BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit paru-paru obstriktif kronis ( Chronic Obstrictive Pulmonary

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika

LAMPIRAN 1 Peak Flow Meter Penggunaan instrumen untuk mengukur Arus Puncak Ekspirasi pada peserta. 1. Peserta diminta untuk berdiri dan memegang peak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN : ASMA BRONKIAL DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB I PENDAHULUAN. populasi dalam negara yang berbeda. Asma bronkial menyebabkan kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sudah mulai menjadi

DI SOGATEN RT 3 RW 15 PAJANG LAWEYAN DI WILAYAH PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevalensipenyakit paru obstruktif kronikdisingkat dengan PPOKterus

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPAT GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI. Disusun Oleh :

SURAT PERSETUJUAN. Menyatakan telah mendapat penjelasan mengenai penelitian

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru-paru terdiri dari bagian kanan dan kiri. Paru-paru kanan memiliki

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak langsung, memiliki andil besar dalam mempengaruhi berbagai aspek dalam

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN juta orang di seluruh dunia (Junaidi, 2010). Asma bronkial bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA ASMA EKSASERBASI AKUT DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU-PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang akan dicapai dari 2016 pencapaian pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

PENGARUH PEMBERIAN RENANG DAN PURSED LIP BREATHING UNTUK MENGURANGI SESAK NAFAS PADA KONDISI ASMA BRONKIAL

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA PENDERITA ASMA BRONKHIAL

BAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

FORMAT PENGUMPULAN DATA. Judul : Pengaruh Bretahing Relaxation Dengan Menggunakan Teknik Balloon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak ditemui dan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan, tetapi masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum peduli dengan pentingnya hidup sehat. Pengetahuan masyarakat dengan pola hidup sehat masih sangat kurang, sehingga tingkat kejadian penyakit yang terjadi dimasyarakat semakin meningkat. Penyakit yang terjadi dimasyarakat dipengaruhi dengan faktor lingkungan yang tidak sehat, seperti polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan,asap pabrik,serta asap rokok. Polusi udara sangat mempengaruhi kesehatan seseorang karena udara yang dihirup telah terpapar, dengan menghirup udara yang tidak sehat, maka akan mengganggu fungsi saluran pernapasan. Gangguan pada saluran pernapasan masih menjadi masalah yang besar di Indonesia. Hal ini dapat mengganggu tingkat kualitas hidup seseorang, sehingga berdampak pada aktivitas sehari-hari. Kualitas hidup adalah kemampuan individu untuk berfungsi dalam berbagai peran yang diinginkan dalam masyarakat serta merasa puas dengan peran tersebut. Menurunnya aktivitas dapat menjadi masalah dalam kehidupan, seperti kinerja yang buruk karena sesak nafas akibat lingkungan memiliki udara yang tercemar, serta menurunnya prestasi remaja saat sekolah dengan gangguan batuk dan sulit bernafas akibat lingkungan sekolah yang tidak sehat. Gangguan saluran pernapasan yang masih sering terjadi dimasyarakat adalah asma. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma seluruh dunia adalah 300 juta orang, dengan jumlah kematian yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun. (GINA,2012) Menurut data WHO diperkirakan 100-150 juta penduduk dunia adalah penderita asma dan terus bertambah sekitar 180.000 orang setiap tahun. Prevalensi asma ditemukan 3%-5% pada orang dewasa dan pada remaja memiliki prevalensi berkisar antara 2,1%-32,2%. (WHO,2010) 1

2 Hasil penelitian Internasional Study on Asthma and Alergies in Childhood, menunjukan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Adapun remaja usia 11-18 tahun yang mengalami asma diperkirakan berkisar antara 5%-10%. Asma termasuk sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. (Rosamarlina,2010) Asma merupakan penyakit kronik yang sering diderita remaja dengan adanya riwayat asma saat anak-anak. Serangan asma pada remaja masih menjadi penyebab utama untuk tidak dapat masuk sekolah, sehingga berdampak dengan menurunnya prestasi belajar, kehidupan sosial, aktivitas sehari-hari dan tingkah laku. Masa remaja yang menyenangkan menjadi kurang dinikmati dengan baik pada remaja yang menderita asma, sebab asma dapat membatasi mereka dalam melakukan kegiatan fisik yang dapat menyebabkan sesak nafas. Bahkan sebagian dari remaja yang menderita asma, mereka harus melewati masa remaja hanya di rumah sakit untuk proses penyembuhan. Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial dengan ciri bronkospasme, yang memiliki gejala sesak nafas, batuk, dan wheezing (suara saat bernapas). Gambaran klinis penderita asma meliputi gambaran objektif dan gambaran subjektif. Gambaran objektif yaitu kondisi pasien sesak nafas parah dengan kesulitan melakukan ekspirasi yang disertai wheezing (suara saat bernafas), dapat disertai batuk dengan lendir yang kental dan sulit untuk dikeluarkan. Gambaran subjektif yaitu pasien mengeluhkan sesak nafas,dada terasa berat dan mual. (Irham,2007) Gangguan batuk dan sesak nafas yang biasa terjadi pada penderita asma biasanya karena angin malam yang dingin,flu,menghirup udara yang terpapar seperti asap rokok,asap kendaraan,dan polusi udara. Penyakit asma tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dicegah, sedangkan pemberian obat-obatan pada penderita asma hanya dapat untuk menghilangkan gejala asma yang terjadi, dengan begitu perlunya pengetahuan bagi penderita asma untuk dapat mengontrol saat terjadinya serangan asma. Penanganan yang tidak tepat pada penyakit asma akan mengganggu kehidupan penderita dan cenderung mengalami peningakatan sesak nafas, sehingga

3 dapat menimbulkan komplikasi atau kematian. Penanganan asma dapat diberikan dengan layanan fisioterapi. Fisioterapi akan mengajarkan penderita asma cara bernapas yang benar saat terjadinya sesak nafas,membantu mengeluarkan lendir yang ada didalam saluran pernapasan dan mengontrol pernapasan. Pada pasien asma, untuk mengetahui hasil tes fungsi paru dapat dengan menggunakan peak flow meter. Sehingga dapat diketahui adanya obstruksi jalan nafas dengan nilai rasio APE (Arus Puncak Ekspirasi) kurang dari 80% nilai prediksi. Hasil dari pengukuran peak flow meter untuk mengetahui laju aliran arus puncak ekspirasi dan untuk mengukur tingkat obstruksi jalan nafas. Pada pasien asma akan mengalami penurunan fungsi otot-otot pernapasan. Hal ini disebabkan karena terjadi sesak nafas dan adanya pembatasan ekspirasi saat aktivitas. Sehingga memerlukan latihan yang dapat meningkatkan fungsi otot-otot pernapasan,mengurangi gangguan pernapasan,dan menurunkan terjadinya sesak nafas. Pada setiap penderita asma memiliki masalah sendiri dalam mengatasi dan mengontrol terjadinya serangan asma, sehingga latihan pernapasan sangat berpengaruh. Dengan begitu dapat diberikan penanganan berupa pursed lip breathing, postural drainage dan senam asma. Latihan tersebut dapat memperbaiki jalan napas, maka nilai arus puncak ekspirasi (APE) akan menjadi meningkat dan nilai respiratory rate akan menurun, sehingga terjadi penurunan sesak nafas pada asma. Pursed lip breathing merupakan latihan pernapasan dengan menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara melalui bibir lebih dirapatkan atau dimonyongkan dengan waktu ekspirasi lebih di perpanjang. Pursed lip breathing dapat menurunkan sesak napas, sehingga penderita dapat toleransi terhadap aktivitas dan meningkatkan kemampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain menggunakan pursed lip breathing,diperlukan postural drainage untuk membantu mengeluarkan lendir, sehingga saluran pernapasan bersih dan pernapasan menjadi normal serta dapat mengurangi batuk. Postural drainage merupakan penanganan dengan cara mengalirkan sekresi lendir pada posisi khusus, yaitu mengalirkan lendir dari segmen yang kecil menuju segmen besar mengunakan bantuan gravitasi sehingga lendir dapat dikeluarkan.

4 Yayasan Asma Indonesia telah merancang senam bagi penderita asma yang disebut senam asma, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan otot-otot pernapasan,meningkatkan kapasitas serta efisiensi dalam proses pernapasan. Senam asma merupakan senam yang dilakukan secara teratur sehingga dapat meningkatkan volume oksigen maksimal, memperkuat otot-otot pernapasan dan dapat mempengaruhi daya kerja jantung serta otot-otot yang terlibat dapat menjadi lebih baik lagi dalam proses pemulihan penderita asma. (YAI,2008) Senam asma bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan juga meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan,sehingga dapat menurunkan sesak nafas. Gerakan-gerakan senam asma dilakukan dalam posisi tubuh berdiri, mengoptimalkan gerakan tangan dan kaki yang divariasikan dengan gerakan kepala. B. Identifikasi Masalah Pada pasien asma sering mengalami rasa sesak nafas,dada terasa berat, nyeri dada, wheezing (bunyi saat bernafas), hipersekresi lendir dan batuk serta menurunnya nilai arus puncak ekspirasi (APE) yang disebabkan oleh faktor pencetus. Masalah yang sering terjadi pada pasien asma adalah saat ekspirasi,dengan keadaan patologis seperti ini mempengaruhi nilai arus puncak ekspirasi (APE) dari nilai normalnya, dimana nilai normal arus puncak ekspirasi yaitu pada laki-laki adalah 500-700 L/menit sedangkan perempuan 380 500 L/menit, yang dapat diukur dengan peak flow meter. Variasi nilai APE ditentukan oleh umur, jenis kelamin, dan tinggi badan. (Jain,2005) Pada penderita asma nilai arus puncak ekspirasi (APE) sangat berpengaruh untuk mengatahui obstruksi yang terjadi pada saluran pernapasan,hal ini terjadi karena penyempitan jalan napas yang disebabkan oleh spasme bronkus sehingga dapat menimbulan rasa sesak nafas. Nilai APE pada asma jika terjadi obstruksi yaitu < 80% nilai prediksi atau nilai terbaik yang telah di peroleh, setara dengan jumlah udara yang didapat berkisar kurang dari 200 L/menit dengan menggunakan peak flow meter. (Minaldi,2011) Dengan terjadinya peningkatan nilai arus puncak ekspirasi (APE) maka akan terjadi penurunan sesak nafas. Untuk dapat mengetahui tingkat sesak nafas

5 dapat diukur dengan nilai respiratory rate. Angka normal respiratory rate yaitu 16-24 kali per menit pada usia dewasa, jika nilai lebih dari itu termasuk indikator sesak nafas. Pada remaja rasa sesak nafas sangat mengganggu aktivitasnya, sehingga mempengaruhi proses belajar saat sekolah. Remaja yang menggalami asma akan sangat tidak nyaman ketika terjadi sesak nafas pada saat serangan asma,sehingga perlunya pendekatan penanganan asma yang tepat pada remaja. Penanganan yang diberikan untuk mengurangi gejala asma seperti sesak nafas dan nyeri dada dapat dilakukan dengan pursed lip breathing, dimana latihan ini mengajarkan cara yang baik untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi saat bernapas. Diperlukan juga penanganan postural drainage untuk membantu mengeluarkan hipersekresi lendir dan mengurangi batuk, sehingga memperlancar jalan pernapasan. Untuk meningatkan kemampuan otot-otot pernapasan dan meningkatkan kapasitas paru dalam proses pernapasan dapat dilakuan menggunakan senam asma. Penanganan yang diberikan tersebut untuk menurunkan rasa sesak nafas, sehingga dapat mengontrol terjadinya serangan asma dan memperbaiki fungsi dari saluran pernapasan. Dengan demikian latihan-latihan tersebut memiliki manfaat masingmasing yang bertujuan untuk membantu dalam penanganan sesak nafas pada asma. C. Perumusan Masalah 1. Apakah latihan pursed lip breathing dan postural drainage dapat menurunkan sesak nafas penderita asma pada remaja usia 11-17 tahun? 2. Apakah latihan senam asma dapat menurunkan sesak nafas penderita asma pada remaja usia 11-17 tahun? 3. Apakah ada perbedaan efek antara latihan pursed lip breathing dan postural drainage dengan senam asma terhadap penurunan sesak nafas penderita asma pada remaja usia 11-17 tahun? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian latihan pernapasan pursed lip breathing dan postural drainage dengan senam asma terhadap penderita asma pada remaja dalam menurunkan sesak nafas.

6 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan pernapasan pursed lip breathing dan postural drainage terhadap penderita asma pada remaja dalam menurunkan sesak nafas. b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan senam asma terhadap penderita asma pada remaja dalam menurunkan sesak nafas. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan berpikir peneliti dalam proses pembelajaran terhadap penelitian mengenai pemberian metode penanganan penderita asma pada remaja dengan menggunakan pursed lip breathing dan postural drainage dengan senam asma dalam menurunkan sesak nafas. 2. Bagi Masyarakat Untuk memberikan pengetahuan secara umum kepada masyarakat dalam penanganan penderita asma pada remaja dalam menurunkan sesak nafas menggunakan metode pursed lip breathing dan postural drainage dengan senam asma. 3. Bagi Institusi Pendidikan Untuk digunakan sebagai bahan dalam proses pembelajaran ataupun informasi mengenangi penanganan terhadap penderita asma pada remaja dalam pelayanan kesehatan fisioterapi menggunakan metode pursed lip brathing dan postural drainage dengan senam asma dalam menurunkan sesak nafas.