SELAMAT DATANG PSIKOLOGI!



dokumen-dokumen yang mirip
Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT?

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK

Ketekunan dalam Menghadapi Ujian & Pencobaan Yak.1:1-11 Ev. Bakti Anugrah, M.A.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1

3 Aspek-aspek Psikoanalitis dari Kepribadian 71

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #36 oleh Chris McCann

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling)

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

DOA. Prinsip: Doa dimulai dengan hubungan kita dengan Tuhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

Hubungan Kita Dengan Allah

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Allah dan Pelayan-Pelayan-Nya 1Tim.3:1-13 Ev. Calvin Renata

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Keterampilan Penting bagi Konselor

Mekanisme dan Taktik Bertahan ; Penolakan Realita Dalam Konseling Oleh : Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )

1Pet.5:1-4; Yeh.34:1-6; Yoh.10:11. Pdt. DR. Stephen Tong

BAHAN SHARING KELOMPOK SEL KELUARGA ALLAH

Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri

B. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik

a) Mencari persatuan. Galatia 2:1-3.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

RESENSI BUKU The Story of Israel: A Biblical Theology

Presented by : Ayu Puspita Sari Psychology 2k11 UIN SA SBY

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

Pertanyaan Alkitab (24-26)

K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH

BAB I PENDAHULUAN. Mellyarti Syarif. Pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Pasien. Disertasi. Kementrian Agama RI. Jakarta hlm.

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

VISI KEBUTUHAN PENERJEMAHAN ALKITAB DI INDONESIA DAN DI SELURUH DUNIA. Roger E. Doriot 1

Bagaimana Aku Dapat Meminta Allah untuk KESEMBUHAN FISIK? Panduan alkitabiah DAVID J. SMITH

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

Ordinary Love. Timothy Athanasios

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

mengatakan, asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mengenal-Nya karena Anugerah

IMAN YANG HIDUP (Yakobus 2:14-26) Hendro Lim

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #27 oleh Chris McCann

oleh Gereja 1Uhan Apa yang Dilakukan untuk Dunia Ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang

UKDW. Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

Seri Kedewasaan Kristen (6/6)

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan

Mengampuni Orang Tua Anda 1

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi

Apakah ada pemurtadan di Indonesia?

UKDW BAB I PENDAHULUAN

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

Wawasan Dunia Kristen 3

BERPIKIR POSITIF MINIMALKAN PARANOID Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si., psikolog*

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang ada dikalangan remaja yang berada pada lingkungan sekolah

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann

Transkripsi:

VERITAS 1/1 (April 2000) 99-104 SELAMAT DATANG PSIKOLOGI! PAUL GUNADI Sewaktu saya sedang berkuliah, seseorang pernah bertanya kepada ibu saya mengenai bidang studi apa yang sedang saya pelajari. Setelah mendengar jawaban bahwa saya sedang belajar psikologi, dengan serta merta ia menasehati ibu saya bahwa psikologi adalah ilmu yang melawan Tuhan dan sebaiknyalah saya menempuh bidang ilmu yang lain. Lebih dari 20 tahun kemudian, komentar tersebut tetap mewakili sebagian pandangan orang Kristen terhadap psikologi. Namun demikian, dengan rasa syukur saya harus mengatakan bahwa sambutan gereja-gereja terhadap sumbangsih ilmu psikologi pada umumnya adalah positif. Seminari pun telah merangkul disiplin ilmu ini dan memasukkannya sebagai mata kuliah ke dalam kurikulum pendidikan teologi. TIDAK KOMPATIBEL DENGAN KEKRISTENAN Sebenarnya kecurigaan kelompok tertentu Kristen terhadap psikologi bukanlah tanpa dasar. Beberapa tokoh psikologi dan sudah tentu pandangan teoretis mereka lebih berkiblat ke arah anti-kristen daripada sebaliknya. Sebagai contoh, Albert Ellis, yang terkenal dengan teori Rational Emotive Therapy-nya, pernah menulis sebuah makalah yang berjudul, There is No Place for the Concept of Sin in Psychotherapy, 1 ( Tidak Ada Tempat bagi Konsep Dosa di dalam Psikoterapi ). Tokoh yang lain, misalnya Eric Fromm, menentang dogma kristiani yang menekankan bahwa tujuan akhir manusia ialah memuliakan Allah sebab baginya Tuhan merupakan sebuah fiksi belaka. 2 Bagi sebagian tokoh psikologi, konsep tentang Tuhan dan eksistensinya bukan saja tidak relevan dengan psikologi, melainkan juga tidak relevan dengan kehidupan manusia modern, titik! Sigmund Freud, tokoh pemula psikologi dan perintis psikoanalisis, dengan sinis mengatakan bahwa kalangan intelektual tidak akan mempercayai konsep tentang Tuhan. 3 Sikap Freud terhadap agama memang tidak ramah. Pada 1 V. C. Grounds, Christianity and Psychotherapy: Two Rival Views of Reality? (Seminary Study Series; tidak dipublikasikan. Denver: Denver Seminary, t. t.). 2 3

100 Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 1907 ia menulis sebuah makalah dengan judul Obsessive Acts in Religious Practices ( Tindak Obsesif dalam Kegiatan Agamawi ) di mana ia menjabarkan pengamatannya tentang perilaku obsesif di dalam kegiatan agamawi. 4 Bagi Freud, agama seolah-olah adalah tongkat penyanggah belaka bagi orang yang lemah. Ia menjelaskan bahwa agama bersumber dari perpanjangan rasa ketidakberdayaan manusia yang muncul pada masa kanak-kanak. 5 Jadi, agama sesungguhnya merupakan ilusi semata dan sarana pertahanan (defense) yang berkembang guna menolong manusia mengatasi kemahaperkasaan alam. 6 Lebih jauh lagi, Freud bahkan mendefinsikan Tuhan tidak lebih dari sekadar proyeksi sosok ayah yang diperbesar dalam kehidupan manusia. 7 Kesimpulan akhir Freud sungguh sederhana: Manusia akan kehilangan iman religiusnya tatkala otoritas sosok ayah dalam hidupnya memudar. 8 Tokoh-tokoh psikologi yang lain tidak jauh berbeda dari Freud meski tidaklah sevulgar Freud. P. C. Vitz mendaftarkan sekurang-kurangnya lima tokoh kontemporer yang telah menelurkan pandangan yang berlawanan dengan iman kristiani, yaitu Carl Jung, Erich Fromm, Carl Rogers, Abraham Maslow dan Rollo May. Menurut Vitz, pandangan mereka pada dasarnya merupakan bentuk penyembahan diri dan bercorak narsisistik karena terlalu menitikberatkan pada pemenuhan atau aktualisasi diri. Ia menjuluki konsep pemuasan diri dalam psikologi modern ini sebagai sebuah agama di mana diri-lah yang disembah dan dikultuskan. Berangkat dari pemahaman ini tidaklah salah jika Vitz berkesimpulan bahwa psikologi sebagai sebuah agama memang bernapaskan anti-kristen. 9 Kita mungkin menghela napas panjang ketika membaca sekilas tinjauan di atas dan mulai bertanya-tanya, Mengapa kita telah membuka pintu dan membiarkan psikologi melenggang masuk ke rumah kita dengan begitu mudahnya? Bukankah lebih tepat jika kita menolak sumbangsih psikologi dan hanya berpegang pada Alkitab? Saya bisa memaklumi reaksi seperti ini sebagaimana saya pun dapat memahami cetusan keprihatinan teman ibu saya itu. Kita tidak dapat dan tidak boleh membiarkan seluruh psikologi masuk, namun kita bisa dan seharusnya 4 N. S. Duvall, On Being Human: A Psychoanalytic Perspective dalam Christian Perspectives on Being Human (J. P. Moreland dan D. M. Ciocchi, eds.; Grand Rapids: Baker, 1993) 151-168. 5 Grounds, Christianity. 6 Duvall, On Being Human. 7 8 Grounds, Christianity. 9 Psychology As Religion: The Cult of Self-Worship (Edisi kedua; Grand Rapids: Eerdmans, 1994).

Selamat Datang Psikologi! 101 mengundang sebagian psikologi masuk. Semua ilmu pengetahuan, termasuk psikologi, harus disaring melalui Alkitab dan saya percaya yang lolos penyaringan akan bermanfaat bagi kehidupan kita di bumi ini. KOMPATIBEL DENGAN KEKRISTENAN Di samping konsep-konsep yang bertentangan dengan Alkitab, ternyata ada cukup banyak pandangan psikologi yang terdapat di dalam (dan tidak bertentangan dengan) Alkitab dan telah menambah pemahaman kita akan hidup ini. Misalnya, psikologi sarat dengan penekanan pada kebutuhan dasar manusia akan hubungan yang intim dengan sesama diwujudkan dalam kasih dan percaya dan tema ini pun banyak ditemukan di Alkitab. 10 Beberapa contoh lainnya seperti kebutuhan akan makna hidup, pertumbuhan emosional, bebas dari rasa bersalah, emosi yang destruktif seperti kecemasan, kemarahan, dan depresi, juga dicatat dan dibahas di Alkitab. 11 Praktek psikoterapi pun sebenarnya tidaklah terlalu berseberangan dengan praktek pelayanan penggembalaan, kalau tidak dapat dikatakan bahwa keduanya sebetulnya bertetangga. Istilah terapis yang kita kenal sekarang berasal dari kata Yunani therapon yang berarti seseorang yang secara dekat dan intim menolong, melayani, dan menyembuhkan. 12 Dalam bahasa Latin, therapon diterjemahkan ministerium yang dalam bahasa Inggrisnya adalah minister atau pelayan. Dengan kata lain, akar dari terapi dan pelayanan sesungguhnya sangat berdekatan. 13 Kenyataannya adalah sebelum psikologi muncul sebagai sebuah bidang ilmu tersendiri, para hamba Tuhan sudah menjalani dan berfungsi sebagai penasehat atau penolong dengan memanfaatkan hikmat yang sekarang kita sebut psikologi. 14 TEOLOGI DI ATAS PSIKOLOGI Meski berdekatan, psikologi dan teologi tidaklah sejajar. Teologi harus menjadi penyaring dan otoritas untuk menyeleksi sumbang pikir psikologi, bukan sebaliknya. Secara historis, teologi jauh lebih mendahului psikologi dalam hal perkembangan dan pematangan pemikirannya. Dari segi epistemologis, sebagai sebuah bidang ilmu, teologi telah memiliki 10 W. T. Kirwan, Biblical Concepts for Christian Counseling (Grand Rapids: Baker, 1984). 11 12 T. C. Ogden, The Historic Pastoral Care Tradition: A Resource for Christian Psychologists, Journal of Psychology and Theology 20/2 (1992) 137. 13 14

102 Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan kemantapan dan kedalaman yang jauh lebih sistematis vis-à-vis psikologi. Dari segi pragmatis, teologi termasuk pelayanan penggembalaan di dalamnya telah menyebarkan faedah yang diakui dan dinikmati oleh lebih banyak orang ketimbang psikologi. Berjuta manusia telah menerima keselamatan dalam Tuhan Yesus dan mengalami perubahan hidup yang drastis sebagai akibat pertobatan mereka suatu bukti khasiat yang tidak mudah diragukan. Sebaliknya, jumlah orang yang mengalami perubahan hidup akibat perkenalan dengan psikologi modern jauh di bawah pertobatan rohani secara kristiani. Perubahan hidup mereka pun tidaklah seradikal perubahan akibat keselamatan dalam Kristus. Namun saya memperhatikan ada sebuah gejala baru di kalangan para pelayan Tuhan yang menganggap diri kurang mampu atau terlatih untuk menangani masalah-masalah kehidupan. Saya melihat adanya bahaya mereduksi tugas hamba Tuhan hanya pada masalah rohani dan kalaupun harus bersentuhan dengan masalah kehidupan, itu pun yang ringan-ringan saja. Dengan tajam C. A. Kolar membagikan pengamatannya, yakni secara tanpa sadar kita telah menerima diktum bahwa yang paling terampil menghadapi masalah kehidupan adalah psikiater, kemudian psikolog klinis, setelah itu psikoterapis, dan terakhir hamba Tuhan. Menurut Kolar, pada akhirnya hamba Tuhan membatasi lingkup pelayanannya pada hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan belaka. 15 Di dalam kuliah-kuliah yang saya ajar, seringkali saya mengingatkan para mahasiswa bahwa dunia kita ini telah berjalan selama ribuan tahun tanpa psikologi. Sebagai sebuah bidang ilmu, psikologi modern baru mencapai perkembangan luasnya sekitar 50 tahun terakhir ini. Kehadiran psikologi tidak menambah perbaikan mutu kehidupan manusia secara drastik, walaupun ia tidak pula menguranginya. Saya kira kita perlu mencermati pengamatan Kolar tadi dan mengubah paradigma pemikiran yang telah mulai berkembang ini. Solusi yang diberikan Kolar sangatlah praktis, yakni perlengkapi para hamba Tuhan dengan keterampilan konseling pada tingkatan profesional agar dapat siap memberi pertolongan yang dibutuhkan dewasa ini. Namun sebelumnya, saya kira kita perlu mendudukkan masalah pada proporsi sebenarnya. Memang betul ada banyak masukan dari psikologi yang dapat bermanfaat bagi pelayanan hamba Tuhan, tetapi sebaliknya dan seharusnya, kita perlu melihat sumbangsih teologi untuk psikologi pula. 15 Solution-Focused Pastoral Counseling (Grand Rapids: Zondervan, 1997).

Selamat Datang Psikologi! 103 TEOLOGI UNTUK PSIKOLOGI Boleh dikata cukup banyak sumbangsih yang dapat diberikan oleh teologi kepada psikologi. J. R. Beck menjabarkan empat keterkaitan antara teologi dan psikologi di mana sumbangsih dari kedua belah pihak dapat saling menguntungkan. 16 Pertama, teologi diperlukan agar kita bisa memahami manusia seutuhnya. Pada hakekatnya psikologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari manusia, namun tanpa pengertian teologis upaya kita memahami manusia tidaklah akan berakhir lengkap. Kedua, teologi melengkapi psikologi dalam upayanya menolong manusia. Beck menjelaskan bahwa psikologi berusaha meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan cara mengidentifikasi problem, mencari tahu penyebabnya dan mengembangkan jalan keluarnya. Dalam konteks ini, psikologi bersifat soteriologis, dan jantung kekristenan soteriologis pula, yakni Kristus telah datang untuk membebaskan manusia dari problem dosa. Ketiga, teologi mengarahkan psikologi untuk memberi pengakuan kepada Allah Pencipta yang terus menjalin hubungan dengan manusia ciptaan-nya. Sebaliknya, psikologi mengajak teologi untuk memberi perhatian kepada penderitaan, kebutuhan, serta keputusasaan manusia, dan bukan hanya pada hal-hal yang bersifat transenden. Keempat, pada saat penciptaan, Tuhan telah memberi mandat kepada manusia untuk menguasai bumi dan segala ciptaan-nya serta untuk mengenal diri kita dan dunia kita. Berdasarkan pemahaman ini, Beck mendorong kita untuk terus mendalami baik teologi maupun psikologi yang dapat menambah pengenalan kita akan dunia dan diri kita. PSIKOLOGI UNTUK TEOLOGI D. Browning memberikan beberapa masukan yang bermanfaat tentang sumbangsih yang dapat diberikan psikologi kepada teologi. Menurutnya, psikodiagnosis sangatlah berfaedah bagi pelayanan konseling di gereja. Ia menjelaskan bahwa teologi menerangkan pelbagai dampak dosa terhadap jiwa manusia dan dosa itu sendiri merupakan penyalahgunaan kebebasan manusia. Gangguan jiwa berhubungan dengan faktor-faktor yang merintangi atau membatasi kebebasan manusia sebelum atau pada saat dosa diperbuat. Dengan kata lain, bagi Browning, diagnosis psikologis dapat membantu hamba Tuhan memahami hal-hal yang merintangi kebebasan 16 The Role of Theology in the Training of Christian Psychologists, Journal of Psychology and Theology 20/2 (1992) 99-109.

104 Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan manusia untuk bertumbuh secara rohani. Sudah tentu diagnosis psikologis tidaklah berfungsi untuk menggantikan penilaian spiritual; ia hanyalah melengkapi diagnosis rohani. Sumbangsih kedua yang bisa dibagikan psikologi adalah pemahaman developmental terhadap kehidupan manusia. Menurut Browning, dengan masukan psikologis ini, hamba Tuhan akan lebih dapat mengerti riwayat perkembangan dari suatu masalah, misalnya latar belakang perkembangan kecemasan, riwayat konflik atau sejarah kecacatan kepribadian yang dimiliki seseorang. 17 KESIMPULAN Melihat fakta-fakta di atas ini, sikap yang berhati-hati terhadap psikologi dan bukan kecurigaan adalah sikap yang perlu terus kita pelihara. Kita tidak perlu membuang psikologi, namun kita juga jangan sampai mendewakan psikologi. Psikologi dalam hal ini konseling bukanlah satu-satunya jawaban terhadap problem manusia; konseling yang bersifat psikologis hanya merupakan satu dari sejumlah jawaban yang ada terhadap problem manusia, sebagaimana diakui oleh C. R. Rogers sendiri. 18 Ada banyak sumber daya yang terdapat dalam firman Tuhan yang kurang tergali atau ini yang lebih menyedihkan kurang dihargai. Browning sendiri pada akhirnya menyimpulkan bahwa apa yang disumbangsihkan psikologi sebenarnya bukanlah hal-hal yang tidak dimiliki oleh kekristenan kita. Ia merangkumnya dengan sangat indah dan tepat: Psikologi menolong kita memilah, mempertajam, menyeimbangkan dan melihat dengan lebih dalam sumber daya yang telah kita miliki. 19 Saya berharap kita semua dapat dengan lega berkata: Selamat datang psikologi! tanpa berharap terlalu banyak atau terlalu sedikit darinya. 17 Psychology in the Service of the Church, Journal of Psychology and Theology 20/2 (1992) 127-136. 18 Counseling and Psychotherapy (Boston: Houghton Mifflin, 1942). 19 Psychology in the Service of the Church 135.