BAB I PENDAHULUAN. pada bahasa secara universal. Linguistik memiliki dua cabang pembagian yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal usulnya, kosakata bahasa Jepang terbagi atas wago,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang (goi) terbagi atas wago,

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, dalam

MATERI MATAKULIAH NIHONGOGAKU DI PSPBJ FPBS UPI Oleh Ahmad Dahidi & Sudjianto

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Jepang, salah satu aspek bahasa yang harus diperhatikan adalah goi (kosa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bhirawa Widya Putranti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Giovanni (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perubahan Makna

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga tidak terlepas dari penggunaan kata serapan. Tidak adanya padanan kata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki lebih dari satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. apalagi dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing. Bunyi ujar dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak dikenal adanya kata serapan (gairaigo). Banyaknya pemakaian

SILABUS SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 NIHONGOGAKU (JP 304) SEMESTER 5 / TINGKAT III

Bab I. Pendahuluan. Dalam kehidupan manusia, komunikasi sangatlah penting. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

BAB 1. Pendahuluan. Ilmu tidaklah luput dari suatu bahasa, salah satunya bahasa Jepang. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mencapai maksud dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat pengungkapan pikiran maupun perasaan (Sutedi, 2003 :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana dalam Abdul Chaer, 1994:32). Bahasa tidak hanya digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

Bab 1. Pendahuluan. Istilah linguistik dalam bahasa Jepang disebut dengan 言語学 gengogaku,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang (2012) Sumber: Japan Foundation (2012)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia itu sendiri. Dalam (9 Januari 2006), definisi

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, terdapat beberapa penelitian

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

Bab 1. Pendahuluan. bahkan dunia seseorang dengan Tuhannya (Pateda, 1993:6). Tanpa adanya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Chaer (1994) menyebutkan bahwa salah satu sifat bahasa adalah unik. Setiap

Bab 1. Pendahuluan. tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Baik dalam hal pelafalan, intonasi, kosakata, pola kalimat, maupun tata

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Oleh karena itu, memahami kosakata adalah hal yang terpenting

BAB I PENDAHULUAN. menguasai bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. pandangan sebagian masyarakat yang tidak merasa perlu untuk

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Jepang. Tiga aksara lainnya adalah huruf romaji, huruf hiragana dan

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA JEPANG

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Adverbia yang menirukan bunyi atau suara disebut giseigo, sedangkan adverbia yang

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam informasi yang diterima dari seseorang kepada orang lain. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk mengerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desi Siti Nuraeni,2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN GAIRAIGO PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH IKA MILA PRATIWI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KETOK PALU UNTUK MEMOTIVASI SISWA D ALAM MENGUASAI HURUF HIRAGANA D AN KATAKANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah orang asing yang belajar Bahasa Jepang dari tahun ke tahun pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendampingi numeralia atau preposisi dalam kalimat. Adverbia dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa asing bukanlah suatu hal yang mudah. Perbedaan

Bab 1. Pendahuluan. dari bahasa. Dirgandini (2004:1), mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Jepang sebagai bahasa asing pada tingkat SMA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu yang menelaah tentang asas-asas umum yang berlaku pada bahasa secara universal. Linguistik memiliki dua cabang pembagian yaitu linguistik mikro dan linguistik makro. Linguistik mikro meliputi fonologi, morfologi, sintaksis sedangkan linguistik makro meliputi semantik dan pragmatik. Cabang linguistik mikro yang mengkaji tentang bunyi yaitu fonologi. Fonologi ialah ilmu yang mengkaji tentang bunyi bahasa (ujaran) yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi (Sutedi, 2003 : 10). Jika dilihat secara etimologi fonologi berasal dari fon yang artinya bunyi, dan logi yaitu ilmu. Jadi dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang dari linguistik yang mengkaji tentang bunyi untuk mengetahui fungsi dari bunyi atau bahasa. Berdasarkan asal usulnya, kosakata bahasa Jepang dapat dibagi menjadi tiga macam yakni wago, kango dan gairaigo (Sudjianto dan Dahidi, 2004 : 99). Namun selain ketiga macam kosakata tersebut ada sebuah jenis kosakata yang disebut konshugo yaitu kata-kata yang merupakan gabungan dari beberapa kata dari sumber yang berbeda misalnya gabungan wago dengan kango, wago dengan gairaigo atau kango dengan gairaigo (Sudjianto dan Dahidi, 2004 : 99). Wago adalah kosakata asli bahasa Jepang. Kango adalah kosakata yang berasal dari Cina dan ditulis dengan huruf kanji (dengan cara baca on yomi). Gairaigo adalah kosakata yang berasal dari bahasa asing (gaikokugo) lalu digunakan sebagai bahasa nasional. 1

Gairaigo atau kata pinjam memiliki karakteristik yang membedakannya dengan jenis kosakata yang lain. Misalnya (1) gairaigo atau kata pinjam ditulis dengan huruf katakana, (2) terlihat kecenderungan pemakaian gairaigo atau kata pinjam pada lapisan masyarakat yang cukup terbatas, (3) nomina konkrit relatif banyak, (4) ada juga gairaigo atau kata pinjam buatan Jepang, (5) banyak kata yang dimulai dengan bunyi dakuon (Ishida dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004 : 105). Selain karakteristik yang disebutkan tadi, masih ada beberapa keunikan kosakata gairaigo atau kata pinjam yaitu penambahan sufiks na, perubahan kelas kata dan pemendakan kata (Sudjianto dan Dahidi, 2004 : 105). Selain dari tujuh karakteristik, gairaigo atau kata pinjam memiliki kriteria yang mencakup empat hal, yakni (1) tidak ada kosakata dalam bahasa Jepang untuk mendeskripsikan sesuatu dikarenakan perbedaan budaya, (2) tidak bisa mewakili nuansa makna dalam bahasa asing dengan padanan yang ada dalam bahasa Jepang, (3) kata asing yang dijadikan gairaigo atau kata pinjam dianggap efektif dan efisien, (4) kata asing menurut rasa bahasa dipandang mempunyai nilai rasa agung, baik dan harmonis (Sudjianto dan Dahidi, 2004 : 107-108). Karakteristik serta kriteria gairaigo atau kata pinjam yang telah disebutkan di atas, bisa dilihat bahwa gairaigo atau kata pinjam memang bukan bahasa asli atau kata asli dari Jepang. Bahasa asing yang diserap kedalam bahasa Jepang harus menaati aturan-aturan yang ada. Salah satunya silabel bahasa Jepang sebagian besar diakhiri dengan bunyi atau huruf vokal. Contohnya kata jacket dalam bahasa Inggris berubah menjadi jaketto ジャケット, kata full dalam bahasa Inggris berubah menjadi 2

furu フル. Berdasarkan contoh tersebut, bisa dilihat bahwa kata jacket yang mempunyai silabel /t/ diakhir kata dan silabel [l] diakhir kata full merupakan silabel tertutup yang kemudian jika diserap ke bahasa Jepang akan ditambahkan huruf vokal sesuai dengan aturan dalam bahasa Jepang. Contoh tersebut membuktikan bahwa bahasa yang diserap ke dalam bahasa Jepang harus mengikuti aturan yang ada dalam bahasa Jepang. Bahasa asing yang dipinjam ke bahasa Jepang seperti penamaan nama tempat, nama orang asing, kata yang tergolong onomatope, istilah bidang keahlian, nama barang elektronik hingga penamaan sebuah negara. Penamaan sebuah negara termasuk ke dalam kosakata kata pinjam atau gairaigo karena sebuah negara sudah memiliki nama resmi yang namanya berasal dari bahasa asing. Terdapat 202 negara didunia (berdaulat) yang sudah memiliki nama resmi. Nama resmi setiap negara disesuaikan dengan bahasa Internasional yaitu bahasa Inggris. Bahasa Inggris berperan penting dalam bahasa dunia dan juga memiliki peran penting di Jepang, yakni sebagai acuan besar untuk kosakata kata pinjam atau gairaigo. Bahasa Inggris berasal dari negara Inggris dan negara Inggris adalah negara yang ada di Benua Eropa. Nama negara yang diserap ke dalam bahasa Jepang terdapat perbedaan penyebutan atau perubahan bunyi pada nama negara tersebut. Misalnya, kata dalam bahasa Jepang yang dipinjam dari bahasa resmi atau bahasa Inggris yang mengandung unsur silabel tutup, maka silabel tutup pada kata itu harus diubah menjadi silabel buka dengan menambahkan salah satu huruf vokal pada akhir silabel tutup tersebut. 3

Contoh dibawah ini adalah perubahan dalam penamaan negara : a. Portugal menjadi ポルトガル Porutogaru b. Poland menjadi ポーランド Poorando Kedua nama negara tersebut adalah negara yang terdapat di Benua Eropa. Contoh diatas juga akan menjadi objek atau sumber data yang diteliti pada penelitian ini. Negara pertama yaitu Portugal mengalami perubahan bunyi ketika diserap ke dalam bahasa Jepang menjadi Porutogaru. Contoh satu ini melihatkan adanya proses perubahan bunyi yang terjadi seperti penambahan bunyi vokal [u], perubahan bunyi huruf [u] menjadi bunyi huruf [o] dan perubahan bunyi [l] menjadi bunyi [r]. Contoh kedua perubahan bunyi dari nama negara Poland menjadi Poorando yang mana adanya vokal rangkap setelah diserap ke dalam bahasa Jepang yaitu bunyi [o] sebagai vokal rangkap, selain itu bunyi konsonan [l] berubah menjadi bunyi konsonan [r] dan silabel tutup dengan bunyi konsonan [d] pada Poland mengikuti tatanan bahasa Jepang dengan menambahkan bunyi vokal [o] sehingga menjadi silabel buka. Hal ini juga membuat jumlah silabel yang dimiliki bahasa asing berbeda dengan jumlah silabel yang telah dipinjam ke dalam bahasa Jepang. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti merasa bahwa perlu diadakan penelitian tentang perubahan bunyi gairaigo dalam penamaan negara yang sudah jelas memiliki nama resmi dari PBB. Di sisi lain gairaigo merupakan salah satu bagian dari kosakata yang terus mengalami perkembangan dan dipakai dalam bahasa 4

Jepang modern. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk meneliti tentang perubahan bunyi gairaigo. Adapun judul penelitian ini adalah Perubahan Bunyi Gairaigo Dalam Penamaan Negara di Benua Eropa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana proses perubahan bunyi dalam penyerapan penamaan negara di Benua Eropa? 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi dengan menggunakan kajian fonologi. Penelitian ini juga dibatasi pada pembahasan tentang proses perubahan bunyi gairaigo dalam penamaan Negara di Benua Eropa. Peneliti membatasi penelitian pada penamaan negara untuk di Benua Eropa yang ada di dalam buku Kokumei ni Himerareta Omoshiro Sekaishi. Buku yang dijadikan sumber data untuk membatasi penelitian adalah buku cetakan terbaru jika dibandingkan dengan buku mengenai sejarah nama negara yang lainnya. Buku ini berisi tentang sejarah dari suatu negara yang ada ataupun tidak hubungannya dengan negara Jepang. Buku ini juga buku asli dari penulis di Jepang dan merupakan buku yang juga lebih lengkap dibandingkan dengan buku penamaan negara lainnya. Buku ini juga memperlihatkan perubahan bentuk nama sebuah negara dari bahasa pertama kali diserap kedalam bahasa Jepang hingga sekarang. 5

Benua Eropa memiliki 47 negara didalamnya. Peneliti tidak membahas 47 negara di Benua Eropa karena peneliti memilih sumber data dari buku Kokumei ni Himerareta Omoshiro Sekaishi yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang 33 negara di Benua Eropa. Namun, peneliti juga membatasi penelitian ini dengan perubahan bunyi yang terjadi dari nama resmi (bahasa Inggris) ke dalam penamaan bahasa Jepang dan juga penelitian ini dibatasi terhadap data yang memang terjadi perubahan bunyi dari nama resmi. Sehingga, nama negara yang perubahannya bukan berasal dari nama resmi negara tidak masuk ke dalam data penelitian. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui proses perubahan bunyi yang terjadi pada kata pinjam atau gairaigo dalam penamaan Negara di Benua Eropa. 1.5 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan memberi kemudahan bagi pembelajar bahasa Jepang mengenai gairaigo serta menambah wawasan peneliti tentang linguistik, khususnya tentang gairaigo. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah referensi dan sebagai pelengkap dari kajian linguistik yang sudah ada, serta dapat dijadikan bahan dari penelitian lanjutan dan memberikan kemudahan informasi data untuk penelitian selanjutnya. 6

1.6 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang dilakukan menunjukkan bahwa penelitian tentang gairaigo telah dilakukan oleh beberapa peneliti dalam bentuk makalah dan skripsi. Peneliti menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang gairaigo saat melakukan tinjauan pustaka. Pertama adalah skripsi Desbi (2012) dengan skripsinya berjudul Analisis Geminasi Dalam Drama Televisi My Boss My Hero Serial 1-10 Kajian Fonologi. Penelitian ini sama-sama menggunakan tinjauan fonologi tetapi saudara Desbi lebih menitikberatkan pada geminasi yaitu deretan bunyi bahasa yang bersangkutan dengan pemanjangan konsonan. Hal ini berbeda dengan permasalahan yang peneliti kaji, yaitu mengenai perubahan bunyi pada kata serapan atau gairaigo. Rozalin (2012) dengan skripsinya berjudul Proses Perubahan Bentuk Kata Serapan (Gairaigo) dalam Bahasa Jepang Pada Majalah Fashion CanCam. Penelitian ini sama-sama meneliti tentang gairaigo bahasa Jepang, tetapi saudari Evita menggunakan objek majalah fashion can-cam, menganlisis perubahan silabel, menggunakan teori katamba dan objek yang digunakan berbeda dengan objek yang peneliti gunakan. Friska (2013) dengan skripsinya berjudul Pembentukan Kata Serapan Gairaigo dalam Bahasa Jepang Pada Majalah Fashion Nikopuchi dan Popteen. Penelitian ini sama-sama meneliti tentang gairaigo bahasa Jepang, tetapi saudari Friska menggunakan objek majalah fashion nikopuchi dan popteen, berbeda dengan objek yang peneliti gunakan. Iin (2013) dengan skripsinya berjudul Analisis Penggunaan Gairaigo Yang diikuti Verba Suru. Penelitian ini sama-sama meneliti tentang gairaigo bahasa 7

Jepang, tetapi dalam skripsi saudari iin ini, mengetahui perubahan kelas kata gairaigo yang diikuti verba suru dan juga mengetahui perbandingan penggunaan kata serapan yang menggunakan verba suru. 1.7 Metode dan Teknik Penelitian Metode dan teknik adalah dua istilah yang digunakan untuk menunjukkan dua konsep yang berbeda tetapi berhubungan langsung satu sama lain. Keduanya adalah cara dalam suatu upaya. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau diterapkan sedangkan teknik adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode (Sudaryanto, 2015: 9). Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian terhadap segi-segi bahasa tertentu dalam rangka menemukan pola-pola atau kaidahkaidah yang mengatur sifat bahasa (Subroto, 2007: 10). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan mencari buku-buku atau situs yang bersangkutan dengan nama negara di dunia, sejarah negara di dunia dan yang relevan dengan gairaigo. Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan ( library research). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku Kokumei ni Himerareta Omoshiro Sekaishi. 1.7.1 Tahap Pengumpulan Data 8

Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka peneliti mengumpulkan data dengan metode penelitian kepustakaan. Peneliti melakukan pengamatan terhadap data yang telah ditemukan pada sumber data. 1.7.2 Tahap Analisis Data Tahap analisis data tampak dari adanya tindakan mengamati yang diikuti dengan membedah atau menguraikan masalah yang bersangkutan dengan cara-cara khas tertentu (Sudaryanto, 2015: 7). Data dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 2015: 15). Selanjutnya teknik yang digunakan teknik ganti. Teknik ganti ialah teknik yang berupa penggantian unsur satuan lingual data yang menghasilkan tuturan yang beragam dari bentuk semula. Teknik ganti ini berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti. 1.7.3 Tahap Penyajian Analisis Data Tahap penyajian analisis data adalah tahap ini menampilkan wujud laporan tertulis tentang hal yang telah dihasilkan dari kinerja analisis, khususnya kaidah 9

(Sudaryanto, 2015: 8). Teknik ini dapat disajikan secara informal dan formal (Kesuma, 2007: 71). Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil data dengan menggunakan kata-kata biasa dan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Jadi pada penelitian ini kedua teknik penyajian hasil analisis data ini digunakan agar penjelasan dari hasil analisis data menjadi lebih efektif. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan berisi urutan tata cara penulisan yang akan dilakukan dalam penelitian terdiri dari Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi kerangka teori yang berisi teori fonologi, lambang fonetik, pengertian gairaigo dan teori Crowley, teori Natsuko Tsujimura dan teori Sudjianto dan Dahidi. Bab III berisi pembahasan atau analisis tentang perubahan objek. Bab IV penutup yang berisi kesimpulan dan saran. 10