penggunaan senyawa timbal dalam bahan bakar, walaupun senyawa TEL selama ini sangat diandalkan sebagai aditif peningkatan angka oktan. Salah satu cara untuk memperoleh bahan bakar dengan angka otktan yang tinggi, alternatif yang dapat dipakai yaitu menggunakan Methyl Tertiary Buthyl Ether yang 57

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 57 62 merupakan zat yang dapat meningkatkan octane number dari suatu bahan bakar. Oleh karena itu dilakukan studi untuk mengetahui pengaruh perubahan konsentrasi Methyl Tetary Buthyl Ether untuk menghasilkan peningkatan unjuk kerja motor yang optimum dan kadar polutan dari emisi gas buang motor yang rendah. Sehingga dari percobaan yang dilakukan dapat memperoleh data-data dan dapat menghasilkan kesimpulan mengenai kelebihankelebihan dan kekurangan kekurangan dari setiap konsentrasi campuran bensin dan Methyl Tertiary Buthyl Ether. 2.1 Motor yang Diuji 2. Alat-Alat Percobaan Motor yang diuji sebuah motor daihatsu 3 silinder 4 langkah dengan spesifikasi sebagai berikut : - Tipe motor : CB-23 - Silinder : 3, in-line - Diameter x langkah : 76mm x 73mm - Perbandingan kompresi: 9,5 :1 - Tekanan kompresi : 12,5 kg/cm 2 (pada 350 rpm) - Daya maksimum : 38 kw pada 5600 rpm - Torsi maksimal : 75,5 Nm pada 3200 rpm - Putaran idle : 850 + 50 rpm 2.2 Dynamometer (jenis Water Brake Dynamometer). Sebagai alat pengukur unjuk kerja dari motor digunakan dynamometer yang mempunyai spesifikasi sebagai berikut : - Merek : Zollner - Tipe : 3 n 19 A - Daya maksimum : 120 kw - Putaran maksimum : 7500 rpm - Pengatur beban : Sluice gate - Jumlah impeller : 1 - Arah putaran rem : satu arah - Tekanan air inlet minimum : 2-3 bar - Panjang tuas teoritis : 0,9549 m 2.3 Bahan Bakar Bahan bakar yang dipakai dalam percobaan ini: - Bensin dengan konsentrasi MTBE 25% - Bensin dengan konsentrasi MTBE 20% - Bensin dengan konsentrasi MTBE 15% - Bensin dengan konsentrasi MTBE 10% - Bensin dengan konsentrasi MTBE 0% 2.4 Exhaust Gas Analyzer Alat ini berfungsi untuk menganalisa gas buang dari motor dengan spesifikasi sebagai berikut : - Merek : Stampex Motor Branch ex Italy - Power Supply: 220V / 100W 50Hz Kemampuan pengukuran : - CO : 0 9,99% vol - CO2 : 0 19,98% vol - O2 : 0 25% vol - HC : 0 10000 ppm - λ : 0,5 1,5 - Putaran : 0 5000 rpm 3. Teori Dasar 3.1 Perhitungan Daya Kuda Daya yang diukur oleh dynamometer dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 2π P R Nd BHP = ( dk) X Dimana : X = faktor pengkonversi X = ft. lb/ det 33000 dk X = kg. m / det 4500 dk X = N. m / det 45000 dk 3.2 Tekanan Efektif Rata-Rata (Bmep) Tekanan efektif rata-rata (Brake Mean Effective Pressure) yang merupakan tekanan rata-rata yang bekerja pada piston selama langkah kerja dapat dihitung berdasarkan rumus : 0,45 N Z 2 bmep = ( kg/ cm ) A L i Nd 3.3 Hubungan BHP dan Bmep Hubungan antara BHP dan bmep adalah sebagai berikut : bmep Vsil Np BHP = X 3.4 Pemakaian Bahan-Bakar Spesifik (sfc) Spesific fuel compsumption adalah jumlah pemakaian bahan bakar yang dikonsumsi oleh motor untuk menghasilkan daya satu dk selama satu jam. Sfc dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 58

Peningkatan Unjuk Kerja Motor Bensin Empat Langkah dengan Penggunaan Methyl Tertiary. (Philip Kristanto et al.) 3600 m Bsfc = ( kg/hp jam ) Bhp t Dimana: m = bahan bakar sebanyak 50 ml (kg) SG bensin = 0,728 (1 atm, 31 O C ) p bensin = p air X SG bensin p bensin = 999X0,728 p bensin = 727,272 kg/m 3 V = volume bahan bakar = 50 ml m = 0,03636363 kg t = waktu konsumsi 50 ml bahan bakar (dt) 3.5 Effisiensi Thermis Effisiensi termis merupakan efisiensi pemanfaatan panas dari bahan bakar untuk diubah menjadi tenaga makanis. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 3000 746 η = Bsfc LHV X100% LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) LHV = 44.188.064 joule/kg 3.6 Methyl Tetary Buthyl Ether Methyl Tetary Buthyl Ether (MTBE) adalah salah satu senyawa organik yang tidak mengandung logam yang ditambahkan ke dalam bahan bakar yang dewasa ini sedang giat-giatnya dikembangkan pemakaiannya sebagai bahan utama pencampur bensin, sehingga dapat menaikkan angka oktan dari bahan bakar tersebut. Senyawa ini memiliki rumus molekul CH3OC4H9, berat molekul 88 dan titik didih 55 C, dengan rumus bangun sebagai berikut: CH3 CH3- O-C-CH3 CH3 Gambar 1. Bentuk Struktur MTBE Penggunaan MTBE sebagai komponen anti knocking dalam bensin yang memberikan keuntungan-keuntungan bila ditinjau dari prestasi motor, disamping menghasilkan angka oktan yang tinggi. Selain itu penggunaan MTBE menghindari pencemaran lingkungan hidup, karena gas buangnya sedikit atau sama sekali tidak mengandung senyawa yang beracun. Persenyawaan eter Methyl Tertiary Buthyl Ether yang dipakai sebagai pencampur bensin harus mempunyai persyaratan tertentu, agar diperoleh hasil yang memenuhi standar pemasaran. Persyaratan tersebut digunakan untuk menghindari reaksi samping yang mungkin terjadi, baik selama penyimpanan ataupun pada waktu pembakaran. MTBE mempunyai sifat fisika yang mendekati parafin dan lebih sukar bercampur dengan air dibandingkan dengan alkohol. MTBE juga tahan terhadap serangan oksidator dan mudah rusak pada pengerjaan suhu sedang dengan asam atau basa kuat. Dilihat dari panas pembakarannya ternyata panas pembakaran MTBE 8.400 kkal/kg. Disamping itu MTBE juga mempunyai angka oktan yang tinggi. Dibandingkan dengan persenyawaan aksigenat lainya seperti metanol, MTBE bersifat mudah menguap karena titik didihnya yang rendah seperti hidrokarbonhidrokarbon yang bertitik didih rendah lain. MTBE juga larut dalam semua jenis hidrokarbon yang terdapat dalam bensin dan hampir tidak larut dalam air. Karena itu campuran bensin-mtbe tidak menimbulkan masalah dalam sistem distribusi serta juga stabil selama penyimpanan karena peroksida tidak terbentuk dengan eter seperti MTBE. 4. Prosedur Percobaan Prosedur yang dilakukan dalam pengambilan data pada pengereman dan putaran berubah: 1. Sebelum menghidupkan motor, melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap: minyak pelumas, air pendingin, blower, kran pemasukan air, bahan bakar dan semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk percobaan. 2. Kemudian menghidupkan motor pada putaran idle nya (850 rpm) selama 5 menit agar motor mencapai kondisi kerjanya. 3. Setelah mencapai kondisi kerjanya, kemudian mencari posisi pengapian yang terbaik pada kondisi idle dengan menggunakan timing light (diperoleh pengapian 10 O ). Bahan bakar yang digunakan adalah bensin dengan konsentrasi MTBE 25%. 4. Membuka kran pemasukan air ke dynamometer, agar tekanan air masuk sekitar 2,5 bar dan mengatur posisi pengereman 0%, untuk MTBE 25% didaptkan sudut pengapian terbaik yaitu 17 sebelum TMA. 5. Menaikkan putaran motor hingga 3000 rpm dengan kondisi tanpa beban (0%). Melakukan pencatatan waktu yang digunakan untuk mengkonsumsi bahan bakar sebesar 59

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 57 62 50 ml pada gelas ukur, suhu air radiator, suhu ruangan, tekanan dan beban. Pencatatan dilakukan setelah dicapai keseimbangan. 6. Membebani motor secara bertahap dengan menaikkan posisi pengereman mulai dari 5% sampai dengan 40%. Mencatat perubahan putaran motor yang terjadi pada setiap posisi pengeremen disamping data-data pada langkah ke-4. 7. Setelah selesai melakukan pengujian, membebaskan beban, mengembalikan posisi pengereman ke 0% dan mematikan motor. 8. Mengulangi pengujian dengan menggunakan bahan bakar bensin dengan konsentrasi MTBE 20%, 15%, 10%, 0%, dengan sudut pengapian yang terbaik masing-masing 15, 14, 11, 5. 5. Hasil Percobaan Dan Analisa Gambar 2. Grafik Daya Fungsi Putaran Dari gambar 2, tampak bahwa daya yang konsentrasi MTBE 20% yang dicapai pada putaran sekitar 2500 rpm. Bahan bakar dengan konsentrasi MTBE 25% tidak dapat menghasilkan daya yang optimum meskipun angka oktan dari bahan bakar dengan konsentrasi MTBE 25% memang lebih tinggi. Pada perbandingan kompresi yang lebih tinggi maka tekanan dan temperatur dalam ruang bakar akibat gerak kompresi yang menjadi tinggi, demikian juga perbandingan kompresi yang lebih rendah maka maka tekanan dan temperatur dalam rungan bakar akibat gerak kompresi akan menjadi lebih rendah, yang terjadi justru keterlambatan penyalaan sehingga daya yang dihasilkan justru kurang maksimal. Ini dapat dilihat pada pemajuan penyalaannya, jika menggunakan MTBE 20% sudut pemajuannya hanya 15% sedangkan kalau MTBE 25% perlu mengubah hingga 17 yang berarti menambah kerja negatip. Gambar 3. Grafik Torsi Fungsi Putaran Dari gambar 3, tampak bahwa torsi yang konsentrasi MTBE 20%. Bahan Bakar dengan konsentrasi MTBE 25% yang angka oktannya lebih tinggi, tidak dapat menghasilkan torsi yang optimum karena perbandingan kompresi pada motor yang digunakan kurang tinggi untuk angka oktan hasil MTBE 25%, sehingga sama halnya dengan grafik daya fungsi putaran yaitu terjadinya kerja negatif yang lebih besar akibat penyalaan yang dimajukan. Pada gambar 3 dapat juga dilihat bahwa sesudah mencapai torsi maksimumnya, pada putaran yang lebih tinggi, torsi yang dihasilkan lebih kecil dari pada putaran rendah. Hal ini diakibatkan oleh semakin majunya sudut penyalaan pada putaran tinggi, sehingga kerja negatif makin besar. Gambar 4. Grafik BMEP Fungsi Putaran Dari gambar 4 tampak bahwa BMEP yang konsentrasi MTBE 20%. Bahan bakar dengan konsentrasi MTBE 25% yang angka oktannya 60

Peningkatan Unjuk Kerja Motor Bensin Empat Langkah dengan Penggunaan Methyl Tertiary. (Philip Kristanto et al.) lebih tinggi, ternyata BMEP-nya justru lebih rendah dari pada yang menggunakan MTBE 20%. Hal ini disebabkan karena pada MTBE 25% terjadi kerja negatif yang lebih besar yang melawan pergerakan piston menuju TMA akibat sudut penyalaan yang dimajukan, seperti yang terjadi juga pada daya dan torsi. Dari gambar 6, tampak bahwa effisiensi Thermis yang optimum dihasilkan pada bahan bakar dengan konsentrasi MTBE 20%. Bahan bakar dengan konsentrasi MTBE 25% yang angka oktanya lebih tinggi, ternyata Effisiensi Thermisnya lebih rendah dari pada menggunakan MTBE 20%. Hal ini disebabkan karena pada MTBE 25% terjadi pembakaran yang dilakukan lebih dahulu sebelum piston mencapai Titik Mati Atas, maka tentu ada tekanan yang melawan gerak piston menuju Titik Mati atas. Sehingga kerja negatif inilah yang menyebabkan Effisiensi Thermis dari 25% lebih rendah dari pada MTBE 20%. Gambar 5. Grafik SFC vs Putaran Dari gambar 5, tampak bahwa SFC yang konsentrasi MTBE 20%. Bahan bakar dengan konsentrasi MTBE 25% yang angka oktanya lebih tinggi dan kandungan oksigennya lebih banyak, ternyata SFC-nya justru lebih tinggi dari pada yang menggunakan MTBE 20%. Hal ini disebabkan karena pada MTBE 25% terjadi pemajuan sudut yang diperoleh dari MTBE 25% sehingga pembakaran dilakukan lebih dulu sebelum piston mencapai Titik Mati Atas, maka ada kerja negatif yang melawan gerak piston menuju Titik Mati Atas. Jadi daya yang dihasilkan juga lebih menurun sehingga butuh lebih banyak bahan bakar untuk menghasilkan daya 1 HP selama 1 jam. Hal inilah yang menyebabkan kenaikan SFC dari MTBE 25%. Gambar 7. Grafik CO Fungsi AFR Dari gambar 7, diketahui bahwa Bensin dengan Konsentrasi MTBE 20% menghasilkan kadar CO yang paling rendah dibandingkan dengan Bensin dengan konsentrasi MTBE yang lainya. Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berbau, ketika karbon monoksida terhirup dapat menyebabkan pusing, pandangan kabur, ketidak sadaran bahkan kematian. Karbon monoksida merupakan hasil sampingan dari pembakaran yang jumlahnya semakin meningkat jika proses pembakaran berlangsung kurang sempurna. Cara tebaik untuk mengurangi kadar CO yaitu dengan menambahkan kadar oksigen pada ruang bakar. MTBE merupakan salah satu bahan yang banyak mengandung oksigen, sesuai dengan namanya di Eropa dan Amerika yaitu Oxygenate. Karena banyak mengandung oksigen itulah dengan penambahan MTBE maka kadar CO akan berkurang. Gambar 6. Grafik Thermis Fungsi Putaran 61

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 57 62 Daftar Pustaka 1. Bosch, Robert, Automotive Electric/Electric Systems, Stutgart: Robert Bosch Gmbh. Postfach 50, D-7000, 1988. 2. Crouse WH, Automotive Electric Equipment, USA: McGrawHill Book Company Inc. 1958. 3. Schwaller AE., Motor Automotive Mechanics, New York: Delmar Publisher Inc. 1988. Gambar 8. Grafik HC Fungsi AFR Hidrokarbon merupakan salah satu polusi yang dihasilkan oleh proses pembakaran pada motor bensin dan diesel. Hidrokarbon termasuk dalam material organik. Hidrokarbon yang dikeluarkan oleh motor disebabkan oleh banyaknya bahan bakar yang tidak terbakar sempurna. Bahan bakar apa pun yang tidak terbakar secara sempurna mengandung hidrokarbon. Molekul hidrogen dan molekul karbon yang berada di dekat ruang bakar mengalami pembakaran secara sebagian akibat proses pembakaran yang cepat, sehingga terbentuklah HC pada gas buangnya. Pada gambar 8, tampak bahwa penambahan MTBE 25% justru menghasilkan kadar HC yang lebih banyak dari pada MTBE 20% padahal angka oktannya lebih tinggi pada MTBE 25%. Seperti juga yang terjadi pada daya, hal ini disebabkan karena perbandingan kompresi yang kurang tinggi pada motor yang digunakan, sehigga pembakaran tidak dapat berlangsung dengan sempurna dan hidrokarbon tidak bisa ikut terbakar. 6. Penutup Pada motor DAIHATSU type CB-23 yang memiliki perbandingan kompresi 9,5:1, maka penggunaan bahan bakar bensin dengan konsentrasi MTBE 20%. Dengan pemajuan sudut penyalaan 15 0 sebelum TMA akan menghasilkan daya, torsi, BMEP, SFC (specific fuel consumption), Efisiensi thermis yang optimal. Demikian juga dengan konsentrasi gas buang (pollutan) yaitu kadar CO dan HC yang dihasilkan pada kondisi tersebut diatas adalah paling rendah (paling baik) dibanding dengan bensin dengan konsentrasi MTBE yang lain 4. Bosch, Robert, Automotive Electric/Electric Systems. Stutgart : Robert Bosch Gmbh. Postfach 50, D-7000, 1988. 5. Heywood, JB., Internal Combustion Engine Fundamentals, Singapore : McGraw Hill, 1988. 6. Tirtoatmodjo, R., Penggerak Mula, Universitas Kristen Petra, 1996. 7. H Berenschot, Benzinemotoren, Netherland : Vam-Voorschoten Publisher Inc. 1980. 8. Young AP and Griffiths, Automobile Electricity and Electronics Equipment-9 th edition, England : Butler and Tanner Ltd, Frome, Somerset, 1980. 9. Santini Al., Automotive Electricity and Electronics, New York : Delmar Publisher Inc. 1998. 10. Kristanto P., Sistem Pengaturan dan Pengukuran, Universitas Kristen Petra, 1997. 11. Tirotoatmodjo R., Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar, Universitas Kristen Petra, 1995. 12. Sharma Harma S.P., Nohan C, Fuels and Combustion, New Delhi: Tata McGraw Hill Publlishing Co. 13. Maleev, V.L., Internal Combustion Engine, Mc Graw-Hill Book Company, 1985. 62