BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam meliputi sumber daya lahan, hutan, air, dan mineral.

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

ANALISIS LUAS LAHAN GARAPAN PER RUMAH TANGGA PETANI DI SELURUH KECAMATAN DAS CITARUM HULU

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan cara menggalakan

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

REHABILITASI DAN KONSERVASI DAERAH HULU SUNGAI CITARUM. Oleh: Wahyu Sukiman Komar Kosasih Achmad Pranusetya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PRODUSER PENELITIAN. Metode Deskriptif Eksploratif, dalam metode yang mengungkap masalah atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001)

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti tanah longsor, banjir, kekeringan dan kerusakan lahan-lahan pertanian. Karena itu dalam pemanfaatan lahan harus memperhatikan aspek-aspek konservasi tanah dan air agar dapat memberikan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. Pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan aspek konservasi tanah tersebut juga dapat menyebabkan kerusakan lahan, seperti aktifitas-aktifitas yang telah berkembang luas dengan bercocok tanam di daerah pegunungan atau hulu sungai, pembukaan hutan untuk pertanian, dan pemanfaatan lahan kering di daerah yang berlereng curam sebagai areal pertanian dimana lahan tersebut rawan erosi. Berdasarkan peta penggunaan lahan dan dari data monografi dari tiap kecamatan yang masuk kedalam daerah tangkapan Ci Pamokolan, diperoleh data bahwa sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian lahan kering dengan luas sebesar 1.491,54 Ha, dari seluruh luas daerah tangkapan Ci Pamokolan sebesar 2.419 Ha. Sehingga pertanian yang umumnya diusahakan adalah pertanian lahan kering. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dan Gambar 1.1 di bawah ini :

2 Tabel 1.1 Penggunaan Lahan Daerah Tangkapan Ci Pamokolan No Penggunaan Lahan Luas (Ha) % 1 pemukiman 633,4 26,18 2 ladang 1.001 41,38 3 sawah tadah hujan 33,04 1,37 4 sawah irigasi 197,5 8,16 5 kebun 259,2 10,72 6 tanah kosong 175,8 7,27 7 bangunan 32,62 1,35 8 semak belukar 86,44 3,57 JUMLAH 2.419 100 Sumber : Monografi Kecamatan tahun 2007 Gambar 1.1 Persentase Penggunaan Lahan Daerah Tangkapan Ci Pamokolan Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kawasan pangan lahan kering memiliki persentase yang peling besar, yaitu 52,1 % dengan ladang 41,38 % dan kebun 10,72 %. Komoditas hasil pertanian yang utamanya adalah padi, jagung, ketela pohon, kentang, dan tomat. Maka, sangat diperlukan upaya pengawetan atau konservasi lahan pada daerah tangkapan Ci Pamokolan terutama daerah Kecamatan Cimenyan yang merupakan bagian dari kawasan Ci Tarum hulu.

3 Pengolahan dan pemanfaatan lahan kering yang dilakukan petani kurang memperhatikan teknik konservasi yang baik untuk mencegah pengikisan air, yaitu masih memberlakukan kemiringan lahan yang berbeda dengan teknik konservasi yang sama. Tanaman semusim yang diusahakan petani berada pada variasi lereng miring bergelombang sampai curam. Perlakuan tanah juga masih menggunakan cara tradisional, dimana lahan-lahan yang memiliki kelas kemampuan lahan III dan IV, petani hanya menggunakan bangunan-bangunan konservasi sederhana, akibatnya laju erosi terus mengalami peningkatan. Erosi tanah pada lahan kering merupakan salah satu masalah ekologi yang menghawatirkan, tingkat erosi yang terjadi pada beberapa daerah aliran sungai (DAS) terus meningkat dari waktu ke waktu. Oleh karena itu kesuburan tanah terus merosot, keseimbangan hidrologi terganggu, sumber-sumber air mengering, ketersediaan air untuk irigasi dataran rendah berkurang, serta terjadinya peningkatan frekuensi dan volume banjir. Pada umumnya usahatani lahan kering yang dilakukan petani adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Oleh karenanya pemilihan jenis tanaman yang diusahakan masih berorientasi pada jenis komoditas subsisten, seperti padi gogo, jagung, kacang tanah dan ubi kayu. Sistem usaha tani yang demikian, disadari maupun tidak, akan mengakibatkan lahan tidak produktif dan mempercepat terbentuknya lahan kritis. Saat ini di Indonesia terdapai ± 12,5 juta hektar lahan kritis yang tersebar di 39 Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ( Dinas Pertanian

4 Kabupaten Bandung 2003). Salah satu upaya dalam rangka merehabiliasi lahan kritis dan mengurangi laju pertumbuhannya serta meningkatkan taraf hidup petani, adalah melalui pengembangan pola usahatani terpadu yaitu intensifikasi pertanian di lahan kering dan penerapan teknik konservasi tanah. Jumlah lahan kritis di Provinsi Jawa Barat tercatat seluas 601.632 Ha, sebagian besar terdapat dilahan hutan milik rakyat yang terbagi dalam kerusakan dilahan hutan konservasi seluas 21.335 Ha, kerusakan di hutan lindung 27.689 Ha, lahan hutan produksi 112.689 Ha, dan hutan rakyat 439.919 Ha. (Pikiran Rakyat Cyber Media, Sabtu 26 Juli 2008 ). Kendala utama yang dihadapi dalam pengelolaan lahan kering adalah cepatnya penurunan produktivitas tanah. Pada tanah bervegasi hutan asli, unsur hara dapat terpelihara dalam daur tertutup, sehingga sangat sedikit terjadi kehilangan unsur hara. Pencucian unsur hara ke bawah akan diimbangi penyerapan oleh akar tanaman ke atas, selanjutnya daur tanaman akan kembali ke permukaan tanah. Hal inilah yang tidak akan terjadi pada lahan yang sudah dijadikan lahan pertanian kering dimana pencucian unsur hara terjadi secara terbuka dan pada kasus-kasus yang ekstrim akibat erosi pada lahan kering kesuburannya sangat menurun, sehingga dapat dikategorikan sebagai lahan kritis yang tidak mungkin lagi digarap. Pembangunan pertanian di lahan kering jauh lebih komplek apabila dibandingkan dengan didataran rendah. Potensi sumberdaya yang ada sangat dibatasi oleh kemiringan lahan, tingkat erosi, aksesibilitas terdapat insfrastuktur,

5 pasar dan kemudahan untuk memperoleh fasilitas, serta keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat. Menurut Arsyad (1983:113), usaha-usaha pengawetan (konservasi) tanah ditujukan a). Mencegah kerusakan tanah dan erosi, b). Memperbaiki tanah yang rusak, c). Menerapkan kelas kemampuan tanah dan tindakan-tindakan atau perlakuan agar tanah tersebut dapat dipergunakan untuk waktu yang tidak terbatas (berkelanjutan). Untuk mencapai pembangunan pertanian berkelanjutan, maka dalam memilih teknologi konservasi tanah dan air untuk diterapkan oleh petani dilahan pertaniannya, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu teknologinya harus sesuai untuk petani, dapat diterima dan dikembangkan sesuai dengan sumberdaya lokal. Kegagalan penerapan teknologi konservasi tanah selama ini karena pembuat kebijakan bertindak hanya berdasarkan pikiran sendiri tanpa memahami keinginan ataupun kemampuan petani dalam menerapkan teknologi konservasi tersebut tanpa adanya bimbingan yang berkelanjutan. Dengan kata lain dalam pembangunan pertanian berkelanjutan perlu ada bottom up planning agar dalam pelaksanaan penerapan inovasi pertanian tersebut bisa tepat guna dan tepat sasaran sehingga tidak terjadi penerapan inovasi yang sia-sia. Keadaan jumlah penduduk juga akan berpengaruh pada kondisi lahan, dimana peningkatan jumlah penduduk akan diikuti oleh peningkatan kebutuhan hidup yang dipenuhi melalui pemanfaatan sumberdaya alam. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi perubahan perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan

6 hidupnya. Perubahan perilaku yang bersifat negatif akan menimbulkan tekanan terhadap lingkungan fisik. Jika tekanan semakin besar maka daya dukung lingkunganpun akan menurun. Meningkatnya tekanan penduduk mendorong petani untuk mengusakan pertanian lahan kering di hulu DAS atau pada daerah tangkapan. Apabila pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan lahan tidak diimbangi dengan pemanfaatan yang baik dan benar menurut konservasi tanah dan air, maka keadaan itu akan mengancam kehidupan manusia dimasa yang akan datang, dan tujuan untuk pembangunan berkelanjutan semakin jauh dari jangkauan. Berdasarkan data monografi Kecamatan tahun 2007 jumlah penduduk yang memiliki mata pencaharian sebanyak 640.378 jiwa dari jumlah seluruh penduduk yaitu 138.218 jiwa. Dilihat dari struktur mata pencaharian, penduduk daerah tangkapan Ci Pamokolan yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 29.410 orang atau sekitar 5%. Untuk lebih jelasnya komposisi penduduk daerah tangkapan Ci Pamokolan berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Gambar dan Tabel 1.2 di bawah ini: Gambar 1.2 Persentase Komposisi Penduduk

7 MATA PENCAHARIAN Tabel 1.2 Komposisi Penduduk Daerah Tangkapan Ci Pamokolan Berdasarkan Mata Pencaharian KECAMATAN Lembang Cimenyan Cibeunying kidul Kiaracondong Antapani Arcamanik Mandalajati F % Petani 26488 2312 126 0 57 107 320 29410 5 Buruh tani 27643 13776 764 0 249 189 458 43079 7 Buruh swasta 15787 15550 18391 15750 15864 13250 6857 101449 16 Pns 13764 2533 6638 13092 6561 2352 2729 47669 7 Pegawai swasta 13526 6652 17461 15672 1830 12451 13256 80848 13 Pengrajin 8452 307 184 1138 2050 0 759 12890 2 Pedagang 16632 3501 5736 21497 1796 1561 6048 56771 9 Peternak 10355 506 43 25 0 0 0 10929 2 Pengusaha 15941 80 2904 1184 1350 20 1640 23119 4 Tni/polri/abri 7527 293 1789 1410 406 597 1164 13186 2 Pensiunan 1632 687 2815 3768 3230 2262 1562 15956 2 Pelajar/mahasiswa 6218 39173 36288 40641 23421 19981 19364 185086 28 Jasa 1822 442 1908 13013 2185 144 472 19986 3 JUMLAH 165787 85812 95047 127190 58999 52914 54629 640378 100 Sumber : Monografi Kecamatan, 2007 Pengembangan pertanian lahan kering di daerah tangkapan Ci Pamokolan perlu perhatian yang sangat besar. Besarnya perhatian ini tidak hanya menyangkut keberlangsungan usahatani di daerah tersebut tetapi juga dampak hidrologisnya di daerah hilir. Karena daerah tangkapan Ci Pamokolan meliputi tujuh Kecamatan, yaitu : Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Kiara Condong, Kecamatan Antapani, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kecamatan Lembang, dan Kecamatan Mandalajati. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dan Gambar 1.3 di bawah ini :

8 Kecamatan Tabel 1.3 Luas Daerah Tangkapan Ci Pamokolan Luas Tiap Kecamantan Luas Kecamatan dalam Daerah Tangkapan % dari Luas Daerah Tangkapan Lembang 8917 82.92 3 Cimenyan 4785 1534 63 Cibeunying kidul 407.6 124 5 Kiaracondong 563.2 38.68 2 Antapani 492.2 242.2 10 Arcamanik 634.7 97.81 4 Mandalajati 477.4 300 12 Jumlah 16277.1 2419 100 Sumber : Data Monografi Kecamatan dan Peta Rupabumi Digital Indonesia Gambar 1.3 Persentase Luas Daerah Tangkapan Ci Pamokolan Daerah tangkapan Ci Pamokolan termasuk kedalam kawasan hulu Ci Tarum atau sering disebut Ci Tarum Hulu. Wilayah Ci Tarum Hulu meliputi 29 kecamatan, yaitu Ciwidey, Pasirjambu, Pengalengan, Kertasari, Pacet, Ibun, Paseh, Cikacung, Cicalengka, Rancaekek, Majalaya, Ciparay, Pameumpek, Banjaran, Katapang, Soreang, Margaasih, Margahayu, Dayehkolot, Bojongsoang, Cileunyi, Cilengkrang, Cimenyan, Lembang, Cimahi Selatan, Cimahi Tengah, Cimahi Selatan, Baleendah dan Parompong.

9 Pengurangan lahan hutan lindung yang terjadi dikawasan Bandung Utara terutama disebabkan terjadinya desakan kebutuhan akan ruang untuk pemukiman dan pertanian. Khusus untuk pertanian, perambahan hutan marak dilakukan penduduk untuk membuka lahan pertanian yang bila dinilai dari segi kemampuan dan kesesuaian lahan jelas tidak mampu untuk mendukung pada keberlangsungan upaya pertanian yang berkelanjutan. Untuk memperbaiki lahan pada kawasan pertanian, perlu ada upaya pelestarian sumber daya alam yaitu dengan melaksanakan kegiatan konservasi lahan. Maka dari itu penulis mencoba malakukan penelitian dengan judul STUDI MORFOKONSERVASI PADA PERTANIAN LAHAN KERING DAERAH TANGKAPAN CI PAMOKOLAN BANDUNG B. Rumusan Masalah Daerah tangkapan Ci Pamokolan merupakan salah satu bagian dari suatu sistem kawasan Ci Tarum Hulu, yang mengalami perubahan penggunaan lahan yang cukup besar terutama pada lahan hutan menjadi perkebunan dan perkebunan yang menjadi pemukiman. Konversi lahan tersebut ditandai dengan pembukaan hutan yang merupakan daerah tangkapan air untuk kegiatan pertanian lahan kering dengan jenis tanaman semusim. Berkaitan dengan hal tersebut, sangat perlu dilakukan suatu pengkajian terhadap pengolahan lahan sehingga pertanian yang dilakukan dapat berkelanjutan dan tidak mengganggu keseimbangan ekosistem daerah sekitarnya.

10 Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini menyoroti bentuk konservasi yaitu Bagaimanakah penerapan bentuk konservasi oleh petani pada pertanian lahan kering di daerah tangkapan Ci Pamokolan Bandung?. Adapun pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi aktual lahan kering di daerah tangkapan Ci Pamokolan? 2. Bagaimana bentuk konservasi yang dilakukan petani pada lahan kering di daerah tangkapan Ci Pamokolan? 3. Bentuk konservasi lahan apakah yang sesuai dengan kondisi lahan di daerah tangkapan Ci Pamokolan? C. Tujuan Penelitian 1. Ingin mengidentifikasi kondisi aktual lahan kering di daerah tangkapan Ci Pamokolan. 2. Ingin menganalisis bentuk konservasi yang dilakukan petani pada lahan kering di daerah tangkapan Ci Pamokolan. 3. Ingin menganalisis bentuk konservasi yang sesuai dengan kondisi lahan di daerah tangkapan Ci Pamokolan. D. Manfaat Penelitian 1. Penentu kebijakan untuk Balai Rehabilitasi Lahan dan konservasi tanah untuk pengelolaan lahan pertanian.

11 2. Basis data bagi departemen pertanian dalam hal ini lebih ditujukan kepada penyuluhan lapangan sebagai salah satu masukan dalam perencanaan pertanian lahan kering berdasarkan asas konservasi baik tanah ataupun air. 3. Bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam perencaan pengolahan lahan yang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi. 4. Data acuan untuk kepentingan penelitian lanjutan.