Study Eksperimental Jarak Terhadap Koefisien Tekanan Silinder Ganda Diposisikan Alined

dokumen-dokumen yang mirip
Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

Pengaruh Penempatan Penghalang Berbentuk Silinder Pada Posisi Vertikal Dengan Variasi Jarak Horisontal Di Depan Silinder Utama Terhadap Koefisien Drag

Pengaruh Variasi Jarak Penghalang Berbentuk Segitiga di Depan Silinder Terhadap Koefisien Drag

Pengaruh Variasi Diameter O-ring pada Permukaan Silinder terhadap Koefisien Drag

PENGARUH PEMASANGAN RING BERPENAMPANG SEGIEMPAT DENGAN POSISI MIRING PADA PERMUKAAN SILINDER TERHADAP KOEFISIEN DRAG

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

Proceeding Seminar Nasional Thermofluid VI Yogyakarta, 29 April 2014

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN

PENGARUH VARIASI JARAK ANTAR RING BERPENAMPANG SETENGAH LINGKARAN PADA PERMUKAAN SILINDER TERHADAP KOEFISIEN DRAG

Pengaruh variasi jarak antar ring berbentuk segi empat pada permukaan silinder terhadap koefisien drag

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: F-92

Pengaruh Variasi Jarak Antar Ring Berpenampang Setengah Lingkaran Pada Permukaan Silinder Terhadap Koefisien Drag

PERMASALAHAN DAN SOLUSI KONSTRUKSI BALIHO DI BANJARMASIN

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

ABSTRAK 1. PENDAHULUAN

Pengaruh Alur Berbentuk Segi Empat Pada Permukaan Silinder Terhadap Koefisien Drag Dengan Variasi Diameter Silinder

STUDI EKSPERIMEN dan NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KARAKTERISTIK BOUNDARY LAYER MELINTASI BUMP (Re = 21000)

STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK TENTANG ALIRAN BOUNDARY LAYER YANG MELINTASI BUMP DENGAN RADIUS KELENGKUNGAN YANG KECIL

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-158

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4.

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

II. TINJAUAN PUSTAKA

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

Jur usan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto

Wiwik Sulistyono, Naif Fuhaid, Ahmad Farid (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

Panduan Praktikum 2012

SOLUSI NUMERIK DARI PERSAMAAN NAVIER-STOKES

Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

Sidang Tugas Akhir. Alfin Andrian Permana

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

RENCANA PROPOSAL DISERTASI

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN ALIRAN MELINTASI DUA SILINDER SIRKULAR DAN SILINDER ELIPS TERSUSUN TANDEM DAN INTERAKSINYA TERHADAP DINDING DATAR

ANALISIS PENGARUH PERBANDINGAN DIAMETER MINOR DAN MAYOR ELIPS TERHADAP NILAI KOEFISIEN DRAG MENGGUNAKAN PROGRAM CFD

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

BAB III SISTEM PENGUJIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. fluida. Sifat-sifat fluida diasumsikan pada keadaan steady, ada gesekan aliran dan

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

ANALISIS TEKANAN STATIK ALIRAN DI PERMUKAAN PITOT STATIK TEROWONGAN ANGIN TRANSONIK LAPAN

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

Studi Eksperimental Tentang Pengaruh Perubahan Diameter Lubang Orifice Terhadap Karakteristik Boundary Layer Aliran Hilir

Reduksi Gaya Drag Silinder Sirkular dengan Penambahan Square Disturbance Body Melalui Simulasi Numerik 2D Unsteady-RANS pada Reynold Number 34800

ANALISIS PENGARUH PERBANDINGAN DIAMETER MINOR DAN MAYOR ELIPS TERHADAP NILAI KOEFISIEN DRAG MENGGUNAKAN PROGRAM CFD

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

The Analysis of Velocity Flow Effect on Drag Force by Using Computational Fluid Dynamics

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

PENGARUH JUMLAH BLADE

4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar. pada aliran di leading edge karena perubahan kecepatan aliran yang tadinya uniform

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

SKRIPSI PENGARUH VARIASI BENTUK NOSE DAN SIRIP TERHADAP GAYA DRAG DAN GAYA LIFT PADA ROKET. Oleh : DEWA GEDE ANGGA PRANADITYA NIM :

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

BAB III FLUIDISASI. Gambar 3.1. Skematik proses fluidisasi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Klasisifikasi Aliran:

Analisis Numerik Aliran Fluida di Sekitar Silinder Sirkular dengan Menggunakan Diskrititasi Order yang Berbeda

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

TUGAS AKHIR - RM 1542

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

JURNAL. Analisis Penurunan Head losses Pada Belokan 180 Dengan Variasi Tube Bundle Pada Diameter Pipa 2 inchi

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator

IRVAN DARMAWAN X

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN ALIRAN MELINTASI DUA SILINDER SIRKULAR DAN SILINDER ELIPS TERSUSUN TANDEM DAN INTERAKSINYA TERHADAP DINDING DATAR

STUDI PENGARUH MODEL MOBIL DAN VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP GAYA DRAG

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ABSTRAK

PENGARUH JARAK ANTAR FIN PADA SILINDER BERSIRIP TERHADAP SEPARASI ALIRAN DI PERMUKAAN SILINDER DAN FIN

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK ALIRAN PADA AIRFOIL NACA 0015

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimental Tentang Head Loss Pada Aliran Fluida Yang Melalui Elbow 90

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

KOEFISIEN GESEK PADA RANGKAIAN PIPA DENGAN VARIASI DIAMETER DAN KEKASARAN PIPA

SEMINAR NASIONAL ke8tahun 2013 : RekayasaTeknologiIndustridanInformasi

BAB II DASAR TEORI . (2.1)

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 3 No.2. Oktober 2009 (133-137) Study Eksperimental Jarak Terhadap Koefisien Tekanan Silinder Ganda Diposisikan Alined Ketut Astawa, Sukadana & Karnata. Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Badung email : ketut.astawa@me.unud.ac.id. Abstrak Faktor-faktor yang mempengaruhi dari koefisien tekanan fluida adalah kecepatan fluida, kerapatan fluida, viskositas fluida dan geometri dari permukaan yang dilewati oleh fluida. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan beberapa faktor yang mempengaruhi nilai koefisien tekanan yaitu permukaan geometri termasuk bentuk silinder dan variasi aliran. Tekanan yang diukur didasarkan pada perubahan panjang kolom minyak (r, mm) pada manometer miring yang tersambung ke tekanan yang terletak pada permukaan silinder. Data yang dikumpulkan didasarkan pada variasi tiga jenis ruang tabung 1.2D, 1.7D, dan 2.2D, dan tiga jenis variasi diameter silinder ada 2 ", 2.5" dan 3 ", dan aliran bebas dijaga tetap konstan 6 m / s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, semakin tinggi ruang tabung mempengaruhi posisi dan nilai dari tekanan maksimum di bagian belakang silinder. Nilai dan posisi dari titik pemisahan lebih pada arah belakang sejalan dengan peningkatan aliran bebas. Penurunan tekanan terjadi pada bagian belakang pada aliran bebas yang tinggi. Kata kunci: Menggertak tubuh, Koefisien tekanan permukaan, Pemisahan titik, Penurunan tekanan, Tekanan maksimum. Abstract Study Experimental Distance to Pressure Coefficient Double Cylinders Positioned Alined Factors affecting of coefficient of pressure are fluid velocity, fluid density, fluid viscosity and geometry of surface which is pasted by fluid. This research is conducted by variation of some factors affecting value of pressure coefficient that are surface geometry including cylindrical shape and bluff body, and variation of free stream. The pressure to be measured is based by change of oil column length (r, mm) at incline manometer which is connected to pressure tap located on cylindrical surface. Pressure data collected based on three types of space tube variation, there are 1.2D, 1.7D, and 2.2D, and three types of cylindrical diameter variation there are 2, 2.5 and 3, and free stream is kept to be constant at 6 m/s. The results of research show that, the higher space tube affecting on the value and position of maximum pressure on the back cylindrical. Value and position of separation point is more to be back direction as increasing of free stream. Pressure drop happen on back cylindrical at high free stream. Keywords: Bluff body, Surface coefficient of pressure, Separation point, Pressure drop, Maximum pressure. 1. Pendahuluan Dalam ilmu mekanika fluida dijelaskan bahwa fluida memiliki sifat sifat viskositas, berat jenis dan lainnya. Semua fluida memiliki viskositas yang berbeda, sebab itu gesekan aliran fluida berbea. Gesekan pada aliran fluida akan menentukan keadaan fisik aliran. Dalam Reynold Number dinyatakan bahwa viskositas memiliki peranan yang penting dalam menentukan jenis aliran suatu fluida. Fluida viskos yang mengalir melewati suatu benda padat akan terjadi Boundary Layer pada permukaan benda tersebut. Lapisan batas ini menyatakan daerah dimana efek viskositas fluida masih terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien tekanan (coefficient of pressure) diantaranya adalah kecepatan fluida, densitas fluida, geometri permukaan dan viskositas fluida. Pengaruh dari parameter- parameter ini dapat memperlihatkan pola dari suatu aliran. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh variasi jarak dan diameter silinder terhadap distribusi koefisien tekanan pada silinder ganda dipasang in-line horisontal dengan aliran melintang. Bentuk permukaan yang digunakan pada penelitian ini adalah bentuk dengan tiga variasi diameter dan jarak antar silinder yang berbeda. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana pengaruh jarak dan diameter silinder terhadap distribusi koefisien tekanan pada permukaan silinder ganda dipasang in-line horisontal dengan aliran fluida kerja melintang? Guna mempersempit ruang pembahasan maka masalah dibatasi : Tiga diameter Silinder uji (2 inch, 2,5 inch dan 3 inch) dengan panjang masing-masing 45 cm. Tiga variasi jarak silinder (sp) adalah 1,2D, 1,7D, 2,2D. (Lam, Wong dan Ko,1993). Kecepatan aliran fluida kerja konstan sebesar 6 m/s. Kekasaran

permukaan dianggap seragam pada setiap bidangnya. Pengambilan data dilakukan pada kondisi asumsi steady state. 2. Tinjauan Pustaka Fluida adalah suatu zat atau substansi yang akan mengalami perubahan jika dikenai gaya geser sekecil apapun. Perbedaan mendasar dari kedua fluida tersebut adalah sifatnya yang incompressible (air) dan compressible (gas). Fluida ideal adalah fluida yang inviscid dan incompressible. Sedangkan untuk fluida yang sebenarnya (riil) memperhitungkan viskositas dan densitas. Analisis gaya-gaya yang ditimbulkan oleh aliran sangat penting dalam kaitannya dengan desain dari berbagai alat seperti pesawat terbang, mobil, dan lainnya. Salah satu gaya yang ditimbulkan oleh aliran fluida adalah gaya hambat (drag force). Lapisan batas (Boundary Layer) Aliran udara yang mengalir pada suatu benda terjadi aliran lapisan lapisan udara yang rata serta sejajar dengan permukaan benda tadi, maka aliran udara yang demikian disebut aliran udara Laminar. Aliran udara laminar ini juga terjadi Boundary Layer, sehingga kecepatan lapisan udara yang dekat dengan permukaan benda akan lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan lapisan udara yang dititik yang lebih jauh dari permukaan benda. Didalam boundary layer pengaruh viskositas relatif besar sehingga profil kecepatan tidak uniform. Di luar boundary layer, tidak ada pengaruh viskositas sehingga aliran dapat dperlakukan sebagai inviscid flow. Lapisan batas (boundary layer) adalah lapisan tipis pada permukaan padat (solid surface) tempat fluida mengalir dimana pengaruh viskositas relaif besar. Gambar 1 menjelaskan bahwa fluida mengalir dengan kecepatan seragam sebesar U. Sewaktu melewati permukaan padat, terbentuklah shear layer yang menghasilkan profil kecepatan. Pada titik A dan A, fluida memiliki kecepatan nol (no-slip condition). Pada titik B dan B, fluida memiliki kecepatan sebesar U, dimana y B > y B. Pada 0 y y B dan 0 y y B, besarnya kecepatan dinyatakn 0 U U. pada y > y B dan y > y B, harga U = U, ini berarti tidak ada gradien kecepatan atau gaya geser yang bekerja sama dengan nol. Pada lapisan batas, efek viskositas masih terjadi atau gradien kecepatan pada arah vertikal masih terjadi. Di atas boundary layer fluida mengalir dengan kecepatan seragam sebesar U. Boundary layer merupakan keadaan yang dinyatakan sebagai lapisan dimana kecepatan aliran fluida sebesar 0,99 U. Untuk aliran P/ x = 0, perlambatan tersebut mengakibatkan berkurangnya momentum tetapi tidak cukup membawa partikel yang mengalir berhenti. Pada kawasan dimana P/ x < 0, tidak ada kemungkinan gerakan partikel akan berhenti. Pada kawasan P/ x > 0, disini gerakan partikel secara berangsur-angsur diperlambat sampai betul-betul berhenti P 0 atau aliran dalam boundary layer y y 0 mengalami separasi. Dan selanjutnya dibelakang titik separasi terjadi suatu aliran balik (back flow). Bilangan Reynold (Reynold Number) Bila kerapatan dan viskositas tetap, ternyata aliran udara laminar akan berubah menjadi aliran pusar (turbulen) pada suatu kecepatan tertentu dan besar kecepatan ini berbanding terbalik dengan diameter pipa yang dipakai : [ 1 ]. V. D Re (1) dimana : Re = Bilangan Reynold ( Reynold Number ) ρ = Density udara (kg/m 3 ) V = Kecepatan udara (m/det) μ = Viskositas dinamik Batas dimana aliran laminar berubah menjadi aliran turbulen disebut dengan bilangan Reynold Kritis (Critical Reynold Number). Titik yang terdepan pada silinder ini dinamakan titik stagnasi (stagnation point). Partikel-partikel fluida yang membentur titik itu akan berhenti, dan tekanan pada titik stagnasi p 0 meningkat kurang lebih satu tingkat kecepatan (velocity head), yakni ( V ), di atas tekanan aliran bebas (free 2 g C stream) yang datang p (Kreith,1991). Gambar 1. Boundary layer 134

Gambar 2. Formasi dan perpisahan lapisan batas pada sebuah silinder aliran melintang (Incopera dan De Witt, 1981) merupakan titik stagnasi hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien tekanan permukaan yang mencapai titik maksimum yaitu 0,13 selanjutnya tekanan menurun seiring dengan perubahan posisi titik pengukuran sampai mencapai titik pengukuran 80 yang bernilai -0,25 dan kemudian meningkat kembali sampai pada titik pengukuran 120 bernilai -0,1. Untuk silinder belakang dilakukan perlakuan berupa variasi jarak antar silinder, dari gambar 4. terlihat pada jarak 1,2D pada titik pengukuran 0 koefisien tekanan permukaan bernilai -0,17, kemudian koefisien tekanan permukaan mulai naik sampai pada titik pengukuran 40 dengan nilai koefisien tekanan permukaan mencapai 0,12, kemudian menurun lagi sampai pada titik pengukuran 90 dengan nilai koefisien tekanan permukaan mencapai nilai -0,26. Setelah melewati titik pengukuran 100 tekanan mulai naik kembali sampai nilai tekanan permukaan mencapai nilai -0,1 pada titik pengukuran 150. 3. Metode Penelitian Peralatan Penelitian Silinder yang digunakan jenis pipa PVC, dengan diameter pipa sebesar 2 inch, 2,5 inch dan 3 inch. Pemasangan pressure tube dilakukan pada setengah keliling silinder pada bagian atas. Posisi tiap titik dari pressure tube berjarak 10 dari titik 0 derajat permukaan depan silinder, sehingga akan diperoleh 18 titik pressure tube pada tiap silinder. Untuk mendapatkan kecepatan angin yang diinginkan, maka digunakan satu Blower. Adapun spesifikasi Blower tersebut adalah sebagai berikut : motor 2 hp, 2890 rpm, 3,4 A, 3 phase. Kecepatan angin pada penelitian yang digunakan sebesar 6 m/s dengan jarak sumber angin sampai ke pipa uji yaitu sepanjang 188 cm. Blower ini dibantu dengan dudukan yang telah didesain sebelumnya, sehingga motor penghasil angin berada tepat di tengah titik sisi input dari wind tunnel. Gambar 4. Grafik Distribusi Tekanan Permukaan Pada silinder 2,5 Dengan Variasi Jarak Silinder Belakang. Gambar 3. Skema Pemasangan Silinder dan Pressure tube pada Wind Tunnel 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Distribusi Koefisien Tekanan Permukaan Pada Silinder 2,5 Dari data yang diperoleh pada pengujian silinder dengan diameter 2,5 dengan variasi jarak antar silinder, distribusi koefisien tekanan pada permukaan silinder divisualisasikan pada Gambar 4. Pada posisi titik pengukuran 0 dari silinder depan Untuk jarak 1,7D nilai koefisien tekanan permukaan pada permukaan silinder mulai meningkat hal ini dapat dapat dilihat pada gambar 4 dengan trend line berwarna kuning, dititik pengukuran 0 nilai koefisien tekanan permukaan bernilai -0,08 berbeda dengan nilai koefisien tekanan pada jarak 1,2D, nilai koefisien tekanan permukaan pada titik ini mengalami kenaikan sebesar 52 %. Selanjutnya tekanan mulai meningkat sampai pada titik maksimum yaitu pada titik pengukuran 30 sebesar 0,1, setelah melewati titik ini tekanan kembali mengalami penurunan sampai titik pengukuran 80 dengan nilai koefisien tekanan -0,28 yang merupakan titik minimum dari koefisien tekanan permukaan untuk jarak 1,7D setelah itu nilai koefisien tekanan kembali mengalami peningkatan sampai di titik pengukuran 140 yaitu sebesar 0,09 135

Fenomena yang sama juga terjadi pada silinder belakang setelah jarak silinder diubah menjadi 2,2D, pada jarak 2,2D koefisien tekanan permukaan pada titik 0 bernilai 0 atau naik sekitar 100 % dari titik pengukuran pada variasi pada jarak 1,7D. Dari titik ini nilai koefisien tekanan permukaan masih meningkat sampai nilai koefisien tekanan permukaan bernilai 0,057 pada titik pengukuran 30 dan kemudian nilai koefisien tekanan pemukaan mengalami penurunan sampai pada nilai koefisien tekanan permukaan -0,22 yang juga merupakan nilai minimum dari koefisien tekanan permukaan yang terjadi pada titik pengukuran 90, mulai dari titik ini selanjutnya nilai koefisien tekanan permukaan kembali mengalami peningkatan sampai pada titik pengukuran 150 yang bernilai -0,07 diameter 2,5 nilai tekanan maksimum berada pada titik pengukuran 30 dan untuk silinder belakang dengan diameter 3 nilai tekanan maksimum berada pada titik pengukuran yang sama yaitu 30. Pada Gambar 6. menjelaskan fenomena terjadinya separasi lapisan batas (boundary layer). Dapat diperhatikan persamaan pola antara grafik distribusi koefisien tekanan permukaan dengan grafik pada Gambar 6 dimana pada bagian depan (upstream) partikel fluida mengalami percepatan. dari Gambar terjadi dari bagian D sampai seperempat bagian silinder yaitu sampai di titik E dan selanjutnya mengalami penurunan kecepatan dari titik E sampai di titik F. hal ini menyebabkan terjadinya penurunan nilai koefisien tekanan permukan dari titik D ke titik E dan mengalami peningkatan dari titik E ke titik F. Perbandingan Distribusi Koefisien Tekanan Permukaan Silinder Pada Jarak 2,2D Dengan Variasi Diameter Silinder Pada variasi jarak 2,2D distribusi koefisien tekanan permukaan pada silinder dengan diameter silinder yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 5. Pada jarak 2,2D jarak antar permukaan terluar (clereance) antara silinder depan dengan silinder belakang adalah sebesar 7,2 cm untuk diameter 2, 9,2 cm untuk silinder 2,5 dan 10,8 cm untuk silinder 3 cm. Gambar 5. tersusun dari beberapa silinder dengan diameter yang berbeda, yaitu silinder diameter 2, 2,5 dan 3 pada variasi jarak yang sama yaitu pada jarak 2,2D. Dilihat dari pola distribusi tekanan secara keseluruhan pada masing-masing silinder memiliki pola yang hampir sama. Untuk silinder depan letak titik stagnasi berada pada titik paling depan yaitu pada titik pengukuran 0, kemudian mengalami penurunan nilai koefisien tekanan sampai titik minimum dimana pada daerah ini kecepatan fluida mengalir pada kecepatan maksimum, rata-rata titik minimum ini berada pada titik pengukuran 80, dengan kata lain titik separasi terjadi lebih awal pada bagian depan (upstream) <90. Setelah melewati titik ini fluida yang telah mengalami penurunan momentum menjadi lebih lambat, sehingga menyebabkan nilai koefisien tekanan permukaan mulai meningkat mencapai titik pengukuran 140. Dalam hal ini pola koefisien tekanan permukaan untuk silinder depan hampir sama karena tidak ada gangguan yang signifikan pada aliran fluida selama mengalir melewati permukaan silinder depan. Berbeda halnya dengan silinder pada posisi di belakang, pengaruh dari diameter yang berbeda ternyata menyebabkan pola yang berbeda antara silinder 2, 2,5 dan 3. Perbedaan yang sangat mencolok ini dapat dilihat pada gambar 5, dimana letak nilai tekanan maksimum dari diameter-diameter ini berbeda. Pada silinder belakang dengan diameter 2 nilai tekanan maksimum berada pada titik pengukuran 30, pada silinder belakang dengan Gambar 5. Grafik Distribusi Koefisien Tekanan Permukaan silinder Ganda Jarak 2,2D Dengan Variasi Diameter Silinder Pada saat fluida mengalir melintasi permukaan silinder terjadi transformasi tekanan 2 menjadi energi kinetik ( 1. V ) sepanjang lintasan 2 dari titik D ke E dan terjadi sebaliknya dari titik E ke F, namun besarnya kecepatan di lintasan D - E tidak sama dengan kecepatan dititik E - F karena pada saat fluida mengalir partikel partikel fluida ini menggunakan energi kinetik untuk melawan energi gesekan yang terjadi di sepanjang daerah lapisan batas ( Boundary Layer ) hal ini menyebabkan berkurangnya momentum yang dimiliki aliran fluida untuk mampu menerobos daerah lembah tekanan ( pressure hill ) yang terjadi pada bagian belakang silinder (down stream) dan mengakibatkan aliran 136

akan terpisah dari permukaan silinder. Berpisahnya aliran fluida dari permukan ini dinamakan separasi dapat dilihat pada Gambar 6 pada titik S merupakan titik terjadinya separasi. Gambar 6. Gambar Separasi lapisan Batas (Boundary Layer) dan Pembentukan Aliran Balik (Back Flow) Separasi disebabkan momentum fluida pada tekanan tinggi, kecepatan rendah memiliki nilai lebih kecil dari pada momentum dari arah hilir (down stream) yang tekanannya lebih rendah. Momentum dari arah hilir ini akan mendesak momentum yang lebih kecil sehingga aliran akan bergerak dengan arah berlawanan, fenomena ini dinamakan dengan aliran balik (back flow). Untuk lebih jelas gambar back flow pada silinder dapat dilihat pada gambar 7. Terjadinya separasi dan efek back flow yang terjadi dibelakang silinder menimbulkan pengaruh yang sangat signifikan untuk silinder dibelakangnya. Dari Gambar 5. untuk silinder belakang mengalami perbedaan posisi titik stagnasi (stagnation point). Pada variasi jarak 1,2D titik stagnasi untuk tiap diameter silinder berbeda berada pada titik pengukuran 50 untuk silinder dengan diameter 2, 40 untuk silinder diameter 2,5 dan 30 untuk silinder berdiameter 3. 5. Kesimpulan dan saran Kesimpulan semakin besar jarak antar silinder menyebabkan nilai koefisien tekanan permukaan pada silinder belakang meningkat, titik tekanan maksimum menjadi lebih ke depan dan separasi pada silinder belakang menjadi lebih kebelakang >90. Semakin besar diameter silinder pada kecepatan fluida yang tetap, titik tekanan maksimum silinder 2 semakin mengarah ke daerah bagian depan silinder (Ө <<). Titik separasi silinder 2 terjadi pada titik tekanan yang hampir sama namun nilainya berbeda. Saran-saran Perlu dilakukan penelitian untuk variasi perletakan zig-zag dan dibandingkan dengan hasil penelitian ini. Penelitian ini menngunakan fluida kerja udara, sehingga perlu digunakan jenis fluida kerja yang lain seperti air Daftar Pustaka [1] Anderson, John D. Jr, 2001, Fundamentals of Aerodynamics Third Edition. University of Maryland. [2] Herman Schlichting. Translated by Dr. J. Kestin, 1979, Boundary-Layer Theory Seventh Edition. New York. Mc. Graw Hill Book Company. [3] Kreith, Frank, dan Arko Prijono, 1986, Prinsipprinsip Perpindahan Panas, Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta. [4] Leonanda, Benny D 2005, Struktur Peluruhan Vorteks dari Empat Buah Silinder yang Tersusun Secara Bujur Sangkar pada Jarak 1D, Mechanical Department Andalas University, Prosiding SN TTM IV 2005. [5] Lam, K.M., Wong, P.T.Y., and Ko, N.W.M., Interaction of flow behind two circular cylinder of different diameter in side-by-side arrangement, Experimental Thermal and Fluid Science, Elsevier, 7: 189-201, (1993). [6] Walther K. Translated by Ernest G. C. 1958. Fluid Mechanics, New York, Mc. Graw Hill Book Company. Gambar 7. Pola aliran melewati silinder ganda dipasang In-line 137