BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

NOVIYANTI NINGSIH F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu

BAB VII RAGAM SIMPUL

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

I. PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat (2) disebutkan, bahwa Negara menjamin

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara multietnis. Salah satu etnis yang diakui di

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku,

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Agama merupakan identitas diri, maupun tata laku individu yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan aspirasi yang berbeda-beda satu sama lain tetapi memiliki kedudukan setara,

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seorang mualaf sebagai Muslim baru, mereka membutuhkan teman,

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

PENGGUGAT dengan ini hendak mengajukan GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM terhadap:

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah suasana kehidupan sekarang ini, manusia mengalami kemajuan

KEWARGANEGARAAN. Konsep Dasar Kewarganegaraan. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar

Kedamaian dan Keberagaman di Bumi Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

C. Perilaku sesuai dengan Norma dalam Kehidupan Sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. termasuk etnis Arab yang mempengaruhi Negara Indonesia sejak 100 tahun

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA.

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

I. PENDAHULUAN. Sebagai bangsa yang multikultur Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu masuk islam karena pilihan, tentunya mengalami pergulatan batin

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

19. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. seseorang (Sugiyanto dalam Cahyani,2013). Sugiyanto juga menjelaskan bahwa prestasi

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN

BAB IV TANTANGAN DAN RESPON UMAT ISLAM TERHADAP ALIRAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BALONGDOWO

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. kalah banyak. Keberagaman agama tersebut pada satu sisi menjadi modal

BAB 5. SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN. Ha : Subjek dengan penerimaan diri tinggi akan lebih memilih coming out

Daftar pertanyaan wawancara

KISI KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMESTER GENAP 2016/2017. No Butir Kisi Kisi No Soal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pasangan yang diinginkan menjadi bermacam-macam sesuai pandangan ideal

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (http://kbbi.web.id/agama). Agama menjelaskan segala sesuatunya dengan kompleks, antara Tuhan, manusia, dan lingkungan. Baumaster (1991) menyatakan bahwa dalam kehidupan di dunia, agama merupakan pusat petunjuk bagi kehidupan banyak orang, memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan dari sebuah kehidupan yang baik serta pedoman untuk mencapai tujuan dari kehidupan yang dijelaskan oleh agama itu sendiri. Dilanjutkannya, bahwa agama memberikan kerangka untuk kehidupan dalam menentukan apa yang benar dan baik dan apa yang harus dicari, serta menentukan apa yang salah dan buruk dan harus dihindari dengan petunjuk dari Tuhan melalui kitab agama atau sumber lainnya. Selaras dengan pernyataan diatas, negara Indonesia yang memiliki ideologi pancasila ini juga menerapkan sistem wajib percaya akan adanya Tuhan. Hal tersebut tertuang pada pancasila sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh dari itu, secara tidak langsung masyarakat Indonesia diwajibkan untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing tanpa ada paksaan. Hal ini dijelaskan dalam UUD 1945 pada pasal 29 ayat 2 yang berbunyi Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237.641.326 jiwa ini memiliki 6 agama besar yang diakui oleh negara yaitu agama Islam dengan dengan jumlah 207.176.162 jiwa (87,1 persen), kemudian agama Kristen 16.528.513 jiwa (6,9 persen), lalu agama Khatolik 6.907.873 jiwa (2,9 persen), Hindu 4.012.116 jiwa (1,6 persen), Buddha 1.703.254 jiwa (0,7 persen), dan Konghucu 117.091 jiwa (0,05 persen). Ada juga keyakinan lain di Indonesia seperti animisme, kejawen, taoisme, Yahudi, dan lain sebagainya. Penganut aliran ini dibiarkan begitu saja, asal tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan Keppres Nomor 1/PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Ajaran agama-agama yang ada di Indonesia bertujuan agar masyarakat memiliki kehidupan yang baik. Menurut Baumaster (1991) Agama menjanjikan ketenangan hidup yang bisa diraih ketika manusia mengikuti ajaran-ajaran yang telah ditentukan oleh masing-masing agama dengan caranya tersendiri. Sayangnya, sebagian besar masyarakat di Indonesia, agama yang dianutnya bukan merupakan pilihan diri sendiri secara sadar. Agama yang dianut ditentukan dari agama orang tuanya yang melahirkannya. Oleh karena itu banyak orang memiliki agama tetapi masih banyak yang tidak merasakan ketenangan karena perkembangan identitasnya tidak sesuai dengan agama yang dianutnya. Padahal menurut Oppong (2013) agama memainkan peran penting dalam pembentukan identitas. Dewasanya manusia, mereka menghadapi pelbagai permasalahan di kehidupan. Tekanan demi tekanan datang dan menyebabkan stress dalam kehidupan, dan manusia mencoba menghilangkan stress yang ada serta mencari kebermaknaan dari permasalahan yang menghampiri. Menurut Baumester (1991) agama menawarkan kebermaknaan kehidupan manusia yang tinggi. Memang agama tidak selalu menjadi cara terbaik untuk membuat hidup bermakna, tetapi agama merupakan cara yang bisa diandalkan untuk mendapatkan kebermaknaan hidup. Namun, bukan berarti orang yang memiliki agama

mendapatkan kebermaknaan hidup, menurut Park (2005) semua tergantung dari religiusitas yang ada pada setiap individu karena religiusitas mempengaruhi proses penyelesaian dari situasi stress berat atau peristiwa traumatis, dan makna religiusitas bisa memberikan pengaruh positif maupun negatif pada saat mengatasinya tergantung proses kognitif dan afektif serta ketaatan terhadap agamanya dari individu tersebut. Park (2005) menjelaskan bahwa ketika individu mengalami peristiwa yang traumatis atau mengalami stress yang berat, individu bisa secara tiba-tiba mengubah keyakinan mereka tentang Tuhan, dirinya sendiri, dan dunia. Bisa jadi individu tersebut menjadi tidak percaya akan adanya Tuhan, atau menjadi lebih taat pada agamanya, atau pada kasus yang ekstrim, bisa membuat individu tersebut mengubah keyakinannya (konversi agama) karena di agama barunya bisa memecahkan permasalahan kehidupan yang dialami. Mengubah keyakinan atau konversi agama merupakan sebuah proses yang berbeda di mana seseorang beranjak dari mengimani, menaati, dan/atau mempraktekkan ajaranajaran suatu agama atau nilai-nilai spiritual menuju kepada proses mengimani, menaati, dan mempratekkan ajaran-ajaran suatu agama lain (Paloutzian, 2005). Konversi agama merupakan sebuah fenomena yang unik karena individu berani mengganti identitas yang dahulu diberikan oleh orang tuanya. Seringnya, hal ini menjadikan sebuah permasalahan yang rumit dan berbeda-beda penyelesaian masalahnya karena hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah suku/etnis. Masyarakat di Indonesia sangat beragam dengan ras dan suku yang hidup saling berdampingan. Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia pada tahun 2010, menyatakan bahwa jumlah suku di Indonesia yang berhasil terdata sebanyak 1.128 suku bangsa, dengan komposisi 1.072 etnik dan sub-etnik Indonesia, dan sisanya merupakan suku non etnik atau suku etnis yang tidak asli dari Indonesia atau peranakan. Suku non

etnik tersebut berada ada di Indonesia sejak terjadinya penjajahan atau perdagangan dan pada akhirnya menetap serta ada yang berasimilasi dengan orang Indonesia seperti etnis Arab, India, Tionghoa dan lain sebagainya. Mengenai etnis dan agama, Oppong (2013) menjelaskan bahwa agama yang banyak dianut (mayoritas) oleh suatu etnis dapat memunculkan suatu budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. Di Indonesia, ada beberapa contoh etnis yang didominasi oleh suatu agama sehingga memunculkan suatu budaya misalnya etnis Bali yang mayoritas agama Hindu memunculkan budaya stratifikasi sosial (kasta) dalam masyarakatnya, etnis Minangkabau yang mayoritas agama Islam dengan kebudayaan pengambilan keputusan dirumah adalah seorang ibu, karena ibu (perempuan) sangat dihargai baik di etnis minangkabau maupun di Islam, serta etnis tionghoa dengan tradisi imlek dan ziarah cheng beng (ziarah kepada orang yang telah meninggal) yang dikaitkan dengan sembahyang dengan agama Buddha atau Konghucu. Lee (2008) mengatakan bahwa budaya dan gender merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada saat pengambilan keputusan pada saat konversi agama. Lalu, bagaimana jika orang dari etnis tersebut melakukan konversi agama dan memilih memeluk agama yang minoritas dari etnisnya?. Permasalahan ini menjadi sangat menarik untuk di telaah lebih dalam lagi. Ada sanksi sosial berdasarkan budaya yang harus diterima individu jika mengalami konversi agama. Dari Aziz & Hidayat (2010) meneliti tentang etnis Bali yang mengalami konversi ke agama Islam dan meninggalkan agama Hindu. Ada sanksi sosial dari keluarga, tidak diakui oleh keluarganya dan dikeluarkan dari kasta keluarga. Dalam penelitian lain dari Afif (2009) meneliti tentang etnis minangkabau yang mengalami konversi ke agama Kristen dan meninggalkan agama Islam. Ada sanksinya seperti hak-hak adatnya dicabut dan digantikan oleh saudaranya yang lain.

Jika dilihat dari contoh yang sebelumnya dipaparkan, etnis yang mayoritas memeluk suatu agama tertentu, kemudian ada individu yang melakukan konversi (dengan alasan apapun) ke agama yang minoritas di etnis/sukunya, maka akan ada sanksi yang diberikan kepada individu tersebut. Lalu, bagaimana dengan individu etnis Tionghoa yang mayoritas memeluk agama Kristen dan Buddha pindah ke agama Islam yang merupakan minoritas di etnisnya? Hal ini menjadi sangat menarik untuk dibahas, karena agama Islam merupakan agama yang dihindari oleh etnis Tionghoa. Sudut pandang etnis Tionghoa terhadap agama Islam yang belum paham seutuhnya, melihat bahwa agama Islam yang membuat orang menjadi miskin dan terbelakang (Dyayadi, 2008). Menurut Ancok (2004) Stereotipe ini muncul akibat dari sikap bangsa penjajah yang mengkategorikan orang inlander atau penduduk pribumi (yang notabene beragama Islam) adalah kelas kambing. Sekolah orang Tionghoa juga dibedakan dengan orang inlander dan status kewarganegaraan pun dipisahkan. Akibat kurangnya interaksi antara etnis Tionghoa terhadap penduduk pribumi yang beragama Islam, sehingga pemahanan tentang agama Islam masih sangat sedikit. Etnis Tionghoa sangat beragam dalam memilih agama, kebanyakan memilih Kristen, Katholik, Buddha dan Konghucu, tetapi tidak untuk agama Islam. jika seseorang etnis Tionghoa dari keluarga non-muslim pindah agama ke agama Islam, ada sanksi khusus yang diberikan pada keluarganya, mulai dari mengucilkannya, diusir dari rumah, bahkan disiksa (Dyayadi, 2008). Hal ini senada ketika peneliti melakukan penelitian pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2014 kepada pak B yang merupakan salah satu pengurus Organisasi PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) di Yogyakarta. Beliau menjelaskan bahwa etnis Tionghoa di Indonesia kebanyakan memiliki masalah pada keluarga ketika memilih konversi agama ke Islam.

Muallaf Tionghoa itu kasian mas, dengan keluarganya biasanya ada masalah. Bahkan yang lebih kejamnya, mereka di coret dari daftar keluarganya, tidak diakui lagi sebagai keluarga mereka, dihilangkan warisannya. (B, 2014) Individu yang mengalami konversi agama akan memilih lingkungan yang baru, yang sesuai dengan agama barunya karena proses konversi agama umumnya lebih banyak berlangsung secara gradual, sebelum menjadi muallaf mereka telah terlibat atau memiliki hubungan dengan orang Islam atau komunitas muslim (Aziz dan Hidayat, 2010). Namun muncul sebuah permasalahan di lingkungan ketika individu melakukan konversi agama. Seperti apa yang dipaparkan oleh Pak B pada saat wawancara yang dilakukan di kediaman beliau. Mereka termasuk minoritas dalam minoritas mas. Sudahlah mereka dari etnis minoritas di Indonesia, memilih agama Islam yang di etnisnya merupakan agama yang minoritas, jadi mereka tidak terlalu menunjukkan identitas yang dimilikinya. Kalo lagi ngumpul dengan sesama tionghoa, mereka tidak menunjukkan identitas Islamnya dan kalo lagi ngumpul sama orang pribumi, mereka tidak menunjukkan etnisnya. Mereka begitu karena ga mau berkonflik mas, soalnya ini masalah sensitif kan. (B, 2014) Agama merupakan sebuah identitas dasar yang dimiliki oleh manusia, khususnya di Indonesia. dan konversi agama atau perpindahan kepercayaan merupakan hal yang cukup sensitif karena perpindahan agama sangat berhubungan dengan kepercayaannya terhadap Tuhan, diri sendiri, keluarga dan lingkungannya. Konflik yang sangat hebat terjadi pada diri individu yang melakukan konversi agama sebab individu tersebut melakukan perubahan yang sangat dasar pada dirinya dan menurut Paloutzian (2005) konversi agama dilakukan secara sadar. Sejauh ini literatur dan penelitian tentang Tionghoa muslim banyak berfokus tentang perubahan identitas barunya, masih sedikit sekali ditemukan adanya penelitian yang menggambarkan dinamika psikologi secara keseluruhan yang dirasakan oleh individu etnis Tionghoa yang mengalami konversi agama. Berdasarkan permasalahan

tersebut, penelitian ini berjudul Dinamika Psikologi Individu Etnis Tionghoa Yang Mengalami Konversi Agama. B. Rumusan masalah Konversi agama merupakan persoalan yang sangat sensitif di Indonesia. Beberapa etnis di Indonesia memiliki caranya sendiri untuk menanggapi persoalan konversi agama ini, Ditambah lagi individu tersebut berpindah ke agama yang merupakan agama minoritas di etnis nya, tak terkecuali etnis Tionghoa yang merupakan suku non etnik yang ada di Indonesia berpindah agama ke Islam. Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan konversi agama yaitu pengaruh lingkungan sosial dan perkembangan kognitif (Paloutzian, 1996). Perkembangan kognitif terjadi karena individu muncul rasa ingin tahu yang lebih tentang agama yang dianutnya. Namun semakin mencari tahu tentang agama yang dianutnya, individu merasakan kekecewaan karena hal yang diinginkannya tidak ada di ajaran agama yang dianutnya. Oleh karena itu, individu mencari opsi agama lain yang dapat memuaskan rasa ingin tahu yang dimiliki. Lingkungan sosial juga mempengaruhi tentang opsi agama lain. Kemudian individu merasa opsi agama lain dapat menjawab pertanyaan yang dimilikinya dan mungkin bisa menghindarkan dari permasalahan hidup yang dimilikinya. Dan akhirnya individu tersebut berpikir untuk melakukan konversi agama. Konversi agama tidak semudah yang dikira, karena konversi agama seperti merubah dasaran diri untuk menjalani kehidupan selanjutnya, sehingga akan ada permasalahan dari lingkungan sekitar serta perubahan-perubahan yang dialami oleh individu setelah melakukan konversi agama. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin mengetahui dan memahami bagaimana dinamika psikologis individu etnis Tionghoa yang mengalami konversi agama ke Islam dan penyesuaian dengan identitas barunya di

keluarga dan di lingkungannya serta perubahan yang dialami setelah mengalami konversi agama. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta mengungkap lebih dalam tentang dinamika psikologis etnis Tionghoa mulai dari sebelum mengalami konversi agama hingga sesudah mengalami konversi agama ke Islam. Selain itu juga melihat perilaku individu etnis Tionghoa dalam penyesuaian diri pada keluarga dan lingkungan setelah mengalami konversi agama ke Islam. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan ilmu di bidang psikologi agama dan psikologi sosial, terutama tentang dinamika psikologi pada individu yang mengalami konversi agama ke Islam dan penyesuaian diri pada etnis Tionghoa yang mengalami perubahan identitas agama, sehingga dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya 2. Manfaat praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada etnis Tionghoa dalam menghadapi keberagaman yang berhubungan dengan perbedaan agama serta memberikan pemahaman pada masyarakat luas tentang perbedaan ras dan agama pada etnis Tionghoa di Indonesia.