BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM (Analisis. Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BUPATI BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan pada dasarnya terbentuk melalui sejarah yang panjang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

Bab 2 DATA DAN ANALISIS. Data dan sumber informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI. ABSTRAK...ii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...ix. DAFTAR LAMPIRAN...xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kekhasan budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang tidak terhitung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

Kajian Perhiasan Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan disektor industri adalah salah satu sasaran pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan budaya itu adalah tenun. Tenun merupakan salah satu keanekaragaman warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan karena dapat memperkaya ciri khas bangsa Indonesia dengan motif dan coraknya yang beraneka ragam. Perbedaan letak geografis Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau mengakibatkan keragaman jenis kain dan ragam hiasnya tersebut. Pendapat tersebut diperkuat oleh Kartiwa (2007: 9) bahwa: Keragaman kain-kain tradisional dihasilkan oleh perbedaan geografis yang mempengaruhi corak hidup setiap suku bangsa di Nusantara. Perbedaan iklim mempengaruhi flora dan fauna yang ada dilingkungannya juga mempunyai andil besar terhadap perbedaan gaya hidup dan mata pencaharian sebuah kelompok masyarakat, sehingga satu yang berbeda dengan yang lainnya. Tenun adalah kain tradisional Indonesia yang diproduksi di berbagai wilayah Nusantara seperti Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok, dan Sumbawa. Tenun yang dihasilkannya pun berbeda-beda dan memiliki makna, nilai sejarah, dan teknik yang berbeda juga. Hal ini terlihat dari segi warna, ragam hias, dan jenis bahan serta benang yang digunakan. Keahlian bangsa Indonesia dalam membuat kain tenun dapat dilihat dari ragam hiasnya yang tidak terlepas dari makna dan nilai sejarah dari para leluhurnya dahulu. Kain tenun yang dipakai untuk pakaian sehari-hari memakai motif yang sederhana berbeda dengan busana adat yang dijadikan busana pembesar kerajaan pada waktu upacara adat, busana untuk pengantin, kain samping untuk pria, perlengkapan peralatan adat yang memakai kain yang khusus, dan motif yang mempunyai simbol dan makna tertentu. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis dan motif tenun di seluruh Nusantara. Di Batak dikenal dengan ulos, di Bali dengan tenun geringsing, di

2 Palembang dengan tenun songketnya dan pulau Jawa sendiri memiliki motif yang berbeda dan menarik yang berbeda dengan provinsi lainnya. Ada beberapa wilayah di Jawa yang memiliki tenun dengan motif-motif yang beraneka ragam seperti di Jepara terdapat tenun troso, di Banten terkenal dengan tenun baduy dan juga di Jawa Barat terdapat kain tenun ikatnya. Teknik penciptaan tenun ikat ini lebih rumit dan paling lama dalam proses pembuatannya. Setiap lembar benang diikat terlebih dahulu dalam membuat ragam hiasnya dengan motif tertentu kemudian dicelupkan ke dalam bahan pewarna. Proses tersebut membutuhkan kemahiran dan kreativitas yang tinggi dari pembuatnya. Kabupaten Garut yang tidak hanya dikenal dengan produksi dodolnya saja. Di kabupaten ini masih tersimpan banyak sekali produk-produk yang sudah dikenal oleh masyarakat Jawa Barat maupun oleh masyarakat luar provinsi, salah satunya adalah kain sutera. Garut sudah terkenal sebagai daerah penghasil sutera, mulai dari bahan sutera hingga tenunnya. Industri pertama sutera alam di Garut, di pelopori oleh Bapak H. Aman Sahuri yang membudidayakan ulat sutera sebagai bahan sarung tenun. Tenun ikat di Garut sudah ada sejak tahun 1960 yang menyebabkan tenun ikat beraneka warna itu mulai berkembang di Garut. Tetapi, pada tahun 1982 dengan banyaknya batik di Indonesia khususnya Garut sendiri maka tenun ikat ini perlahan menghilang. Sehingga menuntut para perajin tenun untuk memproduksi kain tenun polos putihan yang menjadi bahan dasar batik. Industri tenun Garut sekarang telah menunjukkan peningkatan dan inovasi yang kreatif yang bisa dilihat dari perkembangan industri tenun di wilayah tersebut meskipun untuk bahan dasar membuat tenun yaitu sutera sekarang masih menggunakan bahan baku yang didatangkan dari Cina. Masuknya benang sutera dari Cina dahulu membuat jatuh industri pengembangan sutera alam di Garut. Sutera tersebut harganya sangat murah dan kualitasnya lebih bagus daripada sutera alam di Garut sehingga pasokan bahan dasar untuk membuat tenun menyebabkan biaya proses produksi yang sangat tinggi. Industri tenun di Garut akhirnya lebih memilih sutera yang berasal dari Cina dibandingkan dengan produk lokal sendiri. Sampai saat ini pemerintah juga masih mempelajari dan

3 mengupayakan supaya pengembangan sutera alam di Garut dapat diproduksi kembali. Di berbagai wilayah di Indonesia pola untuk membuat kain tenun ikat ini hampir sama tetapi tetap mempunyai ciri, keunikan, dan kekhasan tersendiri. Di Garut terdapat industri kreatif di Kampung Tenun Panawuan dengan bahan sutera alam yang memproduksi tenun ikat yang menambah kerajinan tenun asal Garut. Kampung Tenun ini adalah binaan dari CTI (Cita Tenun Indonesia) dan PT PGN (Perusahaan Gas Negara) Tbk melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang baru diresmikan pada tanggal 27 Juni 2012 oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Pangestu dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan nilai tambah akan kerajinan tenun asal Garut. CTI adalah sebuah perkumpulan yang bekerja untuk melestariakan, mengembangkan pembinaan, dan memasarkan kain tenun Indonesia. Selain itu, CTI membuat perubahan serta melakukan pembinaan dalam mensejahterakan perajin tenun di Indonesia. Sedangkan PGN adalah sebuah perusahaan yang mempunyai sebuah program kemitraan dan program bina lingkungan. Program Kemitraan tersebut adalah menyaluran pinjaman serta membina pemberdayaan ekonomi masyarakat. Adanya program tersebut PGN bekerja sama dengan CTI sehingga Desa Panawuan menjadi binaan dari mereka. Kampung Tenun tersebut adalah tempat industri tenun produksi rumahan yang membuat kain tenun ikat dan sulaman yang berada di Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kampung tenun baru didirikan selama dua tahun dalam pembuatan kain tenun ikat bermotif dengan bahan sutera alam yang sebelumnya hanya membuat tenun putihan saja. Maka dengan didirikannya Kampung Tenun yang baru memproduksi tenun bermotif, penulis sangat tertarik untuk meneliti seperti apakah ornamen tenun ikat dengan bahan sutera alam Garut yang dibuat di Kampung Tenun tersebut. Penulis bermaksud untuk meneliti proses pembuatan dan ornamen tenun hasil dari kain tenun ikat dengan bahan sutera alam yang sangat menarik perhatian untuk digali dan dijadikan objek penelitian. Selain itu, penulis bermaksud untuk membuat referensi tentang kain tenun ikat yang menjadi cikal bakal kain tenun di

4 Garut yang sudah mulai redup yang kebanyakan sekarang memproduksi kain tenun Garut hanya putihan saja. Keberadaan kain tenun di Jawa khususnya di Garut yang memproduksi teknik ikat harus dilestarikan karena tenun dapat memperkaya ciri khas bangsa dan telah merambah ke berbagai negara. Indonesia merupakan suatu negara yang kaya dengan daerah-daerah penghasil tenun. Dilihat dari daerah-daerah penghasil tenun seperti di Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan untuk daerah Indonesia Timur kekuatan tenun lebih dikenal pada tenun yang disebut tenun ikat. Maka tenun ikat di Garut yang telah lama hilang harus dilestarikan. Seperti pernyataan yang disebutkan oleh Soewarni (Marah, 1982: 4) bahwa: Teknik ikat inilah yang membawa nama besar kain tenun Indonesia, sehingga banyak dicari oleh para wisatawan asing maupun museum. Pernyataan tersebut diperjelas juga oleh Latifah (2012: 2) bahwa: Tenun dapat merambah ke berbagai negara dikarenakan motif dan coraknya yang sarat makna dan nilai sejarah yang sangat tinggi. Apalagi motif dan corak tenun yang dihasilkan disetiap daerah berbeda-beda dan memiliki nilai teknik yang tinggi, baik dari segi warna, motif, jenis bahan, dan benang yang digunakan. Adanya kegiatan penelitian ini, penulis khususnya ingin memberikan referensi dan penyebaran informasi bagi warga Indonesia tentang kebudayaan Indonesia yang sekaligus bermaksud untuk meningkatkan kesadaran berbudaya masyarakat untuk menghargai, menghayati dan mengembangkan nilai luhur budaya bangsa, khususnya generasi muda. Penelitian ini diutamakan pada kain tenun ikat dengan bahan sutera alam di Kampung Tenun Panawuan Garut, sehingga bisa bermanfaat dalam membantu pengembangan kebudayaan nasional dan dapat dicintai dan dibanggakan oleh masyarakat di Indonesia. Ornamen tenun ini ditulis secara mendalam oleh penulis dalam karya tulis skripsi yang berjudul: KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut).

5 B. Rumusan Masalah Peneliti dalam penelitian ini akan membatasi penelitian hanya pada proses pembuatan dan ornamen kain tenun ikat dengan bahan sutera alam yang dihasilkan oleh Kampung Tenun Panawuan Garut dengan rumusan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembuatan kain tenun ikat dari bahan sutera alam yang dihasilkan oleh Kampung Tenun Panawuan Garut? 2. Bagaimana ornamen yang terdapat pada kain tenun ikat dengan bahan sutera alam yang dihasilkan oleh Kampung Tenun Panawuan Garut? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses pembuatan pada kain tenun ikat dari bahan sutera alam dari proses pemasakan benang atau gumingan sampai proses pembuatan kain tenun ikat yang dihasilkan Kampung Tenun Panawuan Garut. 2. Untuk mengetahui dan mendokumentasikan jenis, bentuk, garis dan warna serta prinsip penerapan motif pada tenun ikat berupa komposisi, keseimbangan, dan irama pada ornamen kain tenun ikat dari bahan sutera alam yang dihasilkan Kampung Tenun Panawuan Garut. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi Penulis a. Menambah wawasan dan gambaran tentang seni terapan, khususnya tenun di Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat. b. Dapat memperoleh penjelasan secara menyeluruh berkenaan dengan proses pembuatan dan ornamen pada kain tenun ikat di desa di Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

6 c. Memperdalam apresiasi dan rasa cinta terhadap karya seni rupa, khususnya seni kriya atau terapan. 2. Bagi Pembaca: a. Menambah wawasan secara teoritis mengenai proses pembuatan dan ornamen yang terkandung pada kain tenun ikat di di Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat. b. Memperdalam apresiasi dan rasa cinta terhadap karya seni, khususnya seni kriya. c. Sebagai bahan rujukan atau dokumentasi bagi keperluan-keperluan yang relevan. 3. Bagi Perajin atau Seniman Penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi perajin untuk lebih berkreasi baik dalam segi teknis maupun estetisnya sehingga akan lebih diminati oleh masyarakat. 4. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya yang berada di Kabupaten Garut. 5. Bagi Masyarakat a. Menjadi bahan observasi dan referensi bagi masyarakat yang membutuhkan pengetahuan tentang tenun di Indonesia. b. Sebagai motivasi bagi masyarakat untuk memanfaatkan keterampilan dan kreatifitas sehingga memajukan perekonomian rakyat. c. Sebagai upaya melestarikan budaya bangsa khususnya tenun agar dicintai dan dibanggakan oleh masyarakat di Indonesia. 6. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Seni Hasil penelitian ini akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan seni tentang tenun, khususnya tenun di Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

7 E. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN Bab Pendahuluan di dalamnya membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB II. KAJIAN TEORETIS Bab Kajian Teoritis didalamnya membahas mengenai deskripsi teori dan kerangka teori. Deskripsi teori yaitu teori-teori yang bersangkutan mengenai judul penelitian. Kerangka berpikir yaitu kesimpulan peneliti mengenai teori-teori yang dibahas sebelumnya. Adapun yang dibahas dalam bab ini adalah teori yang berkaitan dengan proses pembuatan dan ornamen pada kain tenun ikat dengan bahan sutera alam di Kampung Tenun Panawuan Garut. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab Metodologi penelitian didalamnya membahas mengenai metode penelitian, objek penelitian, dan teknik penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang menggambarkan masalah aktual dengan jalan mengumpulkan, menguraikan, menafsirkan, serta menganalisis data dengan pendekatan kualitatif. BAB IV. HASIL PENELITIAN Bab hasil penelitian didalamnya dibahas mengenai deskripsi data penelitian, analisis data penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. Bab ini akan menguraikan penjelasan hasil penelitian mengenai proses pembuatan dan ornanamen pada tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan Garut. BAB V. PENUTUP Bab ini di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran. Kesimpulan di sini yaitu kesimpulan dan teori-teori dan hasil penelitian. Saran yaitu masukanmasukan yang berdasarkan hasil penelitian di Kampung Tenun Panawuan Garut.