BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada proses belajar mengajar ada interkasi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu. mengembangkan kemampuan berfikir anak, karena keberhasilan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mahluk hidup, lingkungan, dan interaksinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: FARID YULIYADI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan alam maupun lingkungan sosial di masyarakat. berasal dari kata science yang berarti pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan dunia pendidikan pada abad ke-21 akan tergantung pada sejauh mana kita mengembangkan

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN. dengan guru, siswa dengan lingkungan, dan siswa dengan sesamanya serta siswa. dan penyampaian (media informasi pendidikan) yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akan terjadi secara berkesinambungan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas usaha dari manusia untuk meningkatkan kepribadian dan juga kecerdasan. Proses usaha tersebut dilakukan dengan membina potensi yang ada pada diri manusia itu sendiri dengan tujuan untuk mencerdaskan pendidikan di Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dunia pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia dan seluruh aspek kepribadiannya. Perubahan dalam dunia pendidikan perlu terus menerus dilakukan untuk mendukung pembangunan di masa mendatang, salah satunya melalui kegiatan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa. Beberapa tujuan pembelajaran adalah agar siswa memahami konsep, mampu mengaplikasikan konsep, dan mampu mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lainnya. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk pengalaman belajar siswa yang dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran. Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Proses pembelajaran yang hanya berorientasi pada penguasaan sejumlah informasi atau pun konsep belaka, menuntut siswa menguasai materi pelajaran. Penekanannya lebih pada hapalan. Proses proses pemikiran tingkat tinggi termasuk berpikir kritis sangat jarang dilatih. Untuk dapat mengetahui sesuatu, siswa haruslah aktif mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis dan akhirnya yang terpenting merangkumnya sebagai suatu pengertian yang utuh.

2 Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis siswa sangat lah penting untuk dilatih. Afcariono (2008) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tinggi khususnya berpikir kritis sangat penting diajarkan di sekolah, karena keterampilan ini sangat di perlukan siswa untuk sukses dalam kehidupannya. Oleh karena itu, seorang ahli pendidikan, John Dewey, sejak awal mengharapkan agar siswa diajarkan kecakapan berpikir kritis. Namun, sampai saat ini kecakapan berpikir kritis siswa belum ditangani secara sungguh sungguh oleh para guru di sekolah sehingga masih banyak siswa yang kurang terampil menggunakan kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa serta menurunnya kualitas pendidikan. Hal ini mendukung pernyataan Ariyati (2010) bahwa rendahnya kualitas pendidikan disebabkan karena rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Pada umumnya siswa diarahkan untuk menghafal dan menimbun informasi, sehingga siswa pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi. Akibatnya kemampuan berpikir kritis menjadi beku, bahkan menjadi susah untuk dikembangkan. Melihat kenyataan diatas, sangat jelas bahwa kemampuan berpikir kritis perlu dilatih pada siswa. Untuk itu sangat perlu sekali dalam pembelajaran di sekolah dikembangkan suatu model pembelajaran yang mendukung kemampuan berpikir kritis serta keterampilan proses sains siswa. Suatu model pembelajaran yang tidak hanya mengembangkan kemampuan konsep siswa tetapi juga dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa sehingga akan menghasilkan suatu pembelajaran yang lebih bermakna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi berpikir kritis tidak akan muncul sendiri secara baik bila individu tidak menjumpai lingkungan yang memacu sejak awal. National Science Educations menekankan pemahaman konsep sains dilakukan dalam standar inkuiri. Model Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang dipandang, sesuai untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, karena model inkuiri memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap sesuatu secara langsung. Selain itu, model inkuiri dapat mempermudah siswa

3 untuk mampu memperoleh pengetahuan secara mendalam karena siswa mengkonstruk sendiri suatu konsep. Dengan model inkuiri siswa sungguh dilibatkan untuk aktif berpikir dan menemukan pengertian yang ingin diketahuinya. Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan pada penemuan sesuatu melalui proses mencari dengan menggunakan langkah langkah ilmiah. Model inkuiri pada dasarnya merupakan salah satu usaha dari guru untuk dapat merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk pertanyaan, serta adanya suatu proses pemecahan masalah. Model inkuiri dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman terhadap sains, mengembangkan keterampilan belajar sains dan literasi sains serta dapat melatih kecakapan berpikir siswa. Pada hakekatnya dalam pelajaran Biologi sangat dibutuhkan suatu kegiatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah karena tidak semua materi pelajaran dapat dimengerti oleh siswa jika hanya melalui teori. Ada beberapa materi yang membutuhkan suatu pengamatan dengan tujuan agar siswa lebih memahami materi tersebut. Kegiatan ini biasanya disebut dengan praktikum. Kegiatan praktikum ini merupakan bagian daripada pembelajaran biologi yang harus dilakukan siswa dengan menggunakan metode ilmiah. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan melalui kerja atau pun metode ilmiah. Aktivitas di laboratorium memiliki potensi memberi peluang kepada siswa untuk belajar megkonstruksi pengetahuan sainsnya sambil bekerja, akan tetapi siswa mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan konsep konsep yang dipelajari dari guru dengan peristiwa peristiwa yang diamati di laboratorium. Kesulitan kesulitan tersebut diantaranya disebabkan oleh: (1) pemahaman yang kurang terhadap konsep konsep yang mendasari percobaan, (2) ketidakmauan untuk menghubungkan hasil hasil pengamatan dengan teori, dan (3) ketidakmauan untuk mengaitkan konsep konsep yang dimiliki dengan hasil hasil pengamatan di laboratorium. Dengan menggunakan model inkuiri dapat membantu siswa untuk mengintegrasikan konsep konsep yang telah diketahui siswa sebelumnya dengan peristiwa peristiwa yang diamati di laboratorium. Inkuiri juga dapat mengubah

4 miskonsepsi yang dialami siswa menjadi konsep ilmiah. Belajar dengan menggunakan model inkuiri ini diharapkan agar siswa menjadi kreatif, inovatif, dan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar biologi. Pembelajaran dengan keterampilan proses sains juga sangat jarang dilaksanakan sehingga menyebabkan tidak berkembangnya tingkat berpikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi. Keterampilan proses melibatkan keterampilan keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual dengan melakukan keterampilan proses sains siswa menggunakan pikirannya, keterampilan manual terlibat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat, keterampilan sosial dimaksudkan bahwa dengan keterampilan proses siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan observasi dilapangan sewaktu peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan Terpadu di SMA Negeri 1 Siantar Narumonda, tidak ditemukan adanya pelaksanaan praktikum. Tidak terlaksananya kegiatan praktikum tersebut tentu sangat menghambat proses pembelajaran serta keterampilan proses sains dan juga kemampuan berpikir kritis siswa. Hal tesebut terjadi dikarenakan oleh beberapa hal, diantaranya : fasilitas yang kurang memadai, tidak tersedianya media yang mendukung pelaksanaan pembelajaran, maupun ketidakmampuan guru untuk membimbing pelaksanaan praktikum. Peneliti juga telah melakukan observasi di sekolah SMA Swasta Kartika I 2 Medan yang dimulai pada hari senin sampai dengan rabu (02 04 Februari 2016). Peneliti mengamati bahwa siswa cenderung diam ( pasif ) dan tak jarang ada yang melakukan aktivitas lain sewaktu guru menerangkan di depan kelas. Banyak siswa yang sepertinya tidak memperhatikan guru menerangkan. Pembelajaran yang kurang menarik minat siswa mungkin dikarenakan guru menggunakan model belajar ceramah sehingga hanya beberapa siswa saja yang tertarik untuk belajar. Model pembelajaran yang digunakan guru, hendaknya mampu mengaktifasi siswa serta membuat siswa lebih tertarik untuk belajar sehingga hal tersebut akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

5 Selain itu pula, peneliti juga telah melakukan wawancara dengan Bapak Lizza selaku guru bidang studi Biologi di SMA Swasta Kartika I 2 Medan yang menyatakan bahwa di sekolah tersebut belum dilakukan pembelajaran menggunakan model inkuiri melainkan hanya menggunakan model pembelajaran ceramah, dan diskusi. Selain itu juga peneliti melakukan tanya jawab dengan beberapa orang siswa siswi SMA Kartika I 2 Medan yang menyatakan bahwa praktikum sangat jarang dilakukan selama satu semester. Jarangnya melakukan praktikum akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa. Peneliti mengambil materi sistem respirasi dikarenakan materi sistem pernapasan ekspirasi merupakan materi yang dibahas di semester kedua kelas XI IPA. Materi sistem pernapasan ekspirasi akan lebih mudah dipahami siswa apabila didukung dengan pelaksanaan praktikum. Pelaksanaan praktikum akan memanfaatkan barang barang bekas yang mudah ditemukan dilingkungan sekitar. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, peneliti menyadari bahwa perlunya untuk mewujudkan pemahaman siswa terkait materi sistem pernapasan ekspirasi. Model pembelajaran Inkuiri merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang cocok di terapkan untuk melatih siswa bekerja secara ilmiah dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri diharapkan siswa mampu mengembangkan pengetahuannya sehingga kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa dapat di tumbuh kembangkan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran Biologi. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pernapasan Ekspirasi Di SMA Swasta Kartika I 2 Medan T.P 2015/2016

6 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Guru masih jarang menerapkan model yang mampu mengaktifasi siswa. 2. Pembelajaran materi tentang sistem pernapasan ekspirasi belum membuat siswa mendapatkan pemahaman sendiri. 3. Percobaan tentang sistem pernapasan ekspirasi belum pernah dilakukan sehingga keterampilan proses sains siswa belum dialami oleh siswa. 4. Siswa tidak terbiasa belajar dengan diawali permasalahan permasalahan dari lingkungan sekitar sehingga kemampuan berpikir kritis siswa belum tumbuh dan berkembang. 1.3. Batasan Masalah Untuk memfokuskan masalah yang akan di bahas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut : 1. Model pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan model inkuiri terbimbing. 2. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI IPA khususnya kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 SMA Swasta Kartika I 2 Medan. 3. Materi pelajaran Biologi kelas XI IPA semester II dibatasi hanya pada sistem pernapasan ekspirasi. 4. Kemampuan berpikir kritis dibatasi pada Menemukan Kesamaan Dan Perbedaan Berdasarkan Kriteria, Menyusun Informasi, Analisis, dan Membuat Pernyataan Berdasarkan Hasil Penelitian. 5. Keterampilan proses sains dibatasi pada kemampuan Mengamati, Mengajukan Pertanyaan, Berhipotesis, Merencanakan Percobaan, Dan Berkomunikasi. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

7 1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa? 1.5. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa. 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat secara Praktis, penelitian ini diharapkan : a. Dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa dalam proses pembelajaran Biologi. b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Guru dalam merencanakan dan memilih model pembelajaran agar mampu menumbuhkembangkan atau pun meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan : a. Dapat menjadi bahan referensi untuk peneliti lain yang melakukan penelitian dengan menggunakan model meningkatkan mutu pendidikan. pembelajaran sejenis guna b. Dapat memberikan pengaruh dalam memperkaya ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan model Inkuiri Terbimbing, Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Siswa