STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN DAN STATUS GIZI ATLET DI PUSDIKLAT OLAHRAGA PELAJAR SUDIANG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

GAMBARAN REMAJA OBESITAS TENTANG PENGETAHUAN POLA MENU SEIMBANG DI SMPN 30 MAKASSAR

TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI SISWA SMU PGRI KABUPATEN MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA NEGERI 4 MANADO

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

KECUKUPAN DAN STATUS GIZI SISWA SMU DHARMA PANCASILA MEDAN SERTA KAITANNYA DENGAN INDEKS PRESTASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

ASUPAN GIZI MAKRO, PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI KAWASAN PEMBUANGAN AKHIR MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa. latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI PEGAWAI DINAS KESEHATAN SULAWESI SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

1 Universitas Indonesia

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 KINTAMANI Remaja merupakan sebuah transisi

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Asupan Energi, Asupan Protein, Status Gizi, Pelajar SMP

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

STATUS GIZI DAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN MACCINI KECAMATAN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia Tahun

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

POLA MAKAN ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD WILAYAH KELURAHAN CEMPAKA

Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

GAMBARAN POLA MAKAN DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO PADA REMAJA GEMUK DI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR JURUSAN GIZI

Jurnal Respati, Kesehatan, Vol. 2, No. 1, April 2012: 1 5 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : NUR KHASANAH J


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BAYI DI KELURAHAN BIRA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KEBUGARAN FISIK DAN IMEJ TUBUH DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SMA Dl KOTA BANDA ACEH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP KRISTEN TATELI KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA SMP NEGERI 4 TOMPOBULU KABUPATEN BANTAENG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

Transkripsi:

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO Agustian Ipa 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar ABSTRACT Background : Physical growth and maturation process of bodily functions is a process that occurs in adolescence. Is someone in later adult life was short in stature or tall, skinny or fat, sluggish or energetic, tenacious, or resignation, largely determined by the state of nutrition and health in adolescence Objective : This research aims to reveal the nutritional status of adolescents in Majauleng based diet and sports activities in the Junior High School 2 Majauleng Wajo Year 2005. Method : This research is an observational study with a descriptive approach. The population in this study were all students at Junior High School 2 Majauleng which amounts to 189 people. The sample is students who are in Junior High School 2 Majauleng much as 72 students. Data obtained by direct interview method of respondents using a questionnaire (questionnaire), a food frequency and 24-hour food recall, and measurement of weight and height. Results : The results showed that out of 22 respondents (30.6%) who had normal nutritional status by eating less and 46 respondents (63.9%) who had normal nutritional status with diet enough. 22 respondents (30.6%) who had normal nutritional status with less energy intake and 46 respondents (63.9%) who had normal nutritional status with adequate energy intake. 45 respondents (62.5%) who had normal nutritional status with protein intake less and 23 respondents (31.9%) who had normal nutritional status with protein intake is adequate. 48 respondents (66.7%) who had normal nutritional status with regular exercise activities and only 20 respondents (27.8%) who had normal nutritional status with no regular sports activities. Key words: Nutritional Status, Diet, Physical Activity, Adolescent LATAR BELAKANG Pada dasarnya tumbuh kembang seseorang yang merupakan daur kehidupan, berlangsung secara berkesinambungan, dalam arti setiap tahap ditentukan oleh tahap sebelumnya dan akan menentukan tahap selanjutnya, seperti halnya pada remaja yang dikenal sebagai masa percepatan (Growth Spurt) yang merupakan kondisi yang dipengaruhi oleh tahap sebelumnya, yaitu masa anak-anak, balita, bahkan sejak masa dalam kandungan (Savitri Sayogo, 2006). Pertumbuhan fisik dan proses pematangan fungsi-fungsi tubuh adalah proses yang terjadi pada usia remaja. Apakah seseorang pada usia dewasanya kelak berbadan pendek atau jangkung, kurus atau gemuk, lamban atau energik, ulet atau pasrah, banyak ditentukan oleh keadaan gizi dan kesehatan pada masa remaja. Tingginya kejadian malzat gizi pada remaja bisa disebabkan karena remaja sebagai masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang membutuhkan asupan gizi yang adekuat. Remaja juga merupakan kelompok yang rentan terhadap pengaruh lingkungan, dapat mempengaruhi gaya hidup remaja termasuk kebiasaan mengkonsumsi makanan. Sebagian, remaja puteri memilih melewatkan dua kali 1

waktu makan dan lebih memilih makanan jajanan. Padahal, jajanan sebagian besar hampa kalori dan sedikit zat gizi. Tidak sedikit survey yang mencatat ketidakcukupan asupan zat gizi para remaja akibat kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan yang berlebihan. Sebuah penelitian yang dilakukan di 6 kota di Indonesia, menunjukkan bahwa sekitar 15,20% remaja mengkonsumsi fast food sebagai santapan siangnya. Angka yang sangat berbahaya dan harus segera ditanggulangi. Apalagi jika mengingat bahwa makanan siap saji tersebut memiliki kandungan energi yang tidak terlalu tinggi, namun kandungan lemak sangat tinggi. Hal ini jika dikonsumsi secara terus menerus, maka remaja dapat mengalami kegemukan (Khomsan, 2003). Di Propinsi Sulawesi Selatan bahwa ada kecenderungan peningkatan jumlah remaja yang mengalami gizi kurang. Dari hasil pemantauan status gizi remaja terlihat bahwa prevalensi Energi Protein (KEP) nyata sebesar 5,3% pada tahun 1997 menjadi 14,7% pada tahun 1998 (Depkes RI, 1999). Kondisi tersebut diatas terjadi karena jenis dan jumlah asupan gizi yang masuk dalam tubuh remaja tidak sesuai dengan jumlah METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui gambaran status gizi berdasarkan pola makan dan aktivitas olahraga. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli- September 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa yang ada di SLTP Negeri 2 Majauleng yang berjumlah 189 orang. Sampel adalah siswa yang ada di SLTP Negeri 2 Majauleng sebanyak 72 orang siswa. Data diperoleh dengan metode wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner), food frequensi dan food recall 24 jam, serta pengukuran berat badan dan tinggi badan. HASIL PENELITIAN Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi responden menurut umur berikut ini : kebutuhannya. Di SLTP perbaikan pola makan, juga harus disertai dengan kebiasaan olah raga. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh yang justeru akan semakin mengakibatkan remaja mengalami masalah kegemukan.. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya pola konsumsi pada salah satunya yaitu karena faktor rendahnya pendapatan orang tua juga. Karena rendahnya daya beli masyarakat menyebabkan bahanbahan yang mengandung zat gizi tinggi tidak mampu dibeli oleh masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwan Zaki (1999) di SMP Negeri 1 Sengkang diketahui bahwa 12,3% remaja puteri tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi disebabkan karena faktor rendahnya pendapatan orang tua (Irwan, 1999). Olahraga dibutuhkan bagi remaja khususnya remaja dengan status gizi obesitas sebagai faktor pendukung untuk pencapaian status gizi baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas olahraga memiliki pengaruh 23,7% dalam membantu menurunkan berat badan dan mencapai status gizi yang baik. Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur (Tahun) 13 14 15 n % 14 32 26 19.4 44.4 36.1 Pada tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan umur, yang tertinggi adalah yang berumur 14 tahun sebanyak 32 responden (44.4%) sedangkan yang terendah adalah yang berumur 13 tahun yaitu sebanyak 14 responden (19.4%). Pekerjaan Orang Tua Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi pekerjaan orangtua responden berikut ini : 2

Tabel Distribusi Pekerjaan Orang Tua Responden Pekerjaan Orang Tua PNS Petani Wiraswasta n % 7 58 7 9.7 80.6 9.7 Pada tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi pekerjaan orang tua responden, yang tertinggi adalah Petani sebanyak 58 responden (80.6%) sedangkan yang terendah adalah PNS dan Wiraswasta yaitu masing-masing sebanyak 7 responden (9.7%). dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Distribusi Responden n % 1 68 3 1.4 94.4 4.2 Pada tabel 3 di atas nampak bahwa distribusi status gizi responden, yang tergolong normal sebanyak 68 responden (94.4%) sedangkan yang tergolong gemuk sebanyak 3 responden (4.2%), dan hanya 1 responden (1.4%) yang memiliki status gizi kurus. Aktivitas Olahraga Distribusi aktivitas olahraga responden dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini : Tabel 4 Distribusi Aktivitas Olahraga Responden Aktivitas Olahraga n % Teratur Tidak Teratur 52 20 72.2 27.8 Pada tabel 4 di atas nampak bahwa distribusi aktivitas olahraga responden, yang tergolong teratur sebanyak 52 responden (72.2%) sedangkan yang tergolong tidak teratur sebanyak 20 responden (27.8%). Sedangkan distribusi responden berdasarkan jenis olah raga dapat di lihat pada tabel 5 berikut : Tabel 5 Distribusi Jenis Olahraga Responden Jenis Olahraga n % Sepak Bola Basket Bola Volly Lain-Lain 14 18 23 17 19.4 25.0 31.9 23.6 Pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa distribusi jenis olahraga responden, yang tertinggi ialah bola volly sebanyak 23 responden (31.9%) sedangkan yang terendah ialah sepak bola sebanyak 14 responden (19.4%). berdasarkan aktivitas olahraga dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 6 Distribusi berdasarkan Aktivitas Olahraga Responden Aktivitas Olahraga Teratur Tidak Teratur 1 1.4 0 0.0 1 1.4 48 66.7 20 27.8 68 94.4 3 4.2 0 0.0 3 4.2 Jumlah 52 72.2 20 27.8 72 100 Pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden, 48 responden (66.7%) yang memiliki status gizi normal dengan aktivitas olahraga teratur dan hanya 20 responden (27.8%) yang memiliki status gizi normal dengan aktivitas olahraga tidak teratur. 3

Pola Makan Distribusi pola makan responden dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini : Tabel 7 Distribusi Pola Makan Responden Pola Makan n % 24 48 33.3 66.7 Pada tabel 7 di atas nampak bahwa distribusi pola makan responden, yang tergolong kurang sebanyak 24 responden (33.3%) sedangkan yang tergolong cukup sebanyak 48 responden (66.7%). berdasarkan aktivitas olahraga dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 8 Distribusi berdasarkan Pola Makan Responden Tabel 9 Distribusi Asupan Zat Gizi Responden Asupan Zat Gizi Kalori Protein n % n % 24 48 33.3 66.7 25 47 34.7 65.3 72 100 Pada tabel 9 di atas nampak bahwa distribusi asupan zat gizi responden, untuk asupan kalori yang tergolong kurang sebanyak 24 responden (33.3%) sedangkan yang tergolong cukup sebanyak 48 responden (66.7%). Sedangkan untuk asupan protein yang tergolong kurang sebanyak 25 responden (34.7%) sedangkan yang tergolong cukup sebanyak 47 responden (65.3%). berdasarkan asupan energi dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 10 Distribusi berdasarkan Asupan Energi Responden Status Gizi Pola makan 1 1.4 0 0.0 1 1.4 22 30.6 46 63.9 68 94.4 1 1.4 2 2.8 3 4.2 Asupan Energi 1 1.4 0 0.0 1 1.4 22 30.6 46 63.9 68 94.4 1 1.4 2 2.8 3 4.2 Jumlah 24 33.3 48 66.7 72 100 Jumlah 24 33.3 48 66.7 72 100 Pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden, 22 responden (30.6%) yang memiliki status gizi normal dengan pola makan kurang dan 46 responden (63.9%) yang memiliki status gizi normal dengan pola makan cukup. Asupan Zat Gizi Distribusi asupan zat gizi responden dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini : Pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden, 22 responden (30.6%) yang memiliki status gizi normal dengan asupan energi kurang dan 46 responden (63.9%) yang memiliki status gizi normal dengan asupan energi cukup. berdasarkan asupan protein dapat di lihat pada tabel berikut : 4

Tabel 11 Distribusi berdasarkan Asupan Protein Responden Status Gizi Asupan Protein 0 0.0 1 1.4 1 1.4 45 62.5 23 31.9 68 94.4 2 2.8 1 1.4 3 4.2 Jumlah 47 65.3 25 34.7 72 100 Pada tabel 11 di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden, 45 responden (62.5%) yang memiliki status gizi normal dengan asupan protein kurang dan 23 responden (31.9%) yang memiliki status gizi normal dengan asupan protein cukup. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengumpulan data, menunjukkan bahwa distribusi status gizi responden dengan menggunakan kategori IMT, yang tergolong kurus sebanyak 1 responden (1.4%), normal sebanyak 68 responden (94.4%) dan gemuk sebanyak 3 responden (4.2%). Penilaian status gizi adalah perbandingan keadaan gizi atau status menurut hasil pengukuran terhadap standar yang sesuai dari individu atau kelompok masyarakat tertentu. Apabila makanan tidak memenuhi kebutuhan akan zat-zat gizi maka akan terjadi masalah kekurangan zat gizi. Sebab makanan adalah kunci dari kesehatan dan khususnya bagi remaja, dimana makanan tidak hanya menentukan kesehatan masa kini, tetapi juga berpengaruh terhadap kehidupan anak itu selanjutnya, sebab fungsi makanan itu sendiri adalah sebagai sumber tenaga, untuk pertumbuhan, perkembangan, mengganti serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. (Moedji Sjahmien, 1986). Menurut Soekirman (1999/2000) berdasarkan hasil temuan UNICEF (1998), penyebab langsung gizi kurang ialah makanan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi. Arisman (2004) lebih jauh menjelaskan bahwa terdapat tiga alasan remaja dikategorikan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh sehingga memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan pola makan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, aktivitas yang tinggi meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi. Aktivitas Olahraga Distribusi aktivitas olahraga responden, menunjukkan bahwa yang tergolong teratur sebanyak 52 responden (72.2%) sedangkan yang tergolong tidak teratur sebanyak 20 responden (27.8%). Sedangkan jenis olahraga responden, yang tertinggi ialah bola volly sebanyak 23 responden (31.9%) sedangkan yang terendah ialah sepak bola sebanyak 14 responden (19.4%). Jika dilihat distribusi status gizi responden berdasarkan aktivitas olahrag menunjukkan bahwa dari 72 responden, 48 responden (66.7%) yang memiliki status gizi normal dengan aktivitas olahraga teratur dan hanya 20 responden (27.8%) yang memiliki status gizi normal dengan aktivitas olahraga tidak teratur. Menurut Sediaoetama (1996), kebutuhan zat-zat gizi dipengaruhi oleh berat badan, umur, jenis kelamin dan aktifitas. Pada masa remaja dengan pertumbuhannya yang pesat selain dibutuhkan energi yang cukup, zatzat gizi lain yang khusus perlu mendapat perhatian adalah protein, mineral dan vitamin, selain untuk memenuhi kebutuhan dalam fase pertumbuhan juga pemenuhan tingkat aktifitas. Masukan zat gizi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi setiap hari harus dapat memenuhi kebutuhan. Jika masukan zat gizi dari makanan tidak seimbang dengan kebutuhan maka akan terjadi defisiensi zat gizi, yang termenifestasi oleh adanya gejala yang timbul. Pada remaja kemungkinan akan menderita kurang zat gizi yang berdampak kepada pertumbuhan, perkembangan dan prestasinya. Penyelesaian masalah gizi bukanlah sekedar menentukan berapa banyak seseorang harus makan, dan bahan makanan apa yang harus dimakan, jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh seseorang yang menjadi sumber masukan zat gizi bagi tubuh, juga ditentukan pula oleh berbagai faktor, baik faktor sosial, faktor budaya, kebiasaan dan kesukaan, 5

pengetahuan dan tingkat pendidikan maupun faktor ekonomi (Moehji, 2003). Pola Makan Berdasarkan hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa yang tergolong kurang sebanyak 24 responden (33.3%) sedangkan yang tergolong cukup sebanyak 48 responden (66.7%). Responden yang memiliki status gizi normal kebanyakan memiliki pola makan yang cukup. Menurut Sanjur (1982), para remaja yang duduk di sekolah SLTP atau SLTA berada pada masa transisi dari dunia kanak-kanak ke dunia dewasa secara langsung atau tidak langsung mereka memerlukan pembinaan dari sudut perkembangan jasmani, intelektual, mental sosial dan cara-cara yang terkait dengan konsumsi makanan mereka. Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan pola makan remaja ialah semakin banyaknya jenis makanan baru yang berada disekitarnya, hal tersebut mendorong mereka untuk mencoba makanan baru tersebut, mengingat masa remaja adalah masa yang paling muda terpengaruh oleh perubahan-perubahan terutama dalam hal konsumsi makanan. Asupan Zat Gizi KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden yang memiliki status gizi normal dengan pola makan cukup 2. Responden yang memiliki status gizi normal sebagian besar memiliki asupan energi tergolong cukup. Hasil pengumpulan data menunjukkan berdasarkan asupan energi menunjukkan bahwa dari 72 responden, 22 responden (30.6%) yang memiliki status gizi normal dengan asupan energi kurang dan 46 responden (63.9%) yang memiliki status gizi normal dengan asupan energi cukup. Secara umum terlihat juga bahwa responden yang memiliki status gizi normal umumnya mempunyai asupan protein yang kurang. Menurut Sediaoetama (1997), status gizi seseorang sangat tergantung dari tingkat konsumsinya, sedangkan tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lainnya. Kualitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi yang sebaik-baiknya Pada dasarnya masalah gizi yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh kekurangan gizi sejak dilahirkan. Status gizi yang buruk pada masa bayi berkorelasi dengan pertumbuhan dimasa remaja. Pada masa remaja, lingkungan memberikan pengaruh yang besar terhadap status gizinya. Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja adalah kekurangan energi dan protein. 3. Kebanyakan responden memiliki asupan protein cukup. 4. Uumumnya responden yang memiliki status gizi normal memiliki aktivitas olahraga teratur. DAFTAR PUSTAKA Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Depkes RI, Hasil Pemantauan Depkes RI, Kanwil Propinsi Sulawesi Selatan, 1998/1999 Khomsan, Ali, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003 Khumaidi, M, Gizi Masyarakat,Gunung Mulya Jakarta, 1994 Savitri Sayogyo. Ancaman Kesehatan di Balik Kegemukan, wwwinfokes, 01 Nov 2006 6